Tentang Tulisan Terpilih Pekan Ini

Postingan Enal
Postingan Enal

Saya percaya tulisan yang disertai deskripsi yang cukup dan punya sentuhan personal adalah tulisan yang sangat potensial untuk menarik perhatian pembaca. Ini yang selalu berusaha saya lakukan meski tidak selalu berhasil.

Pekan kedua Kelas Menulis Kepo angkatan kedua, saya dan Lelaki Bugis sepakat untuk memilih tulisan terbaik pekan ini. Saya memeriksa tulisan teman-teman dari angkatan pertama sementara Lelaki Bugis memeriksa tulisan teman-teman angkatan kedua.

Lelaki Bugis memilih tulisan dari Ismail sebagai tulisan terpilih pekan ini. Alasannya bisa dibaca di postingan blognya. Sementara saya, memilih tulisan Enal sebagai tulisan terbaik pekan ini. Tulisan Enal yang berjudul “Paladingan Panen 12 Ton Per Hektar Bawang Merah” diunggah tanggal 7 Desember atau dua hari sebelum pertemuan kedua Kelas Menulis Kepo.

Di tulisannya Enal bercerita tentang pengalamannya melihat langsung panen bawang merah di desa Paladingan, desa yang jadi salah satu dampingannya. Enal memang sedang bekerja sebagai pendamping petani melalui salah satu yayasan di kota Makassar. Pekerjaan yang sesuai dengan minat dan latar pendidikannya.

Selain Enal sebenarnya ada Iyan dan Kiwa yang sama-sama menulis di dalam rentang pekan yang sama. Keduanya juga menulis sesuatu yang lekat dengan dunia medis. Saya tidak bilang tulisan Iyan dan Kiwa lebih jelek dari tulisan Enal. Tidak, sama sekali tidak. Ketiga tulisan itu punya kekuatan masing-masing dan sama-sama enak dibaca.

Lalu kenapa saya memilih tulisan Enal sebagai tulisan terpilih pekan ini? Alasannya mungkin sangat subjektif, karena saya suka caranya menuliskan laporan kegiatan. Sesederhana itu.

Tulisan Enal mengingatkan saya pada pekerjaan yang saya lakoni dalam setahun belakangan ini. Menuliskan laporan kegiatan dengan cara yang tidak kaku dan harus enak dibaca. Buat saya Enal sudah berhasil melakukannya, melengkapi laporan kegiatannya dengan deskripsi dan sentuhan humanis yang melibatkan anak kecil.

Sulit untuk tidak tertarik pada tulisannya. Cara Enal menggambarkan suasana desa membuat saya merasa ada di sana, melihat sendiri keresahan anak-anak kecil yang masih harus berada di dalam sekolah padahal panen bawang merah sudah di depan mata. Merasakan keresahan warga melihat awan mendung yang menggantung menjelang permulaan panen serta merasakan kegembiraan warga ketika panen bawang merah mereka ditaksir mencapai 12 ton per hektar.

Kalaupun ada yang kurang mungkin cuma di pemilihan judul saja. Judul yang dipakainya sekarang masih sangat terasa sebagai sebuah tulisan laporan. Saya membayangkan judul lain yang lebih menarik dan lebih lentur, seperti isi tulisannya.

Selebihnya saya senang membaca tulisan Enal yang adalah salah satu peserta Kelas Menulis Kepo angkatan pertama. Tapi selain itu saya juga cemas, kalau dia konsisten menulis seperti ini jangan-jangan suatu hari nanti dia akan mengambil lahan kerja saya. Duh!

Apapun itu, selamat buat Enal sang petani modern! [dG]