Dominasi Perempuan Blogger, Benarkah?

Dominasi Perempuan Blogger
Dominasi Perempuan Blogger
Ilustrasi

Di lingkungan sekitar saya, jumlah perempuan blogger sepertinya lebih mendominasi dibandingkan pria blogger. Benarkah itu gejala umum? Apa sebabnya?

Belakangan ini tiba-tiba saya merasa kalau jumlah pria blogger โ€“utamanya yang aktif- sepertinya memang lebih sedikit dibanding perempuan blogger. Ada beberapa indikatornya, dan itu semua bermunculan dari beberapa kegiatan yang kami adakan baik di Komunitas Blogger Makassar maupun di Kelas Menulis Kepo.

Pertama, dari teman-teman blogger Makassar terlihat betul kalau jumlah perempuan blogger mendominasi. Baik dari segi jumlah maupun dari segi keaktifan mengisi blog. Apalagi sekarang kaum perempuan di Blogger Makassar punya kelasnya sendiri yang diberi nama; Kelas Makkunraina Anging Mammiri (kelas perempuannya Anging Mammiri).

Di dalam grup komunitas blogger, saya bisa bilang kalau perbandingannya mungkin mencapai angka 70% : 30% untuk perempuan blogger. Jumlah itu terlihat dari feed postingan blogger Makassar di website Anging Mammiri dan dari tautan-tautan yang dibagikan di grup Facebook. Jumlahnya lumayan jauh berbeda.

Kedua, dari Kelas Menulis Kepo juga bisa terlihat jelas perbandingan yang berat sebelah untuk jenis kelamin perempuan dibandingkan para pria. Di angkatan ketiga dari 45 pendaftar dan akhirnya meloloskan 10 peserta, hanya ada dua pria yang ikut. Dari kedua itu, satu malah gugur bahkan sebelum pelajaran dimulai.

Setelah kelas usai pun, peserta pria yang sudah jadi minoritas tetap tidak bisa mengejar peserta perempuan dalam hal keaktifan mengisi blog.

Apakah Perempuan Memang Lebih Suka Menulis?

Pertanyaan ini mengemuka ketika saya mengamati perbandingan jumlah perempuan blogger dan pria blogger di atas. Apakah itu disebabkan karena perempuan memang lebih suka menulis dibanding pria?

Saya tidak tahu bagaimana dengan perbandingan jumlah penulis (dalam artian yang sudah menerbitkan buku) di Indonesia menurut gender. Apakah fenomena seperti yang terjadi di sekitar saya (komunitas blogger Makassar) juga terjadi di dunia kepenulisan arus utama?

Ketika pertanyaan soal kesukaan menulis itu saya angkat ke grup, ada teman yang menjawab seperti ini; perempuan memang lebih senang curhat, dan mereka melihat blog bisa jadi tempat curhat yang pas.

โ€œBiasanya kalau curhat ke orang lain, ujung-ujungnya teman curhat itu malah balas curhat. Bahkan lebih panjang,โ€ begitu kata salah seorang anggota grup.

Saya kira alasan di atas ada benarnya juga. Perempuan memang terkadang lebih suka curhat atau berbagi perasaan dibandingkan pria yang cenderung menganggap kegiatan itu sebagai sesuatu yang kurang maskulin. Padahal seharusnya tidak ada bedanya ya?

Nah perempuan yang kesulitan mendapatkan tempat untuk curhat lalu merasa blog bisa jadi tempat yang pas. Mereka bisa bercerita di sana, berkeluh kesah dan bahkan tidak jarang mendapatkan solusi atau minimal dukungan dari pembaca blognya. Sepanjang takarannya pas, mereka bisa mendulang hal positif dari kegiatan curhat di blog.

Sementara itu kaum pria merasa agak risih untuk curhat atau bahkan sekadar cerita hal remeh temeh tentang keseharian mereka. Entah tentang keluarga, karir atau percintaan.

Selain itu, para perempuan juga sepertinya lebih tekun dalam menulis. Sesuatu yang jarang dimiliki kaum pria yang lebih suka kegiatan fisik. Kegiatan menulis bagi sebagian pria bisa saja dianggap sebagai kegiatan yang monoton, bergerak lambat dan kurang menantang. Mungkin ini bisa jadi alasan kenapa lebih banyak perempuan yang menulis dibandingkan pria.

Pria Blogger Fokusnya Berbeda dengan Perempuan Blogger.

Ini alasan lain lagi. Menurut seorang kawan yang lain, ketika seorang pria mulai menemukan hal menyenangkan dari ngeblog (sebut saja materi), maka fokusnya mulai berubah. Dia tidak lagi fokus pada isi semata tapi mulai memindahkan fokus pada teknik SEO dan semacamnya.

Akhirnya, blog mereka tak lagi menjadi blog personal tapi lebih kepada blog yang tujuannya memang mendulang uang.

Mendalami teknik SEO yang dinamis dan penuh tantangan tentu jadi menarik bagi sebagian pria yang memang bosan dengan aktivitas yang itu-itu saja. Makanya, setahu saya blogger yang mendalami SEO memang lebih banyak kaum pria dibanding perempuan.

Ketika berhenti di soal postingan yang remeh-temeh dan sebatas curhat, jumlah perempuan blogger memang lebih banyak dari pria blogger. Setidaknya yang saya tahu. Tapi ketika meningkat ke level yang lebih tinggi dari sisi teknis, entah di sisi teknis seperti blogger SEO atau sisi kualitas tulisan maka perbandingan itu mulai berubah.

Para aktivis SEO sepertinya dikuasai oleh kaum pria. Para โ€œpenulis seriusโ€ yang mengisi blog mereka dengan tulisan yang agak berat (sebangsa topik politik yang beresiko mengundang pro-kontra) atau mengisi portal-portal khusus seperti Rappler, Tirto, Marjin Kiri, Qureta dan semacamnya sepertinya lebih banyak dikuasai oleh pria.

Jadi memang pada level tertentu, dominasi kaum perempuan lebih terasa. Tapi berbeda ketika naik ke level yang berbeda. Giliran pria yang mendominasi.

Semua ini masih jadi tanda tanya buat saya pribadi, masih berdasarkan asumsi semata. Data saya masih mungkin salah, tapi setidaknya itu yang saya temukan sejauh ini. Alasan-alasan yang mendukung asumsi saya pun belum diuji secara ilmiah, jadi benar-benar masih asumsi saja.

Entah bagaimana dengan lingkungan di sekitar Anda? Apakah perempuan blogger juga mendominasi? Kalau iya, menurut Anda apa yang jadi faktor penentunya? Ceritakan yuk! [dG]


Update; 17:45WITA

Membaca beberapa komentar di postingan ini, menyadarkan saya bahwa ada beberapa kekeliruan yang saya buat. Fatalnya, itu adalah kekeliuran mendasar dalam teknik menulis. Kekeliruan tersebut adalah;

  1. Kalimat โ€œtulisan yang agak beratโ€. Kalimat ini sebenarnya merujuk kepada pemilihan kata atau cara merangkai kata menjadi sebuah tulisan, bukan soal kualitas tulisan. Kalau soal kualitas tulisan, saya sangat percaya kalau banyak sekali perempuan blogger yang mampu membuat tulisan yang kualitasnya mengalahkan pria blogger.
  2. Kalimat โ€œlevel berbedaโ€ itu merujuk kepada level teknis. Level berbeda yang saya maksud adalah ketika seorang blogger mau lebih mendalami berbagai bahasa pemrograman yang tidak semua blogger mengerti. Ini belum termasuk teknik SEO yang juga tidak kalah memusingkan.
  3. Kalimat โ€œhal remeh temehโ€ tidak saya maksudkan sebagai hal negatif. Di Kelas Menulis Kepo kami justru selalu menekankan peserta untuk menulis hal yang remeh temeh dan dekat dengan keseharian mereka. Kami melihat kecenderungan banyak blogger yang terlalu mengawang-awang, ingin menulis sesuatu yang jauh dari keseharian mereka. Padahal banyak hal di sekitar kita yang terkesan remeh-temeh tapi jika ditulis dengan baik justru memunculkan tulisan berkualitas.

Nah kira-kira itu sedikit penjelasan tentang kata-kata yang mungkin dianggap tidak pada tempatnya atau salah tafsir itu. Kesalahan saya adalah tidak menerangkan kata-kata yang mungkin saja menimbulkan tafsir berbeda karena saya menganggap โ€œsemua orang sudah tahuโ€. Itu kesalahan mendasar dalam membuat sebuah tulisan. Maafkan saya.