Tweeps, Hindari Bercanda Dengan 4 Topik Ini

sumber: Google
sumber: Google

Twitter adalah tempat yang bebas, semua orang bebas masuk ke sana dan bebas untuk berbicara apa saja di sana. kebebasan ini kemudian menjadi sebuah kekuatan besar.

Saya selalu ingat kata Paman Ben kepada Peter Parker si manusia laba-laba: Kekuatan besar datang bersama tanggung jawab yang besar pula. Ini juga terjadi di dunia twitter, ketika kebebasan itu dirasa sebagai kekuatan besar maka sesungguhnya ada tanggung jawab besar pula di dalamnya.

Karena bebasnya pula kadang kita tanpa sadar menerabas sebuah batasan yang sebenarnya sudah sangat umum di lingkungan kita. Ada hal-hal yang sangat riskan untuk dijadikan bahan bercandaan di twitter, hal-hal yang mungkin bisa dengan mudahnya menyakiti orang lain.

Apa saja itu? Saya mencatat setidaknya ada 4 hal yang sebaiknya tidak dijadikan bahan bercandaan. Coba kita lihat:

Bercanda tentang pemerkosaan

Suatu hari seorang selebtweet bernama @ZarryHendrik melempar twit bercanda tentang pemerkosaan, bunyinya kira-kira begini: Bang nasi goreng gilanya satu, kalau bisa yang gila karena diperkosa ya. Deg! Dengan cepat twitnya itu mendapat reaksi dari tweeps lainnya. Tentu saja kebanyakan di antaranya adalah protes.

Pemerkosaan selalu meninggalkan trauma yang mendalam bagi para korbannya. Adalah tidak bijak bila kita kemudian menjadikan pemerkosaan (apalagi korbannya) sebagai bahan canda. Bayangkan bila orang terdekat anda menjadi bagian dari sebuah pemerkosaan dan orang lain malah menjadikannya sebagai bahan bercandaan. Menyakitkan bukan?

Bercanda dengan kata autis

Saya sudah pernah menulis tentang ini sebelumnya. Kadang memang kita tidak sadar mengeluarkan bercandaan tentang kata autis seperti: ah kamu sibuk banget sih dengan gadgetmu, kayak orang autis saja. Mungkin kita menganggapnya biasa saja, murni hanya bercanda. Tapi, pernahkan anda membayangkan bagaimana perasaan para orang tua yang dikaruniai anak autis? Perjuangan mereka berat loh, harus punya stok rasa sabar yang berlebih. Makanya ketika ada orang yang kemudian menggunakan kata autis sebagai bahan canda tentu perasaan mereka tersayat.

@ulil pernah bercanda dengan dengan kata autis ini, dan bisa dipastikan kecaman langsung mendarat di akun twitternya.

Bercanda dengan kekurangan fisik orang lain

Ada orang yang dilahirkan dengan kekurangan fisik tertentu yang membuat mereka tidak sama dengan orang lain yang dianggap normal meski sesungguhnya mereka pasti punya kelebihan di sisi lain yang tidak kita miliki. Menurut saya ini juga salah satu topik yang tidak bijak jika dijadikan sebagai bahan candaan.

Tidak ada orang yang bisa meminta mereka lahir seperti apa. Semua orang sama, semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Bercanda dengan topik SARA

Ini agak kabur sebenarnya, tidak setegas 4 topik di atas. Mongol? Stress seorang komik (stand up comedian) terkenal dengan candaan tentang kristen yang kadang pedas, Ernest Prakasa juga terkenal dengan candaan berbau rasis. Keduanya bisa bebas bercanda tentang agama dan suku karena keduanya adalah bagian dari agama dan suku yang mereka jadikan bahan canda.

Mop Papua juga terdengar lucu karena memang dibawakan oleh orang Papua, padahal isinya banyak berkaitan dengan hal-hal yang menyinggung orang Papua. Bayangkan kalau kita yang bukan bagian dari suku dan agama itu melakukannya, bisa-bisa dianggap menghina suku dan agama tertentu.

Jadi syarat utama bila ingin bercanda tentang suku dan ras tertentu adalah kita harus menjadi bagian dari suku dan agama tersebut agar kesannya menjadi menertawakan diri sendiri. Tapi kalau bisa sih dihindari, kecuali kalau anda memang sudah pandai bercanda dengan tingkatan tertentu yang membuat canda anda terlihat cerdas.

Kita hanya manusia biasa yang kadang lupa atau khilaf, tanpa sadar kita melakukan kesalahan dengan menggunakan 4 topik di atas sebagai bahan canda dan menyakiti orang lain. Itu wajar, kebebasan kadang membuat kita terlena dan lupa batasan. Ketika itu terjadi maka cara terbaik untuk memperbaiki kesalahan adalah dengan meminta maaf secara tulus.

Dengan meminta maaf secara tulus orang akan menerima kita dan menganggap itu murni kesalahan yang manusiawi. Tak perlu berkelit dengan bilang kalau itu cuma bercanda, bla, bla, bla. Cukup meminta maaf dengan tulus. Itu saja.

Ingatlah untuk bijak menggunakan media sosial karena kekuatan yang besar datang dengan tanggung jawab yang besar pula. Begitu kata Paman Ben.

[dG]