Catatan Akhir Tahun 2021

Catatan akhir tahun 2021, sambil menunggu datangnya tahun yang baru

Tahun 2021 sudah mendekati akhir, sisa beberapa hari lagi kita akan mengganti kalender dari 2021 menjadi 2022. Ngomong-ngomong soal kalender, kapan terakhir kali kalian beli kalender? Mungkin sudah lama ya? Tapi saya sedang tidak membahas tentang kalender. Saya lebih tertarik membahas tentang apa yang terjadi dalam kehidupan saya di tahun 2021.

Terus terang, tahun ini terasa lebih cepat berlalu. Perasaan baru pergantian tahun, tahu-tahu sudah mau pergantian tahun lagi. Entah apa alasannya, tapi saya rasa saya tidak sendirian merasakan hal yang sama. Ada juga orang lain yang merasa tahun ini berlalu dengan cepat, bahkan lebih cepat dari tahun 2020 yang sebelumnya dianggap tahun yang berat.

Lalu, apa saja yang menjadi catatan saya di tahun 2021 ini? Berikut catatannya.

COVID-19

Sebelumnya banyak yang bilang, “Semoga tahun 2020 segera berlalu supaya kita bisa kembali hidup normal.” Ternyata tidak seperti itu juga. Setelah tahun 2020 berlalu, datang tahun 2021 yang ternyata awalnya tidak lebih baik dari 2020.

Semua gara-gara pandemi COVID-19 yang ternyata di awal-awal tahun 2021 masih terus membayangi dunia, termasuk Indonesia. Bahkan, ada masa ketika virus ini begitu menakutkan. Rumah sakit penuh, ambulans mondar-mandir, orang meninggal seperti daun berjatuhan di musim kering. Benar-benar menakutkan.

Semua terjadi hingga di pertengahan tahun 2021, setidaknya sampai bulan September 2021. Sebelum kemudian perlahan semua menjadi lebih baik. Salah satunya adalah karena sebaran vaksin yang sudah semakin meluas dan setidaknya membantu munculnya kekebalan kelompok.

Awal tahun 2021 juga saya akhirnya bersentuhan akrab dengan COVID-19 ketika Mamie akhirnya menjadi salah satu penyumbang angka penderita COVID-19 di Indonesia. COVID-19 jadi “kado ultah” yang berat untuk dia, beruntung karena tidak terlalu berat meski tetap harus menjalani karantina selama 10 hari.

COVID-19 yang sempat mengganas di pertengahan tahun 2021 ini juga sempat menunda banyak pekerjaan yang seharusnya dikerjakan, membuat saya harus mendekam di rumah, bekerja dari rumah selama lebih kurang dua tahun.

Suasana di dekat kosan baru

Pekerjaan

Akhir 2020 menandai akhir kebersamaan saya dengan Papua. Berawal di Januari 2018 dan berakhir di 2020. Kontrak yang awalnya cuma tiga bulan itu ternyata diperpanjang sampai durasi tiga tahun. Ada banyak sekali cerita dari sana, dan benar-benar menjadi catatan penting dalam kehidupan saya.

Saya mengawali tahun 2021 sebagai pengangguran, menunggu pekerjaan selanjutnya yang tidak langsung dimulai di awal tahun. Sebenarnya ada beberapa kemungkinan lain, tapi saya masih menunggu kesempatan yang sama dari pemberi tugas yang sama.

Kesempatan yang akhirnya datang di bulan April 2021. Pekerjaan yang hampir sama, tapi lokasi yang berbeda. Kalau sebelumnya di Provinsi Papua, maka kali ini di Provinsi Papua Barat. Satu pulau, tapi beda provinsi, dan ternyata beda budaya juga. Benar-benar pengalaman baru.

Sejak April 2021 saya lebih banyak menghabiskan waktu di Papua Barat. Mengunjungi Sorong, Kaimana, Fakfak, dan Raja Ampat. Kalau sebelumnya saya banyak bersinggungan dengan pegunungan tengah Papua, maka tahun ini saya lebih banyak bersinggungan dengan pesisir pantai Papua. Plus, tentu saja ikan-ikan segarnya.

Senja di Kaimana

Saya jatuh cinta pada Fakfak, dan pada Kaimana. Dua tempat baru yang saya datangi di tahun 2021 ini, dan merasakan pengalaman baru di dua kabupaten itu. Pengalaman yang sedikit berbeda dengan pengalaman sebelumnya di Papua. Walaupun benang merahnya tetap sama, pengalaman menyenangkan.

Di Luar Pekerjaan

Saya harus mengakui kalau tahun ini produktivitas saya di blog sangat menurun. Saya tidak lagi serajin dulu mengisi blog ini. Cuma ada 49 tulisan sebelum tulisan ini selama satu tahun, berarti hanya ada sekitar 4 tulisan per bulan atau 1 tulisan per minggu. Sangat sedikit kalau dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Apa alasan produktivitas saya menurun dalam mengisi blog? Alasannya tentu saja klasik, tidak ada waktu. Entahlah, tahun ini meski pekerjaan tidak sepadat tahun-tahun sebelumnya tapi terasa sekali kalau tidak banyak waktu luang untuk menulis. Atau, mungkin memang keinginan yang berkurang. Entahlah.

Namun, ada hal lain di luar blogging yang bisa menjadi catatan penting di tahun 2021 ini yaitu memulai siniar alias podcast. Iya, di bulan Maret 2021 saya dan Anchu Lelakibugis memulai kegiatan baru yaitu podcast. Kami memberi nama Podcast Cerita Makassar. Isinya tentang cerita-cerita tentang Makassar dan sekitarnya, atau lebih luas tentang Sulawesi Selatan. Mulai dari kebiasaan, cerita keseharian, budaya, dan hal remeh-temeh lainnya.

Poscast Cerita Makassar

Beberapa bulan setelah memulai bersama Anchu, kami berdua akhirnya menambah personil baru; Iyan. Bertiga kami rasanya lebih nyaman, dan memang sangat terasa pada perkembangan siniar tersebut. Tema semakin luas, isinya pun semakin menarik – menurut saya, dan pertumbuhan pendengarnya pun terasa lebih banyak.

Sampai hari ini, Podcast Cerita Makassar masih aktif dan masih akan terus kami isi. Memang belum ada bayangan akan diapakan siniar ini, dan bagaimana supaya siniar itu menghasilkan. Belum sejauh itu, kami masih menikmatinya sebagai cara lain untuk menyebarkan ide dan isi pikiran kami. Hanya buat senang-senang saja.

*****

Dan begitulah, bila umur kita panjang maka kita akan mengakhiri tahun 2021 dan bertemu tahun yang baru. Tentu saja ada catatan dari kita semua untuk tahun yang akan berlalu ini, dan tentu saja ada harapan untuk tahun yang baru. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan dan kemudahan di tahun yang baru. Amin! [dG]