Enam Tahun Bersama Mereka

Gambar Paccarita dikelilingi teman-teman

Ini sebuah catatan perjalanan enam tahun bersama Anging Mammiri.

Saya masih ingat betul hari itu. Suatu pagi di sebuah pusat perbelanjaan di kota Makassar yang sekarang sudah jadi hotel. Masih sepi, bahkan pintu utamanyapun belum terbuka. Saya berdiri di depan pintu, mencoba menebak wajah-wajah mereka yang hadir siapa tahu ada satu-dua yang saya kenali. Hingga kemudian datang seorang lelaki kurus bertopi yang mendekati.

Saya tersenyum lebar, lelaki itu saya temui sehari sebelum acara di halaman pusat perbelanjaan yang sama. Namanya Piwang, salah satu anggota komunitas Anging Mammiri. Kami bersalaman dan kemudian beranjak ke dalam ketika pintu utama dibuka.

Hari itu pertamakalinya saya ikut dalam acara yang digelar Anging Mammiri. Beberapa waktu sebelumnya saya sudah ikut gabung di milis mereka, hasil setelah mencari-cari di google dengan kata kunci komunitas blogger Makassar. Milis sangat ramai waktu itu, dengan cepat saya merasa menemukan teman-teman baru yang bisa menerima saya dan bisa langsung akrab. Meski begitu, kopdar pertama di acara Blog For Life itu masih diliputi keraguan dan rasa segan. Saya lebih banyak diam dan duduk di barisan belakang menyaksikan para panitia yang begitu bersemangat dengan darah mudanya.

Beberapa bulan kemudian saya sudah benar-benar akrab dengan mereka. Saya hadir dalam perayaan ulang tahun pertama Anging Mammiri, bahkan sudah menjadi panitia dan sudah tampil di panggung sebagai moderator. Selanjutnya semua mengalir dengan cepat. Perlahan mereka sudah jadi kawan yang hangat dan bahkan sudah jadi seperti saudara sendiri.

Ketika menjadi moderator di ultah pertama Anging Mammiri

Suatu malam, di sebuah pusat jajan sebuah perbelanjaan besar di Makassar saya duduk berkumpul dengan beberapa teman Anging Mammiri. Mereka saya sebut sebagai survivor, yang bertahan setelah melewati masa berat nyaris tanpa aktifitas. Milispun seperti mati suri waktu itu. Malam itu kami berbincang tentang apa yang harus kami lakukan untuk membangkitkan kembali komunitas ini.

Malam itu ada sebuah keputusan penting. Para survivor mendorong saya untuk maju menjadi ketua menggantikan Rara yang memang sudah menjadi warga ibukota. Meski awalnya menolak, akhirnya saya luluh dan menerima tanggung jawab itu. Tanggung jawab yang berat, mengingat Anging Mammiri sudah terlanjur dikenal sebagai komunitas blogger luar Jawa terbesar. Bismillah, mari kita jalan.

Dua tahun setelah kejadian itu, kami masih ada dan bertahan. Deretan kegiatan sudah kami lakukan, baik yang rutin dan kecil-kecilan sampai kegiatan besar berskala nasional. Terakhir tahun 2012 ini kami mengemban amanah menggelar Blogger Nusantara bersama teman-teman komunitas lain di Makassar. Sukses? Ada yang bilang begitu meski saya sendiri masih kurang puas.

Apapun kata orang, saya bersyukur bisa melihat kembali bukti betapa kuat dan solidnya kami. Tak ada uang yang berbicara pada ajang besar dengan dana ratusan juta itu. Teman-teman bersimbah peluh, berkawan penat dan kurang tidur tanpa sama sekali memikirkan berapa rupiah yang akan mereka dapatkan dari event itu. Tidak ada uang yang terlibat, dan justru itu yang menguatkan kami.

Ketika acara selesai, teman-teman berbesar hati ketika tak ada lagi anggaran uang lelah bagi mereka. Kami lebih mengutamakan teman-teman lain yang membantu sebagai panitia pendukung dan volunteer. Kami sudah cukup dengan sebuah bukti kalau kami solid justru ketika kami tidak mengikutkan benda bernama uang dalam perkawanan kami.

24 Nopember 2012, di sebuah pantai yang jauh dari mana-mana kami berkumpul. Malam sudah mulai redup, makanan kecil terhidang di meja lengkap dengan teh dan kopi panasnya. Malam itu di antara agenda bersantai dan berlibur kami membahas tentang nasib komunitas ini ke depannya. Tak berat memang, hanya sekadar membicarakan apa yang bisa kami lakukan minimal setahun ke depan.

Kami mungkin memang belum terlalu banyak berbuat untuk kota ini, kami mungkin memang masih lebih banyak bersantai, berkumpul dan bercanda ria. Tapi kami juga tidak abai pada apa yang bisa kami lakukan. Malam itu kami merumuskan beberapa kegiatan yang meski kecil tapi mudah-mudahan bisa berefek sesuatu pada sekitar kami.

Enam tahun sudah saya ada di komunitas ini. Beragam drama, kadang amarah dan perselisihan juga jadi bumbu penyedapnya, tapi saya masih bertahan di sini. Bersama mereka yang benar-benar sudah jadi bagian sendiri dalam kehidupan saya. Enam tahun dan akan terus bertambah. Karena saya sungguh merasa nyaman di sini, bersama mereka.

Terima kasih untuk enam tahun yang penuh warna ini teman-teman. Selamat ulang tahun Anging Mammiri.

 

[dG]