15 Hari Menuju Pesta Komunitas Makassar
Sebentar lagi 75 komunitas di Makassar akan berkumpul dan berbagi bersama, berpesta dan membangun jejaring serta merintis mimpi berbuat sesuatu untuk kota ini.
Ada 2 hal yang sedang rajin bertumbuh dari kota Makassar dalam satu dasawarsa terakhir. Pertama adalah mall dan kedua adalah komunitas. Hal pertama tidak usahlah diceritakan, lebih baik bercerita tentang hal kedua, komunitas. Iya, komunitas. Kumpulan orang-orang yang bertemu karena kesamaan hobi, passion dan macam-macam alasan ini tumbuh sangat pesat di Makassar dalam 1 dasawarsa ini. Tapi, meski tumbuh subur namun belum ada simpul kuat yang menghubungkan komunitas-komunitas itu. Beberapa memang punya irisan yang sama dari anggotanya, atau bahkan sudah melakukan kolaborasi. Tapi jumlahnya tidak seberapa dan gaungnya tidak terdengar.
Entah karena memang idealis atau hanya kurang kerjaan saya tiba-tiba punya pikiran untuk membuat sebuah ajang menyatukan teman-teman komunitas ini, mengajak mereka berkumpul dan saling berbagi cerita. Syukur-syukur mereka bisa bekerja bersama atau melakukan satu hal bersama-sama. Orang pintar menyebutnya kolaborasi. Ide itu pertama kalinya saya lemparkan ke beberapa teman sekitar bulan Agustus tahun 2013.
Idenya sederhana, tapi realisasinya tidak. Menghubungi komunitas-komunitas jadi halangan pertama, beberapa komunitas memang sudah jadi kawan baik tapi masih banyak lagi yang belum kami kenal. Kami sangat berhati-hati memulainya, jangan sampai muncul kecurigaan dari komunitas. Bukan apa-apa, komunitas dengan anggota yang besar dan kegiatan yang aktif tentu sangat menggiurkan untuk dijadikan tunggangan, apalagi saat itu pemilu walikota sedang panas-panasnya, belum lagi pemilu legislatif yang akan menyusul.
Alhamdulillahnya adalah karena niat baik kami diterima dengan baik oleh komunitas-komunitas yang ada di Makassar, setidaknya itu yang kami rasa. Dari rapat pertama yang cukup diakomodir satu meja di sebuah cafe hingga perlahan-lahan jumlah pesertanya makin bertambah. Rapat-rapat awal hanya mematangkan konsep, membangun tubuh kepanitiaan hingga mencoba mencari calon sponsor yang bisa membiayai kegiatan ini.
Kepanitiaan akhirnya terbentuk, konseppun sudah matang tapi melanjutkannya memang tidak mudah. Dari awal teman-teman sudah sepakat kalau kepanitiaan tidak hanya jadi tanggung jawab satu-dua komunitas, semua harus ikut terlibat. Semua harus merasa ini acara mereka, bukan hanya datang sebagai peserta dan lalu pulang dengan membawa cerita. Inilah yang jadi kendala, mencari waktu berkumpul yang pas bukan persoalan mudah, sampai akhirnya persiapan acara yang diberi nama Pesta Komunitas Makassar ini sempat vakum dan sedikit terlupakan. Sampai akhirnya satu kejadian menyatukan kami kembali.
Sekisar sebulan terakhir ini kepanitiaan PKM mulai menggeliat lagi, lebih aktif dari sebelumnya. Teman-teman komunitas mulai turun ke lapangan, mempersiapkan apa yang harus disiapkan, mengerjakan apa yang bisa dikerjakan dan meluangkan waktu, tenaga hingga biaya untuk mensukseskan acara yang mereka bangun sama-sama. Meski saya ikut melahirkan konsep PKM ini tapi melihat cara mereka bekerja saya jadi malu sendiri, merasa tidak menyumbang banyak hal seperti mereka para panitia.
Ketika tulisan ini saya buat, PKM tinggal bersisa 15 hari. Kalau tak ada aral melintang, tanggal 24-25 Mei nanti teman-teman komunitas yang luar biasa ini akan berpesta dan berkumpul di acara pertama yang mereka kerjakan sendiri. Persiapan sudah cukup matang, tantangan juga sudah cukup besar tapi saya sangat yakin mereka bisa mengatasinya. Mereka ini anak-anak muda (walau sebagian mungkin sudah tidak muda lagi) yang luar biasa! Mereka punya mimpi yang sama dan itu jadi kekuatan yang tidak ada tandingannya.
15 hari lagi kalau Tuhan mengijinkan, kita akan melihat sendiri bagaimana teman-teman komunitas yang ada di Makassar ini berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dalam usaha mereka merealisasikan mimpi bersama, berpesta, berjejaring dan berbuat sesuatu untuk kota ini. Semoga kita semua bisa menjadi saksi dari aksi mereka. [dG]