Di Amerika tampaknya semua bisa dilakukan. Mereka bahkan mengklaim diri sebagai negara pertama yang bisa mengirim orang menginjak bulan dan kembali ke bumi.
Iran adalah pusat peradaban Persia. Sejak jaman ribuan tahun lalu ketika agama zoroaster masih dipeluk penduduk asli hingga Islam datang dan mengubah semuanya. Negeri ini hampir selalu bernasib sama dengan tetangganya Irak atau Afghanistan. Selalu panas oleh perebutan kekuasaan di dalam negeri. Dan tentunya selalu menarik untuk orang-orang barat yang ingin datang ke sana dan membawa pergi isi perut bumi di Iran. Hingga akhirnya kerajaan Iran yang jadi sobat karib Amerika itu runtuh.
Pada 10 Februari 1979 atau 22 Bahman dalam penanggalan Persia, Ayatullah Khomeini memimpin rakyat Iran menggulingkan raja terakhir Reza Shah Pahlevi. Dua bulan setelah itu Republik Iran berdiri, di akhir tahun 1979 kedutaan besar Amerika Serikat diduduki. Diplomat dan staffnya disandera selama 444 hari. Iran dan Amerika Serikat dalam sekejap menjadi busuh bebuyutan. Iran digelari Axes of Evil dan Iran menyematkan julukan Sheitoon e Bozorg atau setan besar kepada Amerika Serikat.
Drama pendudukan dan penyanderaan inilah yang menjadi latar dari film Argo. Tapi bukan berkisah tentang operasi pembebasan sandera yang belakangan lazim disebut sebagai October Surprise itu, tapi tentang pembebasan 6 orang staff kedutaan yang berhasil keluar dari kedubes AS sebelum massa mendudukinya.
Keenam orang itu ditampung duta besar Kanada. Mereka tidak boleh keluar dari rumah jika tidak mau menjadi korban eksekusi oleh tentara revolusi. Hanya soal waktu sebelum para tentara itu sadar kalau 6 orang staff kedutaan yang masih tersisa di Teheran. Jika ketahuan maka hasilnya hanya satu: eksekusi! Iran sudah terlanjur menganggap semua staff kedutaan Amerika Serikat sebagai mata-mata dan karenanya tidak ada ampun.
Tapi di Amerika, semua mungkin. Hampir tidak ada yang mustahil di sana. CIA yang kebakaran jenggot mulai menjejerkan beberapa pilihan strategi untuk mengeluarkan keenam sandera itu. Dari skenario guru asing, backpacker pesepeda hingga yang paling absurd tentang produksi sebuah film. Tony Mendez (Ben Affleck) menjadi kepala operasi. Semua disusun pelan-pelan dan detail. Operasi ini tidak boleh salah sedikitpun. Kesalahan kecil, nyawa taruhannya.
Hasilnya sudah bisa ditebak karena toh film ini memang berlatar kisah nyata tentang operasi yang selama puluhan tahun tidak terendus media dan dirahasiakan oleh Amerika Serikat. Orang lebih tahu tentang October Surprise dan skandal Iran Contra yang melibatkan Ronald Reagen dan George Bush Senior.
Pelan Dan Menghanyutkan.
Karena dibuat berdasarkan kisah nyata maka jangan mengharapkan aksi heroik atau twist berlebihan. Argo berjalan pelan dan detail, tapi tidak membosankan. Kelebihan utama dari film ini adalah pada tata artistik yang berhasil membawa nuansa akhir 70an dan awal 80an. Sepanjang film kita merasa terlempar ke jaman ketika Hizbollah, PLO, perang Iran-Irak, Dunia Dalam Berita dan Kameria Ria masih berjaya.
Meski berjalan pelan, Argo tentu saja tidak bisa lepas dari ketegangan a la Hollywood karena bagaimanapun ini film komersil. Tentu ada beberapa detail kejadian yang diciptakan agak berbeda dengan kisah sebenarnya demi memaku para penonton agar tidak meninggalkan layar. Sebagai ganjaran, situs Rotten Tomatoes memberinya nilai 96% dengan rating 8.4 dari 10. Menggiurkan bukan?
Argo adalah sebuah film tentang obsesi orang Amerika Serikat untuk bisa melakukan apa saja. Bahkan sebuah hal yang terlihat tidak masuk akal, terlalu dangkal dan mungkin tidak terpikirkan orang lain. Film ini seakan menegaskan kalau orang Amerika itu bisa melakukan apa saja yang mereka mau.
Ben Affleck cukup berhasil sebagai sutradara setelah film pertamanya The Town juga menarik perhatian. Argo dielu-elukan di Golden Globe dan menggondol best picture di Academy Awards. ?Agak mengherankan sih, karena banyak orang yang berpendapat kalau Argo harusnya bisa menerima penghargaan lebih dari itu. Setidaknya di seluruh dunia dia sudah mencatat pendapatan sekitar 229 juta USD. Mungkin memang saatnya bagi dia untuk mengucapkan kalimat: Academy Award, go fuck yourself!.
[dG]