Saya dan Indihome
Disclaimer: tulisan ini murni berdasarkan pengalaman saya sebagai pelanggan Indihome, bukan titipan atau suruhan pihak manapun.
Beberapa hari ini layanan Indihome dari Telkom sepertinya sedang jadi sorotan. Awalnya dari kebijakan baru Telkom untuk menerapkan Fair Usage Policy (FUP) bagi pelanggan Indihome. Kebijakan ini dianggap seperti pembodohan karena katanya di awal layanan Indihome meracau kalau layanan mereka tidak terbatas atau unlimited. Lalu ketika ada kebijakan pembatasan pemakaian, beberapa pelanggan langsung merasa ditipu mentah-mentah.
Lalu muncul postingan di notes Facebook Tere Liye (yang baru saya tahu kalau ternyata dia novelis terkenal). Isinya juga menyoroti layanan Indihome yang dianggapnya menipu pelanggan, dari penerapan FUP sampai pemblokiran beberapa channel Useetv setelah masa promo selesai. Semua menurut Tere tidak dicantumkan secara gamblang di kontrak dan tidak juga diceritakan secara terbuka oleh para marketer Indihome.
Di forum KasKus yang juga jadi salah satu forum paling ramai di Indonesia muncul juga satu thread tentang Indihome. Thread ini bahkan lebih provokatif lagi karena judulnya seperti menyarankan orang untuk tidak menggunakan Indihome dari Telkom.
Dalam grup chat Blogger Makassar di Line, percakapan tentang Indihome juga sempat menghangat dalam beberapa hari ini. Salah satu penghuni grup memang karyawan Telkom, jadi percakapan terasa hangat ketika beberapa anggota mulai ikut mempertanyakan keabsahan keluhan, postingan Tere Liye dan thread di KasKus itu. Sebagai pengguna Indihome saya sebenarnya ingin ikut dalam perbincangan itu, tapi beberapa hari ini saya sedang berada di Jambi dan sibuk dengan kegiatan di lapangan.
Sampai akhirnya saya berpikir untuk menuliskan pengalaman saya bersama Indihome selama beberapa bulan ini.
Awal persentuhan.
Jadi semua berawal ketika kami penghuni rumah ini mulai merasa kalau kami butuh layanan internet. Sayang di Makassar tidak banyak pilihan untuk internet rumahan, Telkom bisa dibilang satu-satunya pilihan dan produk yang ditawarkan adalah Indihome. Dari awal saya sudah tahu jenis-jenis layanannya, termasuk paket-paket yang ditawarkan beserta harganya.
Terus terang, harga untuk layanan 10 MBps masih termasuk tinggi untuk saya, plus kecepatannya sangat melebihi kebutuhan. Tapi, angka 10 Mbps itu angka minimum untuk layanan menggunakan kabel fiber optik. Di bawahnya memang ada angka 3 Mbps yang disambungkan dengan kabel tembaga.
Tadinya saya terpikir untuk menggunakan layanan itu saja, toh 3 Mbps sudah cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Sayangnya, perbedaan harga antara layanan 3 Mbps dan 10Mbps termasuk tipis, hanya sekitar 100 ribuan lebih sedikit. Sayang dong, kecepatan beda jauh tapi harga cuma beda tipis. Jadilah kami memutuskan untuk memilih layanan 10 Mbps saja.
Proses pemasangan tidak bertele-tele. Awalnya teknisi lapangan Telkom datang ke rumah dan memeriksa kesiapan layanan fiber. Kata si bapak, rumah kami belum bisa dilayani oleh 100% fiber karena jarak yang terlalu jauh. “Kalau bapak mau ya gabungan fiber dan tembaga.” Katanya.
Waktu itu saya putuskan untuk menunda saja sampai layanan 100% fiber bisa terlayani. Tapi tidak sampai seminggu teknisi lain datang, katanya saya bisa menikmati layanan 100% fiber karena jarak yang masih terjangkau dari stasiun terdekat. Okelah, tak ada masalah, kata saya. Beberapa jam kemudian saya resmi jadi pelanggan Indihome. Kejadian itu terjadi di bulan September 2015.
Oktober 2015 tagihan pertama datang. Besarnya lebih kecil dari yang saya duga. Saya lupa berapa persisnya, tapi seingat saya sekitar 300an ribu rupiah. Sempat bertanya-tanya juga, kenapa lebih murah dari yang ada di website ya? Tapi namanya dapat harga murah, pertanyaan itu tentu saja hanya disimpan di kepala. Berbeda kalau misalnya tagihan yang datang lebih besar dari yang diperkirakan.
November 2015 tagihan bulan kedua datang. Kali ini besarannya persis seperti yang saya bayangkan, Rp. 445.000,-. Karena besarnya tagihan lebih besar dari bulan sebelumnya maka tentu saja ini saya pertanyakan ke teman yang kebetulan adalah orang Telkom. Jawabnya, bulan lalu tagihan memang lebih rendah karena pemakaian waktu itu belum sampai 1 bulan seperti yang seharusnya. Oke, masalah selesai sampai di sini.
Sampai sekarang saya masih tetap membayar sebesar Rp. 445.000,- (atau sekitar itu, saya lupa pastinya). Angka yang menurut saya persis sama seperti yang diiklankan di website. Jadi tidak ada masalah.
Kecepatan dan Layanan.
Untuk masalah kecepatan, saya harus akui kalau saya cukup puas. 10 Mbps untuk kebutuhan yang tidak macam-macam sudah sangat pantas, bahkan kadang saya merasa kalau layanan ini mubazir untuk saya yang tak seberapa sering mengunduh atau streaming.
Ketika kebijakan FUP keluar saya juga sempat menanyakannya ke teman yang orang Telkom. Dari dia saya mendapat jawaban kalau penurunan kecepatan dari 10 Mbps ke 7 Mbps akan dilakukan kalau pemakaian sudah melewati kuota 300 GB. Tak ada masalah buat saya, toh saya yakin kuota pemakaian 300 GB per bulan itu untuk kegiatan normal tidak akan pernah tercapai. Jadi bisa dibilang kebijakan itu tidak berpengaruh kepada saya yang memang hanya pengguna internet biasa. Rasa tidak sreg hanya ada pada perubahan kebijakan yang berlaku di tengah jalan.
Di awal menggunakan layanan Indihome saya juga sudah tahu kalau promosi saluran televisi di Useetv (yang jadi satu bagian dari layanan Indihome) akan berakhir di bulan Januari 2016. Tapi tak urung saya kesal juga ketika di bulan Februari 2016 beberapa saluran favorit saya mulai hilang dari daftar layanan. Utamanya saluran-saluran film. Saya bukan penonton televisi, jarang sekali televisi saya nyalakan, kalaupun dinyalakan maka itu hanya untuk menonton siaran olahraga atau siaran film. Nah kehilangan siaran film tentu mengesalkan, membuat saya merasa angka Rp. 445.000,- sebulan mulai terasa mahal.
Tere Liye bilang kalau bisa saja di tengah jalan Telkom mengubah lagi kebijakannya, menghapus siaran lainnya termasuk siaran olahraga. Kalau itu sudah terjadi maka saya pasti juga akan kesal dan bersuara. Untuk saat ini mungkin kekesalan itu masih bisa saya pendam karena toh saya tidak terlalu sering menyalakan televisi.
Lalu bagaimana dengan layanan after sales, utamanya untuk penanganan masalah? Sejak menggunakan Indihome saya sudah dua kali mengalamami masalah. Pertama di bulan Januari 2016 dan sekali lagi beberapa hari yang lalu di bulan Februari 2016. Masalah keduanya sama, koneksi terputus dengan indikator lampu LOS berwarna merah. Kedua-duanya juga saya laporkan ke 147 dan tanggapannya menurut saya lumayan bagus. Untuk kasus pertama saya memang harus menunggu nyaris 3×24 jam sebelum masalah diselesaikan, sementara untuk kasus kedua saya hanya menunggu beberapa jam sebelum layanan kembali normal, itupun teknisi tak perlu datang ke rumah. Untuk kedua kasus ini saya harus akui kalau layanan Telkom cukup memuaskan.
Nilai Keseluruhan.
Lalu, berapa nilai yang saya berikan untuk layanan Indihome yang sedang saya nikmati selama lima bulan ini? Saya coba memberikan nilai berdasarkan pengalaman dan apa yang saya rasakan, nilai yang saya berikan adalah skala 1-10.
Untuk kecepatan saya memberikan nilai 8, tak pernah ada masalah dan saya cukup puas dengan kecepatan internetnya.
Untuk layanan dan after sales saya beri nilai 7, komplain diselesaikan sesuai batas waktu yang mereka buat (3×24 jam).
Untuk harga saya beri nilai 6.5, menurut saya masih terlalu tinggi untuk kebutuhan saya yang sebenarnya tak seberapa. Tapi ini tentu saja relatif, apalagi saya tidak punya pembanding lain.
Untuk kebijakan saya beri nilai 6, karena meski sudah tahu dari awal kalau saluran TV yang saya nikmati adalah layanan promo saya tidak menyangka kalau semua saluran film akan diblok sama sekali. Perubahan kebijakan yang kurang transparan bisa saja akan benar-benar merugikan pengguna di belakang hari, tapi bisa juga tidak.
Untuk keseluruhan layanan Indihome, angka yang saya beri adalah 7. Harga yang menurut saya masih tinggi dengan arah kebijakan yang bisa berubah kapan saja adalah faktor yang mengimbangi tingkat kepuasan di kecepatan dan layanan after sales.
Buat Anda yang belum memasang Indihome tapi berniat memasangnya, silakan dipertimbangkan dulu baik-baik. Saya tidak bilang Indihome jelek tapi juga tidak bilang kalau Indihome bagus sekali. Tetap ada baik dan buruknya.
Kalau saja saya bisa punya pembanding lain maka mungkin postingan ini akan lebih bisa menuntun Anda untuk memilih layanan yang mana. Tapi saya tidak punya pembanding lain, jadi postingan ini khusus untuk menilai Indihome saja.
Atau Anda punya cerita lain soal Indihome? Silakan tuliskan di bagian komentar. [dG]
Soal kecepatan dan harga sih memang bagus, Daeng. Kami di rumah sebelumnya pakai Speedy, dan selalu ditawari oleh pihak Telkom untuk pindah ke IndiHOME. Saat pakai Speedy memang biayanya lebih mahal, selisih 200rb dari IndiHOME. Tapi ya kalau soal stabilnya sih menang Speedy. Belakangan akhirnya kami pindah ke IndiHOME.
Yang paling bikin gemas sama IndiHOME ini menurut saya dari sisi layanan dan after salesnya. Sampai saat ini memang IndiHOME di rumah baru 2x bermasalah (semoga tidak lagi). Tapi responnya selalu lama, cenderung diPHPin lah istilahnya. Nanti kemudian di hari keempat setelah kami komplain dan tidak ada respon juga, Papanya Sedja langsung ke Telkom. Itupun di sana disuruh menunggu teknisi, padahal kemarin-kemarin juga ngomongnya seperti itu.
Akhirnya datanglah si teknisi ke rumah. IndiHOMEnya normal lagi. Dari si teknisi ini kamipun tahu kalau teknisi (dianya sih bilang petugas kabel) di Lombok hanya ada dia. Makanya repot kalau IndiHOMEnya sudah bermasalah 🙁 yang bagian sales dan pemasangan orangnya banyak kebangetan, giliran teknisi pas ada masalah kayak gini hanya dia seorang. *bapakteknisinyacurhat
wah ya parah kalau satu Lombok teknisinya cuma satu hihihi
pantas saja kalau ada masalah, penanganannya lambat
Menarik postingannya, boleh kenalan gk sama Telkomer yg dimaksud? hag…hag…hag *ketawa setan*
Tulisan ini ‘main aman’ bukan karena ada kenalan Telkomer kan?, sulit memang berbicara baik tidaknya jika tak ada pembanding, tapi berbicara pengalaman, user experience-nya menarik untuk dibaca.
Izinkan saya menanggapi sedikit dari aspek teknik. Gebrakan IndiHome memang membuat masyarakat tergiur dgn layanan yg super cepat ini, namun sayangnya belum banyak daerah bisa ter-cover jaringan serat optik. Disebutkan bahwa, “Di bawahnya memang ada angka 3 Mbps yang merupakan gabungan kabel tembaga dan fiber optik”. Sebenarnya ini sama sekali bukan kabel optik melainkan murni kabel tembaga. Cuma kadang disebut semi fiber. Secara topologi jaringan, perangkat disisi Telkom sudah support fiber, namun yg mengarah ke pelanggan khususnya yg belum ter-cover jaringan fiber maka masih menggunakan kabel tembaga ini. Sehingga untuk merasakan 10Mbps harus ganti kabel ke serat optik.
Untuk after sales, ada istilahnya Service Level Guarantee (SLG) sbg contoh pelanggan corporate punya batasan waktu penanganan gangguan, sehingga walau kecepatan yg disewa corporate dan pelanggan residensial sama tapi kecepatan penanganan gangguannya berbeda, krn biaya sewanya pun berbeda. Bukan berarti pelanggan residensial (rumahan) ditangani dgn lambat, namun dgn mempertimbangkan beragam aspek dan prioritas, seperti contoh daftar antrian gangguan, tingkat kerumitan gangguan dll.
Sekadar info, karakteristik kabel optik ini bisa dibilang paling manja. Selain biaya infrastrukturnya mahal (kabelnya), penanganannya pun gk sembarangan, harus oleh teknisi yg terampil. Konstruksi kabel ini semi kaca, penyambungannya berbeda dgn kabel tembaga yg bisa diplintir, melainkan penyambungannya menggunakan alat khusus harganya ratusan juga dan rentan terhadap debu, kotoran dll yg bisa mempengaruhi kualitas jaringan. Biaya kabel gak murah, alat penyambungnya pun gak murah. Jadi, jika dihubungkan dgn harga yg dipasarkan IndiHome,sebenarnya itu kategori murah apalagi dgn layanan bundling.
Sulit untuk mencari pembanding, krn tdk semua operator penyedia layanan bersedia menginvestasikan untuk jaringan ini, apakah sebanding dgn keuntungan yg didapat dgn harga yg sudah digelontorkan ato justru harus pasang harga murah tapi perusahaan menanggung kerugian?.
Terimakasih ulasannya yg apik ini, saya senang membacanya. Klo ada pertanyaan, saya siap bantu yah 😀
iyo, saya pasti main aman karena memang belum menemukan pembanding. jadi apa yang saya tulis ini murni dari pengalaman pribadi, termasuk soal harga itu yang saya bandingkan dengan kebutuhan
Saya pernah berniat untuk pasang IndieHome. Tetapi ternyata IndieHome harus menggunalan layanan triple play, tidak bisa internet only. Karena sebelumnya saya sudah menggunakan TelkomVision (yang menurut saya cukup puas dengan pelayanannya, bahkan pernah dapat bonus siaran premium diluar dari paket selama sebulan), saya disuruh untuk mencopotnya untuk diganti saja dengan useetv. Ya udah, saya mikir2. Mungkin saya mikir2 nya terlalu lama sampai FUP dan pencopotan siaran tertentu berlaku di indieHome.
Sekarang masih menunggu tawaran provider internet lain yang menggunakan fiber optik. Semoga dengan adanya ‘masalah’ ini, bermunculan provider internet yang lebih oke sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Pengalaman ane sih udah lama pake speedy trus upgrade ke IndiHome baik2 aja, ane kira upgrade IndiHome lebih buruk ternyata malah lebih baik mulai dari stabil nya, speed nya lebih kenceng, trus juga keluarga bisa nikmatin useetv. Kalo dari harga sih masih terjangkau kok, yg terpenting ane dan keluarga ane puas pake IndiHome
Mungkin dibandingkan agan-agan sekalian, cuma saya yang paling sering mengalami masalah dengan IndiHome, hampir setiap bulan complain melulu (bisa sampai 5x),,,belum lagi siaran favorit yang terblock (ampun dj,,pusing pala barbie), internetnya putus2, dari mulai pasang di bulan september/oktober 2015 (lupa bulan pastinya) sudah 2x ganti modem (dr antene 1 diganti antene 2). Kejadian berulang tiap bulannya, sampai bosan sendiri telpon ke 147, waktu nelpon sih langsung direspon sama CS, nunggu tekhnisinya nongol yang bikin pusing, lamaaaa,,,,,pernah sekali saya tanyakan ke tekhnisi yg datang, kok nunggu tekhnisi datang bisa sampai 2-3 hari baru nongol, kadang nggak nongol sama sekali walau sudah ditunggu-tunggu (sampai layanannya bagus sendiri,,,??,,amazing bin ajaib) info dari tekhnisi tersebut seperti ini : “iya bu maaf, kalau call ke 147 memang seperti itu, karena pesan ibu diterima bukan langsung dari lokasi yang sama (kebetulan saya di balikpapan), tiket komplain ibu diterima oleh 147 bandung, diteruskan lagi ke 147 semarang, baru sampai kebalikpapan setelah beberapa hari (busyet,,tiket komplain aja muter2 dulu), sebenarnya yang prioritas adalah customer yang datang ke plasa, jadi kalau ibu mau fast respon bisa langsung complain ke plasa, ibukan komplain di 147 nih bu, kalau seandainya lagi dikerjain trus ada customer yang complain diplasa dihari ini, pekerjaan untuk ibu harus kami tinggal, karena prioritas untuk customer komplain di plasa”,,,(kasian eh,,sudah bukan prioritas, masih ditinggal pula),,,cuma walaupun hati dongkol, kita masih bisa minta kompensasi atas ketidaknyaman yang terjadi, discount juga variatif, bulan lalu saya dapat discount 50%, tapi dibandingkan dengan perasaan pada saat mau kirim email tiba2 internetnya down, atau pas lagi nonton asia’s next top model tiba tiba layar blank,,,sakitnya tuh melebihi discount yg didapat. Setiap bulan saya bayar 580.000 untuk paket indihome dan talk mania, cuma masih kecewa dengan pengurangan siaran useetv, timbul pertanyaan dalam hati “jika seandainya saya minta pengurangan pembayaran atas siaran yg ditutup bisa nggak ya? Wong tagihan sama tapi siaran dikurangi, wajar aJa kali ya kalau saya hanya membayar apa yang saya dapat dan gunakan”,,
Yang saya tulis ini unek-unek, curhat dan share pengalaman pribadi sama seperti daeng gassing ????,,,bukan aksi provokasi, karena sampai sekarang juga saya masih pake indihome karena belum dapat provider pembanding.
Kalo pengalanan saya sih jelek banget pelayanannya. Saya sudah berlangganan 3 bulan lalu di bulan ke 4 saya ingin berhenti karena indihome memakai quota 100Gb yg tentu saja menganggu aktifitas saya. Saya pun telpon ke 147 untuk pemberentian, saat itu komunikasinya lancar aja. Tetapi setelah 2 hari berlalu orang telkom telpon ke saya. Orang telkom ngomong untuk pemberentian langganan harus ke telkom di jalan ahmad yani. Tentu saja saya protes karena dahulu biasanya orang telkomnya dateng ke rumah untuk ngambil alatnya. JADI UNTUK PEMBERENTIAN LANGGANAN HARUS DATENG KE TELKOM DAN ITUPUN JAUH DARI RUMAH SAYA. Hahaha curhat maap ya
saya juga sangad amat kecewa dngn indihome….hampir semua chanel favorit keluarga saya d blok,saya sndri sudh berlangganan hampir 2 tahun…sblmnya hanya bbrapa chanel yg d blok,makin kemari makin banyak yg d blok yg ga d blok justru chanel yg ga pernah d nonton…ya udh berenti aj deh
Iya memang sarana dan pelayanan indihome selain harga lumayan mahal dan harus ikut 2 minimal program , beberapa kali kena masalah truuus dr tv chanel tidak memuasi dan internet jk error dihubungi susah ,kadang speed nya ug letoy. Wilayah srirejeki kl banteng smg. Jika tekat bayar aehari kangsung di stop….. Semoga ada pesaing yg bisa memuaskan pelanggan. Makasih