2019 Buat Saya


Tahun 2019 buat saya datar saja, tidak seperti tahun 2018 yang lebih banyak kejutannya. Tapi, tetap ada cerita yang bisa saya kisahkan.


Kalau tidak ada aral melintang dan semua lancar, beberapa hari lagi kita akan berpisah dengan tahun 2019. Akan pungkas sudah perjalanan selama satu tahun ini, dan kita harus bersiap menghadapi perjalanan lainnya di tahun yang baru.

Selalu ada banyak pertanyaan ketika sebuah tahun sudah mendekati ujung. Apa yang sudah saya lakukan di tahun ini? Apa yang sudah saya capai di tahun ini? Apa yang saya lewatkan di tahun ini? Dan banyak lagi.

Tahun 2019 buat saya adalah tahun yang datar. Tidak terlalu banyak hal menarik yang terjadi di tahun ini. Berbeda dengan tahun sebelumnya ketika begitu banyak pengalaman baru menyeruak masuk ke dalam catatan-catatan perjalanan hidup saya dalam satu tahun.

Tahun 2019 tidak seperti itu.

Kehidupan.

Tahun 2018 akan sangat meninggalkan kenangan karena di tahun itu saya bersua lagi dengan Papua. Bukan cuma bersua sejenak lalu pergi, tapi bersua lalu berinteraksi sepanjang tahun. Tahun lalu, Papua jadi highlight perjalanan hidup saya. Datang ke Papua, bekerja di Papua, lalu mengunjungi banyak tempat baru di Papua.

Tahun ini, saya masih di Papua. Saya makin mengenali Papua, sekaligus semakin haus akan pengetahuan tentang Papua. Semakin banyak yang saya tahu, semakin saya sadar kalau masih banyak yang saya tidak tahu.

Papua masih jadi tempat tinggal sementara saya, seperti tahun sebelumnya. Namun, rasa yang membuncah seperti tahun lalu tidak lagi terasa terlalu besar. Biasalah, sesuatu yang bukan hal baru lagi pelan-pelan akan menghilangkan sebagian rasa penasaran kita, bukan?

Lagipula, tahun ini tidak ada kabupaten baru yang saya datangi. Tidak seperti tahun sebelumnya. Ada beberapa hal yang membuat kami tidak bisa bebas lagi bepergian seperti tahun lalu. Walhasil, tahun ini saya hanya berkunjung ke kabupaten-kabupaten yang sama seperti tahun lalu.

Kalau mau mencatat dua hal penting, maka itu adalah momen ketika saya berada dalam suasana menegangkan selepas kejadian rasialis di asrama Papua di Surabaya. Papua diguncang badai, beberapa tempat bergolak. Tidak terkecuali Jayapura, tempat saya bermukim.

Jayapura

Saya sempat merasakan kegalauan dan ketidakpastian ditambah rasa cemas ketika Jayapura diterpa badai. Internet hilang, sinyal telepon sempat hilang, harus begadang malam-malam menjaga lingkungan, sampai isu-isu yang mengundang kecemasan. Kejadian ini menyadarkan saya bahwa hidup di Papua memang seperti hidup di atas bara dalam sekam. Bara itu bisa membesar kapan saja, menjadi api yang melahap kemapanan yang sebenarnya sudah tertata sekian lama.

Catatan lain di tahun 2019 adalah ketika saya kembali disapa malaria. Kedua kalinya. Setelah tahun sebelumnya, menjelang akhir tahun saya terkena malaria tropica maka tahun ini saya terkena malaria tertiana. Lengkap sudah. Dua jenis malaria bermukim di dalam tubuh saya. Salam hangat – bahkan sangat hangat – dari Papua.

Perjalanan.

Seperti yang saya bilang di atas, saya tidak terlalu banyak berjalan tahun ini. Beberapa perjalanan harus ditunda atau dibatalkan karena berbagai alasan. Saya lebih banyak berdiam di kota Jayapura. Tidak seperti tahun sebelumnya yang hampir setiap bulan dipenuhi dengan perjalanan.

Perjalanan pribadi pun hampir sama. Tahun lalu bersama Mamie kami berlibur ke Raja Ampat. Menikmati sisi lain Papua yang Masya Allah indahnya. Tahun ini, tidak. Kami hanya sempat meluangkan waktu sejenak ke Bali, ke pulau yang sudah terlalu sering dikunjungi orang itu.

Namun, perjalanan yang tak sebegitu banyaknya tahun ini tetap memberi banyak pelajaran dan pengalaman buat saya. Saya tetap bertemu banyak orang baru, menemukan cerita-cerita baru, dan tentu saja menikmati suasana baru. Meski tidak benar-benar baru.

Asmat, Paniai, dan Lanny Jaya

Perjalanan paling berkesan tahun ini adalah perjalanan ke Distrik Pulau Tiga di Kabupaten Asmat. Menghabiskan dua malam di salah satu distrik paling jauh di Kabupaten Asmat dan melihat langsung kehidupan masyarakat yang gamang menghadapi terpaan modernisasi.

Paniai masih seperti tahun sebelumnya. Menyajikan banyak cerita buat saya meski tahun ini saya hanya tiga kali mengunjunginya. Tidak seperti tahun sebelumnya. Tapi Paniai tetap Paniai, wilayah penuh misteri yang selalu membuat saya rindu.

Lanny Jaya pun sama, tetap mengesankan meski tahun ini saya hanya sekali menginjakkan kaki di sana.

Tidak ada perjalanan lain yang benar-benar berkesan buat saya di tahun 2019 ini.

Blogging.

Sampai sekarang saya masih mengaku sebagai bloger. Pemilik blog yang sayangnya sudah tidak terlalu produktif seperti bertahun-tahun lalu. Tahun ini saya hanya memproduksi 92 tulisan sampai hari ini. Berarti rata-rata saya menghasilkan 7,6 tulisan per bulan. Setidaknya angka ini memang lebih bagus dari angka tulisan tahun sebelumnya yang berjumlah hanya 73 tulisan.

Angka yang meningkat dari tahun lalu itu memberi tanda kalau tahun ini saya punya lebih banyak waktu luang dibanding tahun sebelumnya.

Dari 92 tulisan yang saya produksi tahun ini, tulisan berjudul “Rahasia Daun Bungkus Papua” jadi tulisan yang paling banyak dibaca orang. Sejak ditayangkan di akhir bulan Januari 2019, tulisan ini sudah dibaca lebih dari 3000 kali. Bahkan, dengan kata kunci “rahasia daun bungkus papua” tulisan ini masuk di halaman pertama Google.

Masuk halaman pertama Google

Tidak heran karena kita tahu seberapa besar keingintahuan para pria Indonesia dalam urusan memperbesar kemaluan, bukan?

Oh iya, tahun ini juga saya mencoba ikut lomba blog setelah bertahun-tahun hiatus. Hasilnya? Bahkan masuk sebagai juara harapan pun tidak. Terus terang saya sempat sedikit terganggu dengan kenyataan ini, tapi hanya sebentar. Saya bisa dengan cepat memulihkan diri. Bisa melupakan kegagalan itu.

Mungkin saya memang yang sudah terlalu lama menjauh dari dunia lomba blog sehingga tidak tahu bagaimana tren lomba blog sekarang. Saya sudah mulai menjadi analog di dunia digital. Dan ini tidak boleh dibiarkan saudara-saudara!

I’ll be back! Kata Terminator.

*****

Begitulah teman-teman. Perjalanan kehidupan saya di tahun 2019 ini relatif datar saja. Tidak semenarik tahun 2018. Tapi, tetap saja ada cerita yang bisa dikisahkan, disimpan, dan mungkin direnungkan. Karena semua cerita itu pada dasarnya memang punya pendengarnya masing-masing.

Tahun 2020 akan menjelang. Semoga kita semua diberi umur panjang dan kesehatan untuk kembali mengarungi satu tahun kalender masehi. Entah cerita apa lagi yang akan hadir di tahun yang baru nanti. Kita semua pasti menantikannya, dan harus memastikan diri bahwa kita siap menyambutnya.

Selamat tahun baru kawan-kawan! [dG]