Jerat-Jerat Narkoba
Tulisan ini terinspirasi dari wawancara beberapa pesohor yang pernah terjerat penyalahgunaan narkoba dan bagaimana mereka bisa lepas dari jerat itu.
Satu hal yang selalu saya syukuri dalam hidup adalah bahwa saya tumbuh dan melewati masa remaja dalam lingkungan yang wajar dan biasa saja. Saya memang tidak dekat dengan kedua orang tua, tidak ada itu sesi curhat atau sesi mendapatkan wejangan tentang hidup dari orang tua. Tapi, untungnya karena saya juga hidup dalam lingkungan pertemanan yang tidak aneh-aneh. Nakal khas anak remaja sih ada. Bolos sekolah, mencoba rokok, sampai mencicipi sedikit minuman keras memang pernah saya dan teman-teman lakukan. Tapi, kami tidak pernah sampai tawuran apalagi sampai mencoba narkoba.
Tidak ada satupun di antara teman-teman nongkrong dan sepergaulan yang pernah membawa narkoba dan memperkenalkannya kepada kami. Entahlah, mungkin karena terlalu miskin waktu itu sementara harga barang-barang yang termasuk zat adiktif masih tergolong mahal. Mungkin ya, saya juga kurang tahu. Setahu saya zat adiktif yang paling terjangkau adalah ganja. Itupun dengan harga beberapa ribu per amplop di zaman itu. Harga yang masih tergolong mahal untuk kami yang sehari rata-rata hanya dapat jatah Rp.1000,- sebagai uang jajan.
Agak aneh sebenarnya bahwa saya dan teman-teman se-geng tergolong masih aman sebagai anak remaja, padahal kami adalah anak STM. Tahu sendirilah ya bagaimana citra anak STM di mata dunia. Mungkin kami termasuk anak-anak yang cemen ya, tidak nakal dan malah penakut. Tak apalah, justru itu yang cukup saya syukuri sekarang.
Bertahun-tahun setelah lulus sekolah saya baru mendapat kabar kalau ada teman se-geng yang sempat terjerat narkoba. Untungnya dia tidak terlalu jauh terjerat dan bahkan sekarang bisa hidup sangat normal. Sepertinya jauh dari citra penikmat narkoba.
Perjuangan Lepas Dari Narkoba
Saya jadi ingat cerita alm Ronny Pattinasarani, mantan pesepakbola yang salah satu anaknya pernah terjerat narkoba. Di acara Kick Andy, Ronny menceritakan bagaimana hancurnya perasaannya ketika dia terpaksa mengantar sang anak bertemu dengan bandar narkoba ketika sang anak sudah dalam keadaan sakauw. Beruntung sang anak akhirnya bisa lepas dari jerat narkoba.
Sebenarnya, menurut beberapa mantan pengguna narkoba, mereka yang sudah pernah terjerat dan sampai pada tahap kecanduan tidak akan pernah benar-benar bersih. Mereka cuma berada pada posisi sedang tidak menggunakan, tapi tidak ada jaminan suatu waktu nanti akan kembali lagi mencoba narkoba.
“Makanya, yang paling penting itu setelah berhenti memakai narkoba adalah keluar dari lingkungan para pemakai,” kata Abdel Achdian di vlog Soleh Solihun. Abdel adalah salah satu pesohor yang pernah terjerat narkoba. Menjelang akhir tahun 90an dia jadi salah satu pemakai narkoba jenis putauw. Dia sempat memilih berhenti, masuk rehabilitasi dan berhasil menghentikan kebiasaannya.
Tapi, itu cuma sementara. Abdel mengaku tidak keluar dari lingkungan yang sama, lingkungan yang pelan-pelan membuatnya kembali terjerat narkoba hingga butuh rehabilitasi lagi. Sekarang, dia mengaku sudah benar-benar tidak menggunakan narkoba lagi sejak awal tahun 2000an.
“Kita memang harus benar-benar keluar dari lingkungan yang bisa mempengaruhi,” kata Ari Lasso, mantan vokalis band Dewa 19. Ari juga pernah terjerat narkoba yang membuatnya harus keluar dari band yang membesarkan namanya. Ari benar-benar menghilang waktu itu, pulang ke kampungnnya di Surabaya dalam usaha membersihkan diri dari jerat narkoba. Ari mengaku benar-benar di dasar kehidupan. Jatuh, tidak punya uang dan terjerat narkoba. Menjelang kepergian sang ibu, Ari berjanji menguatkan diri untuk benar-benar meninggalkan narkoba.
Bukan cuma membersihkan diri, Ari Lasso juga meninggalkan lingkungan yang membuatnya kecanduan narkoba.
“Gue udah sama sekali gak pernah makai lagi sejak tahun 2000,” katanya. Dalam wawancara yang sama, dengan bercanda dia juga berpesan, “Jangan coba-coba pakai narkoba kalau kamu bukan Slank atau Ari Lasso.”
Band Slank dulu juga terkenal dengan para personil yang semuanya pengguna narkoba. Kaka, Bimbim, Indra Q, Bongky dan Pay sudah bukan rahasia lagi adalah para pengguna narkoba. Sekarang, sebagian besar dari mereka sudah bersih. Kaka, Bimbim, dan Indra Q sudah jauh berubah. Bersih dan sudah lebih sehat. Kaka dan Bimbim bahkan juga tidak merokok lagi.
Personil Slank, Ari Lasso, dan Abdel Achdian adalah orang-orang yang beruntung pernah mencicipi narkoba tapi berhasil lepas dari barang haram itu. Tidak seperti jutaan pengguna lain yang harus meregang nyawa. Data BNN menyebutkan di Indonesia pengguna narkoba berkisar antara 3,5 sampai 4 juta orang. Setiap hari disinyalir 30 orang meninggal karena narkoba. Jumlah yang sangat menakutkan, apalagi dari jumlah itu diperkirakan 24 persennya adalah pelajar. Jumlah yang membuat BNN menyebut Indonesia darurat narkoba.
***
Narkoba memang jadi salah satu momok yang menakutkan di manapun, tidak terkecuali di Indonesia. jutaan anak-anak muda usia produktif jadi korbannya. Anak-anak muda memang jadi pihak paling rentan terjerat narkoba. Di usia masih labil, mereka berusaha mencari jati diri, mencoba-coba banyak hal, dan bahkan melawan aturan demi mendapatkan pengakuan. Salah satunya bisa jadi mencoba narkoba. Awalnya penasaran, sampai akhirnya jadi ketagihan.
Ketika terjerat, banyak hal buruk yang mengintai. Mereka yang punya uang mungkin tidak terlalu masalah untuk mendapatkan narkoba, tapi mereka yang berkantung tipis terpaksa menjual barang-barang yang dipunya. Ketika barang-barang habis, giliran barang orang yang dicuri dan dijual. Semua demi mendapatkan narkoba yang sudah membuatnya kecanduan. Di sisi kesehatan, narkoba juga membuat mereka tidak bisa lagi melakukan banyak hal. Hingga akhirnya nyawa mereka tak terselamatkan lagi.
Jutaan orang tidak menyadari, bagaimana narkoba benar-benar ada di sekitar kita. Mengintai kita hingga berhasil menjerat kita atau orang-orang yang kita kenal. Menjerat sampai akhirnya bisa saja mereka mati sia-sia. Sungguh kematian yang sia-sia. [dG]
Miris sekali kalau dengar kabar ada orang yang kehilangan nyawanya karena narkoba. Benar-benar kematian yang sia-sia. Nggak nyangka juga kalau peredaran narkoba saat ini tidak hanya menjangkau kota-kota besar tapi sudah ada juga di kota-kota kecil, termasuk di Serui.
Narkoba memang menjadi masalah bersama, tidak sedikit orang dari sekadar coba-coba hingga akhirnya terjerumus. Semoga generasi sekarang paham jika segala bentuk narkoba itu membahayakan.
Yang sering terjadi juga, banyak yang salah kaprah menganggap narkoba sebagai doping. Kasus Nunung misalnya. Dia bilang pake sabu-sabu untuk meningkatkan stamina karena jadwal yang padat. Padahal saya yakin juga dia sudah paham bahayanya, tapi mungkin kalah dengan omongan manis pengedarnya.