Hai Traveler! Kalian Kadang Menjengkelkan Tahu!

ilustrasi
ilustrasi

“Ayo liburan dong! Jangan kerja terus, tidak enak loh.”

Pernah melihat tulisan seperti itu di media sosial? Ayolah, kalian pernah melihatnya bukan? Kalimat itu sudah seperti mantra yang terus diulang-ulang, hadir di ruang-ruang sosial media kita. Di Facebook, di Twitter, di Path, di Instagram, dan mungkin di ruang-ruang lainnya.

Kalimat semacam itu biasanya diunggah para traveler – atau so called traveler – yang sedang menikmati liburan di waktu ketika orang-orang normal kebanyakan sedang berkutat dengan pekerjaan. Maksudnya mungkin bagus, semacam pengingat bagi para kaum pekerja supaya tidak terjebak dalam rutinitas lima (atau enam) hari seminggu dan delapan jam (atau lebih) sehari.

Tapi tahukah Anda para traveler kalau kata-kata itu kadang akhirnya jadi menjengkelkan? Kadang malah membuat sakit hati tahu! Apalagi kalimat seperti itu sudah semakin sering diulang-ulang, utamanya para traveler baru yang kinyis-kinyis. Para traveler yang merasa sungguh beruntung bisa lepas dari rutinitas yang bagi mereka hanya bikin meringis.

Tahukah kalian para traveler? Kalimat itu menyakitkan bagi para pekerja yang tak bisa dengan leluasa mengatur waktu dan menentukan sendiri kapan mereka bisa lepas dari rutinitas yang bagi traveler sungguh menyiksa itu. Mereka bukan tidak mau liburan seperti kalian para traveler yang bebas ke mana saja, kapan saja. Dalam lubuk hati mereka, liburan juga adalah impian. Apalagi bisa dilakukan bersama orang-orang kesayangan atau teman-teman terbaik.

Tapi apa daya, mereka bukan pemilik utama dari waktu kerja mereka. Ada tuan besar yang mengatur hidup mereka, mengatur kapan mereka harus hadir tepat waktu, menghabiskan berjam-jam waktu mereka untuk satu kata: bekerja, lalu kembali ke rumah dengan tubuh capek dan nyaris remuk. Begitu terus setiap hari, di hari ketika kalian para traveler sedang berasyik-masyuk menikmati angin laut dan aroma tanah.

Mereka bukan tidak mau berlibur, tapi mereka lebih memilih untuk menghidupi keluarga mereka, atau minimal mengganjal perut dan menyisihkan sedikit buat masa depan. Mereka berpikir, berlibur hanya membuat hidup mereka tambah sulit karena itu berarti uang tabungan untuk masa depan harus terkuras. Padahal mereka juga punya tanggungan, atau minimal punya mimpi suatu hari nanti akan punya tanggungan.

Kalian para traveler kadang memang menjengkelkan. Hanya berpikir tentang kesenangan kalian saja, lalu berpikir orang lain yang tak seperti kalian adalah orang-orang yang patut dikasihani. Patut diberi kalimat; kasihan, kerja terus gak pernah liburan. Apa kalian pikir semua orang punya keleluasaan waktu dan materi tapi tidak mau berlibur? Kalian salah!

Banyak yang terpaksa mencoret kata liburan dalam kamus hidup mereka karena tuntutan hidup tak pernah mengenal kata libur. Sekali lagi bukan tidak mau, tapi memang tidak bisa.

Jadi para traveler yang keren, berhentilah mengira semua pekerja itu sebenarnya bisa berlibur tapi tidak mau. Berhentilah mencaci mereka yang terpaksa hidup dalam aktivitas dan rutinitas yang sama setiap hari kerja, karena mereka mungkin terpaksa melakukannya demi bisa menghidupi keluarga, menghidupi anak-istri atau bahkan sekadar bisa menyambung hidup esok hari.

Nikmatilah kebahagiaan kalian para traveler yang keren, syukurilah kalian bisa berlibur, melancong dan berjalan-jalan di hari ketika banyak orang masih harus terjebak di ruang-ruang kerja mereka. Hargailah perasaan mereka yang tak seberuntung kalian. Kalau tidak bisa, maka jangan salahkan orang yang akan mencap kalian sebagai traveler yang menjengkelkan.

Salam traveler! [dG]