Seberapa Greget Hidup Lo di Papua?

Kondisi alam Papua yang berat dan budaya yang berbeda menciptakan banyak keunikan. Keunikan yang kemudian kadang membuat hidup di Papua kadang lebih greget.


Suasana di Lanny Jaya

SELAMA HAMPIR SETAHUN PENUH HIDUP DI PAPUA, saya makin menyadari kalau tanah ini memang unik dan penuh cerita. Eh tunggu dulu, saya tidak bilang kalau tanah lain tidak unik dan tidak punya cerita ya? Saya yakin semua tempat pasti punya cerita dan keunikannya masing-masing, tapi Papua sedikit berbeda. Cerita dan keunikan Papua hampir tidak ditemukan atau sulit ditemukan di tempat lain. Keunikan dan cerita itu terkadang membuat hidup di Papua terasa sangat greget.

Mari kita lihat beberapa kehidupan di Papua yang rasanya benar-benar greget.

#1. Beli Bensin Rp.45rb/Liter.

Kalian yang hidup di kota besar biasanya membeli bensin seharga berapa rupiah per liter? 600an untuk jenis premium dan 7000an untuk Pertalite kan? Saya sendiri lupa harganya berapa karena biasanya membeli berdasarkan harga, bukan jumlah liter. Tapi sepertinya angkanya memang segitu kan?

Nah, di beberapa tempat di Papua, harga premium bisa mencapai Rp.45.000,- per liter. Contohnya di Oksibil, Pegunungan Bintang. Di tempat lain seperti di Wamena atau Tiom, Lanny Jaya harga bensinnya juga lumayan karena mencapai harga Rp.12.000,- atau Rp.25.000,- per liter.

Kurang greget apa coba?

Makanya orang gunung Papua suka ketawa kalau kita orang kota bawelnya setengah mati saat harga bensin naik Rp.1.000,-

“Bensin naik Rp.1.000,- saja dong ribut sekali, tong di sini bensin Rp.50.000,- saja tong beli. Itu lagi kalau bensinnya ada,” kata mereka.


Harga bensin di Oksibil (foto: klinikkopi)

#2. Ayam Kampung Rp.1 juta per Ekor.

Ini harga di Tiom, Lanny Jaya. Seekor ayam kampung dihagai Rp.1jt per ekor. Mungkin memang tidak selamanya harganya seperti itu, tapi setidaknya pernah mencapai segitu. Jadi kalau ke sana dan tidak tahan mau makan ayam kampung, maka siap-siaplah setidaknya menyiapkan uang Rp.1juta untuk membeli seekor ayam kampung. Itu hanya seekor ya.

Ayam pedaging katanya dihargai Rp.250.000,- per ekor. Lumayan kan?

Jadi, kurang greget apa lagi coba?

Baca Juga: 5 Hal Tentang Lanny Jaya

#3. Tas Seharga Rp.2juta Dijual di Emperan.

“Mama, ini haganya berapa?” Tanya Mamie ketika berkunjung ke Abepura. Dia bertanya ke seorang mama penjaja noken di tepi jalan Abepura. Tas yang ditanyakannya adalah sebuah noken anggek khas Paniai.

“Dua juta,” jawab si mama dengan santai. Benar-benar tanpa beban.

Kami berlalu setelah pamit dengan ramah ke si mama. Kantong kami masih sangat jauh dari kemampuan untuk membeli tas noken seharga Rp.2jt itu. Tapi bukan itu intinya. Intinya adalah, tas seharga dua juta rupiah dijual di emperan, di tepi jalan! Dengan santainya pula!

Jenis noken anggrek memang jenis noken yang paling mahal. Selain bahannya yang susah dicari, prosesnya juga tidak mudah. Wajarlah kalau harganya mahal. Yang tidak wajar adalah tempat penjualannya. Di tempat lain, tas seharga jut-jut biasanya ditaruh di lemari kaca, dibersihkan dan dirawat dengan baik agar tidak kena debu atau lembab. Di Papua? Tas seharga dua atau tiga juta ya dijajakan di pinggir jalan. Biasa saja.

Hayo, kurang greget apa coba?


Papua
Tas dua juta itu biasanya dijual di tempat begini

#4. Naik Pesawat Karena Mau Makan Bakso.

“Dulu waktu jalanan belum bagus, kita pernah karena mau makan bakso sampai harus naik pesawat ke Nabire,” kata ibu Wati, perantau dari Sulawesi Selatan yang sudah tinggal puluhan tahun di Enarotali, Paniai.

Bayangkan! Hanya untuk makan bakso saja mereka sampai harus naik pesawat turun ke kota Nabire, dan sehabis itu kembali ke Enaro. Di waktu lebaran pun katanya mereka biasanya turun ke Nabire dengan mencarter pesawat, belanja kebutuhan lebaran lalu kembali ke Enaro dengan pesawat yang sama. Tiba-tiba saya merasa dari Makassar ke ITC Kuningan untuk belanja pakaian seperti tidak ada apa-apanya.

Naik pesawat buat sebagian orang Papua pegunungan bukan hal yang luar biasa. Sampai sekarang pun mereka ada yang sengaja naik pesawat turun ke kota besar untuk membeli satu item barang, lalu pulang kembali ke tempat asal di hari yang sama. Seperti orang kota naik angkot.

Kurang greget apa coba?

#5. Bawa Anak Babi Naik ke Pesawat.

Ini saya lihat sendiri dengan mata kepala saya. Memang kami tidak satu pesawat, tapi saya melihatnya di bandara Timika. Ketika itu saya sedang menunggu pesawat yang akan membawa kami ke Asmat ketika sebuah pengumuman menggema. Sebuah pesawat dari daerah pegunungan baru saja mendarat. Saya lupa dari mana karena namanya terdengar asing di kuping.

Tidak berapa lama para penumpang pesawat tersebut mulai keluar dari bandara. Salah seorang dari mereka membawa noken besar berwarna dominan biru. Nokennya bergerak-gerak yang segera menarik perhatian saya. Si ibu yang membawa noken itu berhenti tidak jauh dari tempat saya duduk dan kemudian menurunkan nokennya yang tadi dia sampirkan di kepala bagian belakang. Dia mengecek isi noken yang dengan segera saya tahu kalau itu anak babi. Seketika saya takjub!

Saya sudah pernah mendengar soal ini sebelumnya, tapi baru kali ini saya melihat langsung dengan mata kepala saya sendiri. Dan akhirnya saya percaya.

Jadi kalau TinTin ke mana-mana dengan membawa Snowy yang seekor anjing itu bersamanya di atas pesawat, maka dia jadi tidak ada apa-apanya di depan orang Papua yang membawa anak babi mereka ke atas pesawat.

Kurang greget apa lagi coba?

*****

SEBENARNYA MASIH ADA BANYAK LAGI CERITA unik dan penuh greget yang saya temukan di Papua, cerita yang membuat saya merasa tempat ini memang unik dan punya cerita yang berbeda. Tapi untuk sementara mungkin ini dulu yang saya bagikan buat Anda. Biar kalian tahu, seberapa greget sebagian kehidupan di Papua. [dG]