Cobaan Di Akhir Tahun
Inspiring people? Me? Are you kidding me?
Sepekan yang lalu seorang kawan di jendela obrolan LINE memberi kabar. Isinya, radio Madama yang adalah salah satu radio swasta teratas di Makassar memberikan penghargaan Makassar Inspiring People yang juga sebagai rangkaian ulang tahun mereka yang ke-27.
“Ada namata juga dikasih masuk.” Kata si teman. Dia mengabarkan kalau nama saya juga dimasukkan sebagai salah satu nominator penerima penghargaan itu.
Waktu itu saya mengernyitkan dahi, merasa jengah dan agak aneh. Makassar inspiring people? Saya? Who the hell am I? Tanya saya dalam hati. Tapi tak apalah, toh itu baru nominasi. Tidak mungkinlah nama saya terpilih, kata saya dalam hati. Keyakinan itu makin menguat ketika melihat nama-nama para nominator lainnya. Mereka semua sudah sangat terkenal di seantero kota Makassar, sudah punya banyak karya yang membuat apa yang saya lakukan seperti sebiji kerikil di tepi jalan. Tidak ada artinya sama sekali.
Beberapa hari kemudian si teman kembali memberi kabar. Kali ini disertai foto undangan resmi untuk hadir dalam acara penganugerahan award itu. Di situ tertulis kalau saya benar-benar terpilih sebagai salah satu dari 15 orang yang menurut penyelenggara pantas menjadi Makassar inspiring people.
Jujur, waktu itu saya bingung. Bohong kalau saya tidak senang nama saya disejajarkan dengan nama-nama yang sudah kadung terkenal. Di sana bahkan ada nama Samsul Chaeruddin, salah satu legenda hidup PSM Makassar. Ada juga Adnan Purichta YL yang baru saja memenangi pilkada Gowa versi hitung cepat. Apalah saya dibanding mereka.
Di sisi lain saya juga malu. Apa yang saya lakukan rasanya belum cukup pantas disebut menginspirasi orang banyak. Saya hanya tahu ngeblog, belajar banyak dari orang sekitar dan dari banyak orang lainnya. Tak pernah berpikir apa yang saya lakukan bisa membuat orang lain terinspirasi, apalagi sampai mengambil jalan ekstrem dalam kehidupan mereka.
*****
Penghargaan itu akhirnya benar-benar diberikan kepada saya dalam sebuah acara puncak peringatan ulang tahun yang tak bisa saya hadiri. Saya meminta tolong Lelaki Bugis untuk mewakili saya naik ke panggung menerima penghargaan itu. Sebuah foto sertifikat berbingkai dikirimnya lewat jendela percakapan LINE, ada nama saya tertera di sana.
Alhamdulillah. Tentu saja saya senang meski saya terus menahan diri untuk tidak senang berlebihan. Walau saya juga merasa tidak pantas, tapi setidaknya saya harus menghargai penyelenggara yang sudah memilih saya sebagai penerima penghargaan itu. Mereka pasti punya pertimbangan sendiri, punya alasan sendiri kenapa memilih saya sebagai salah satu sosok Makassar yang menginspirasi. Saya harus berterima kasih kepada mereka.
Penghargaan ini buat saya adalah sebuah cobaan. Bebannya berat bok! Diberi gelar inspiring people seperti menaruh beban berat di pundak saya, apalagi membawa-bawa nama kota Makassar. Belum apa-apa di grup LINE saya sudah jadi bahan canddan.
“Nantipi bercanda daeng, seriuski dulu. Ingatki, kita itu inspiring people.” Kata seorang kawan.
Tuh kan? Meskipun itu cuma candaan tapi tetap saja itu jadi beban berat buat saya. tempelan “inspiring people” di jidat seperti memaksa saya untuk mengontrol diri agar tidak serampangan seperti yang lalu-lalu.
Ini benar-benar cobaan di akhir tahun, cobaan yang berat karena sesungguhnya lebih mudah melawan cobaan berupa musibah daripada cobaan berupa pujian. Mudah-mudahan saja saya kuat melewatinya. Saya takut takabur dan sombong.
Di film Armageddon, Harry Stamper yang diperankan Bruce Willis berucap, “I become the best because I work with the best.” Kalimat itu saya pinjam dan saya modifikasi sedikit, “They call me inspiring people, because I work with inspiring people.”
Ini untuk kalian semua, teman-teman yang selalu setia menginspirasi. [dG]
jadi pengen ketemu daeng 🙂
waduh hihihi…salam kenal 🙂
Selamat ya…
salama’ki daeng…. inspiring people boleh ji bercanda…. tapi bercanda yang menginspirasi… xixixi
nah ini yang susah hihihi
Barokallah, Daeng…
Memang kalo ga kliru ada hadits Rasul yang menyebutkan “Taburkanlah pasir ke mulut orang yang suka memuja/muji.”
IMHO, ini bukan berarti kita benar-benar disuruh menabur pasir sih, tapi lebih kepada “reminder” bahwa jangan sampai pujian dari orang lain melenakan kita.
Eniwei, Congrats!
Cobaan yang berat. Yang sabar ya Dg Ipul. Keep inspiring dan jangan lupa jaga image hihihih 😀
hahahaha beban bok!
Cobaan yang patut untuk di pertahankan dan juga menginspirasi tentunya.
terima kasih Arif 🙂
Kukana memangja’… kita’ itu orang begini (sambil kasi naik ibu jari kanan kiri) 🙂
Sukses terus, Daeng…
hihihi terima kasih 🙂