Smartphone Bisa Membaca Pikiran?

Suatu hari, apa yang baru sedang saya pikirkan tiba-tiba sudah muncul di halaman depan YouTube. Saya kaget, benarkah smartphone saya sudah bisa membaca pikiran?

Beberapa hari lalu saya sedang memikirkan sesuatu, ingin belajar pivot table di Microsoft Excel. Saya pikir ini skill yang akan sangat membantu dalam membuat laporan yang butuh detail kuantitatif. Ini pernah saya sampaikan ke seorang teman, hanya sekali dan sudah agak lama. Seingat saya seminggu atau malah dua minggu sebelumnya. Sisanya pikiran itu saya simpan di dalam kepala saja, tidak saya ungkap sama sekali.

Sampai suatu malam – seperti kebiasaan – saya akan mengisi waktu dengan menonton YouTube. Semua biasa saja sampai kemudian saya kaget ketika tiba-tiba adavideo suggestion yang judul besarnya adalah Bagaimana Menggunakan Pivot Table di Microsoft Excel.

What? Terus terang saya tiba-tiba kaget dan sedikit ketakutan. Bagaimana bisa suggestion itu muncul di YouTube, padahal saya hanya menyimpannya dalam kepala saja? Tidak pernah benar-benar membincangkannya dengan orang lain atau membahasnya di jendela obrolan.

Do my phone can really read my mind?

Tidak Ada Rahasia di Depan Smartphone

Beberapa tahun lalu, saya dan beberapa teman sedang membincangkan tentang liburan yang kami impikan di sebuah WhatsApp grup. Kami membahas mulai dari soal lokasi, hotel, penerbangan, sampai itinerary yang nyaman. Diskusi berlangsung seru dan diselingi candaan. Semua berlangsung biasa saja.

Beberapa menit kemudian setelah percakapan itu selesai, seorang teman membuka Instagram dan teredeng! Tiba-tiba saja iklan tentang salah satu aplikasi pemesanan tiket muncul di Instagram-nya. Seorang teman yang lain juga melaporkan kalau iklan dari aplikasi yang sama juga muncul di halaman Facebook-nya.

Agak mengagetkan, tapi itu sangat bisa dijelaskan secara logis.

Facebook, Instagram, dan WhatsApp adalah aplikasi yang berada di bawah satu payung yang sama. Mereka tentu saja berbagi data dan informasi, temasuk informasi tentang apa yang sedang dibahas oleh pelanggan mereka. Jadi apa yang dibicarakan di WhatsApp bisa diterjemahkan menjadi iklan di Facebook atau Instagram.

Atau di kegiatan lain, misalnya kita membuka Google dan mengetik “sepatu lokal terbaik” dan setelah itu kita akan diikuti oleh iklan sepatu-sepatu lokal atau website yang menjajakan sepatu lokal. Itu juga menjadi hal yang sangat wajar dan bisa dijelaskan dengan logika. Kita mengetikkan kata itu di mesin pencari terbesar, dan oleh dia data itu ditransfer menjadi iklan yang sangat spesifik.

Kita tentu tahulah kenapa banyak sekali aplikasi atau web menyediakan layanan mereka dengan gratis, semua karena sebenarnya kita membayarnya dengan data kita. Baik data demografi maupun data perilaku yang sangat mudah untuk dijual ke pengiklan.

Zaman sekarang, data adalah mata uang baru. Kalau kamu bisa mengumpulkan data orang-orang, maka itu menjadi bahan jualan yang sangat mahal. Dan itulah yang dilakukan oleh aplikasi ataupun website itu.

Karena data adalah mata uang baru, jadi jangan heran kalau saat ini hampir tidak ada lagi rahasia di depan smartphone kita. Apa yang kita obrolkan, apa yang kita tulis, apa yang kita lakukan, oleh smartphone segera dicatat dan diolah menjadi data.

Benarkah Smartphone Bisa Membaca Pikiran?

Kalau iklan atau suggestion muncul setelah kita mengobrolkan sesuatu di grup WhatsApp, atau bahkan ketika hanya membincangkannya dengan orang lain, saya masih sangat bisa menerimanya. Karena sekali lagi, tidak ada rahasia di depan smatrphone kita.

Tapi, ketika itu baru muncul di kepala dan iklan atau suggestion-nya sudah muncul di platform, itu masih sulit saya terima. Masih menimbulkan pertanyaan, benarkan smrtphone bisa membaca pikiran kita?

Saya bahkan membuka beberapa website untuk mencari tahu apakah memang benar itu bisa terjadi? Dan rata-rata jawaban yang saya dapatkan adalah TIDAK. Menurut beberapa sumber, smartphone belum bisa membaca pikiran kita. Teknologinya belum sampai ke sana.

Penjelasan yang saya dapatkan adalah, teknologi artificial intellegent atau AI memang sudah sangat canggih. AI bukan hanya membaca apa yang kita tulis, atau apa yang kita ucapkan, tapi sudah benar-benar membaca kebiasaan kita. Kita bangun jam berapa, benda apa yang kita pegang, siapa yang kita temui, tempat apa yang kita kunjungi, semua dikumpulkan, dianalisis, dikalkukasi, dan akhirnya keluar menjadi data yang bisa diterjemahkan menjadi iklan.

Ketika kita menemukan iklan yang seolah-olah menerjemahkan apa yang kita pikirkan, sebenarnya itu hanyalah hasil dari kalkulasi apa yang kita pegang, tempat yang kita datangi, atau siapa yang kita temui. Misalnya, kita baru saja menemui seseorang yang beberapa hari terakhir ini sedang asyik mencari tahu tentang sepatu Nike. Dia sempat mengucapkan kebiasaannya itu kepada kita yang membuat kita berpikir, “Kayaknya bagus juga ya sepatu Nike itu.” Pikiran itu muncul beberapa kali di rumah, tapi belum sempat kita lanjutkan bahkan dengan membuka website tentang sepatu Nike.

AI tahu pertemuan kita dengan teman yang sedang suka sepatu Nike itu, dan tentu saja dia sudah jadi target iklan. Pertemuan itu oleh AI dianalisis dan kemudian diterjemahkan menjadi iklan dengan menyasar kita yang kebetulan memikirkan hal yang sama akibat dari pertemuan dengan teman itu. Akhirnya, iklan sepatu Nike muncul di hadapan kita padahal kita baru hanya memikirkannya. Tentu mengagetkan bukan?

Setidaknya itu penjelasan logis yang saya temukan tentang kemungkinan smartphone membaca pikiran kita. Cukup masuk akal sih, dan membuat saya semakin sadar betapa canggihnya AI zaman sekarang.

*****

Sampai sekarang, saya masih amazed tentang bagaimana teknologi zaman sekarang bisa seolah-olah membaca pikiran kita. Bagaimana teknologi bisa memprediksi apa yang kita mau, dengan sangat tepat! Bahkan ketika kita baru memikirkannya. Sedikit menakutkan meski mungkin bagi sebagian orang merasa itu sangat membantu. Intinya, di depan smartphone kita tidak pernah bisa benar-benar menyimpan rahasia. [dG]