The Fans All Alright

Pearl Jam and Their Fans

Tidak banyak band besar di dunia yang begitu menghargai fansnya seperti Pearl Jam menghargai fansnya. Sebagian kisah antara mereka dan para fans dikemas dalam sebuah film berdurasi 80 menit yang merupakan bagian dari PJ20 dan diberi judul : The Fans All Alright

Apa arti fans bagi sebuah band? Hanya sekumpulan orang yang menyenangi hasil karya mereka? Hanya sekumpulan orang yang membeli hasil karya mereka dan kemudian begitu antusias datang ke pertunjukan mereka? Atau sekumpulan orang yang memberi mereka energi besar untuk terus berkarya?

Bagi Pearl Jam, band rock asal Seattle, fans adalah segalanya. Mereka bukan hanya sekumpulan orang yang berdiri di depan mereka ketika konser, atau sekumpulan orang yang menyisihkan uang mereka untuk membeli semua album yang sudah mereka keluarkan. Fans bagi Pearl Jam adalah sekumpulan saudara yang ikut bersama mereka dalam 20 tahun lebih perjalanan karir mereka.

Mereka memulai karir dari sebuah klab kecil, menggelinding dari klab ke klab hingga ke panggung besar di depan puluhan ribu penonton. Selama 20 tahun lebih Pearl Jam sudah menggelar ratusan konser di ratusan kota di nyaris di berbagai negara di dunia (sayangnya Jakarta belum termasuk) dan dalam rangkaian itu ikatan erat antar band dengan para fans semakin erat.

Dalam Fans All Alright terbaca dengan jelas bagaimana Pearl Jam begitu menghargai para fansnya. Selepas tragedi Roskilde tahun 2000, Pearl Jam semakin menghargai ikatan itu. Kematian 9 orang fans di konser tersebut memukul psikologis mereka, menyadarkan kalau mereka harus lebih menghargai para fans yang sudah meluangkan waktunya untuk datang menikmati konser.

Eddie Vedder sang vokalis selalu berusaha untuk menjalin komunikasi dengan para fans. Di negara yang tak berbahasa Inggris, dia selalu berusaha untuk merangkai kalimat dalam bahasa lokal sebagai sebuah jembatan untuk mendekatkan diri dengan para fans. Eddie juga selalu mengingatkan para fans untuk menjaga diri dan menjaga teman-teman mereka yang berada di sekeliling mereka.

“Take care yourself, take care one and another,” pesan Eddie di setiap penampilannya.

Bagi Pearl Jam, energi yang mereka dapatkan dari setiap teriakan para fans harus dikembalikan lagi, dan mereka mengembalikannya dalam bentuk penampilan yang all out.

Pearl Jam selalu menggelar konser dengan durasi 3 jam per konser. Sebuah durasi yang jelas lebih lama dibanding band-band lain. Hal tak lazim lainnya adalah mereka bisa membuat set list yang berbeda untuk penampilan dua malam berturut-turut. Mereka bukan tipe band yang menganakemaskan satu-dua lagu dan kemudian memainkannya berkali-kali di hadapan penonton.

Pada sebuah konser di Boston tahun 2003, Pearl Jam yang tampil tiga malam berturut-turut membawakan 93 buah lagu dan hanya satu lagu yang diulang dua malam berturut-turut. Para fans tentu tidak akan melewatkan sebuah konser yang penuh dengan kejutan seperti itu.

Pearl Jam pernah “mengorbankan” karirnya untuk memulai perseteruan dengan Ticketmaster yang mereka anggap terlalu banyak mengambil untung dari penjualan tiket dengan mematok harga tiket yang mencekik fans. Keputusan pengadilan yang membuat mereka kalah membuat Pearl Jam selama beberapa tahun tidak bisa tampil di venue besar dan hanya boleh menggelar konser-konser kecil. Tapi mereka tidak peduli, mereka sudah bahagia telah melakukan sesuatu untuk fans mereka.

Sejak tahun 2000 Pearl Jam juga mengeluarkan bootleg khusus untuk fans-fans mereka yang berisi rekaman konser. Dalam lingkup fans Pearl Jam juga ada sesuatu yang bernama DVD Tree di mana Pearl Jam sendiri sebagai band memberikan kelelulasaan kepada para fans untuk melakukan penggandaan material selama itu bukan produksi label.

The Fans All Alright yang merupakan bagian dari film dokumenter Pearl Jam Twenty menggambarkan dengan jelas bagaimana Pearl Jam menghargai fansnya dan tentu saja membuat para fans juga begitu menghargai Pearl Jam.

” They don’t know how much the’ve done for us and how we really appreciate that, ” kata seorang fans.

 

[dg]