Halo 2022!

Sebuah catatan pendek tentang bagaimana saya melihat tahun 2022 yang akan dijalani.

Waktu masih SD – mungkin sekitar umur 8-9 tahun – saya selalu membayangkan tahun 2000 suasana akan sangat berbeda, sangat maju. Mobil-mobil sudah tidak berjalan di darat, tapi melayang-layang di udara, bangunan semua sudah jadi bangunan tinggi. Tidak ada lagi bangunan yang cuma dua lantai. Pokoknya sangat berbeda dengan apa yang kami rasakan di tahun 1980-an. Maklum, buat anak kecil waktu itu, angka ribuan sepertinya sangat banyak. Makanya ketika mendengar kata ‘Tahun 2000’ angan langsung membayangkan tahun yang sangat berbeda.

Ketika akhirnya berumur panjang dan saya bisa merasakan sendiri tahun 2000, saya jadi geli mengingat bayangan masa kecil saya. Ternyata tahun 2000 tidak sebombastis yang saya bayangkan dulu. Memang sih ada yang berbeda jauh dari dekade 1980-an. Sudah ada yang namanya teknologi handphone, ada komputer dan internet yang di dekade 1980-an masih jadi barang sangat langka. Tapi mobil masih merayap di jalanan, belum melayang. Bangunan juga masih banyak yang satu lantai.

Saya kemudian menerima kenyataan kalau tahun 2000 yah seperti itulah, jauh dari yang saya bayangkan waktu kecil.

Lalu, perjalanan membawa saya perlahan tapi pasti hingga 22 tahun kemudian, di tahun 2022. Perubahan juga semakin terasa bila dibandingkan dengan dekade 1980-an, atau bahkan bila dibandingkan dengan tahun 2000. Perbedaan waktu 22 tahun menghadirkan banyak hal yang dulu tidak disangka akan terjadi, atau sudah dibayangkan tapi ternyata yang terjadi lebih dari yang dibayangkan.

Sekarang yang namanya batas teritori semakin kabur. Orang di seberang lautan atau bahkan di benua seberang bisa tetap berinteraksi dengan orang lain tanpa harus menunggu lama, bahkan bisa saling tatap meski tidak saling sentuh. Apa yang terjadi di ujung dunia sana bisa kita dengarkan saat itu juga. Teknologi sudah sangat memudahkan, sekaligus menciptakan fenomena baru yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Tapi kalau dipikir-pikir, memang kadang kita tidak terlalu merasakan kalau waktu itu berputar ya? Sampai saat ini kalau mendengar kata ‘tahun 90’, maka yang terbayang di kepala saya adalah masa 10 tahun lalu, atau maksimal 15 tahun lalu. Padahal ternyata itu masa 30 tahun lalu. Bahkan, anak-anak yang lahir di milenium baru alias tahun 2000 sekarang sudah akan berumur 22 tahun. Sudah matang, sebagian bahkan pasti sudah menikah.

Ah benar-benar yang namanya masa. Berlalu begitu saja, kadang tidak terasa meski kadang meninggalkan bekas.

Sekarang tahu-tahu sudah masuk ke tahun 2022. Tahun yang baru. Lalu seperti biasa, muncul pertanyaan, “Mau bikin apa di tahun yang baru ini?” Pertanyaan yang kalau buat saya akan berakhir dengan jawabab, “Lihat nantilah.”

Saya bukan tipe orang yang suka membuat resolusi atau rencana-rencana jangka menengah apalagi jangka panjang. Dulu mungkin iya, tapi kemudian saya sadar kalau rencana itu kebanyakan tinggal rencana, tidak menjadi realisasi. Lalu saya berpikir, lebih baik saya menjalani saja hidup apa adanya. Berharap yang terbaik, tapi tetap bersiap untuk yang terburuk.

Begitu juga dengan tahun 2022. Saya berharap akan ada hal baik yang datang, tapi tentu saja saya juga bersiap dengan hal buruk yang akan mendekati. Kita tidak pernah tahu kan apa yang akan terjadi pada kita?

Kalau kata Cing Abdel Achrian, kadang kita sulit bahagia karena ekspektasi kita yang terlalu tinggi. Ketika ekspektasi itu tidak tercapai, kita akan merasa gagal dan berakhir dengan kekecewaan. Makanya, saya tidak pernah memasang ekspektasi terlalu tinggi untuk rencana-rencana saya. Cukup menjalaninya dengan baik, tidak merugikan orang lain, dan kalau misalnya mendatangkan banyak kebahagiaan ya Alhamdulillah, kalau tidak ya masak iya sih tidak? #eh

Jadi, selamat datang 2022! Mari kita lihat bagaimana tahun ini akan membawa saya dan kita semua. Seperti biasa, mari berharap yang terbaik tapi tetap bersiap untuk yang terburuk. [dG]