90an, Surganya Musik Rock
Tahun 90an, musik rock bisa jadi jualan yang sangat menggoda. Itu jaman ketika media lebih memihak pada para musisi atau penyanyi yang lebih menjual dari sisi sensasi.
Saya bahagia karena sempat mencicipi dasawarsa 90an, masa ketika musik mulai mudah digapai lewat beragam media dan masa ketika musik masih sangat beragam. Bahkan kala itu musik rock yang hingar bingarpun duduk tenang di puncak tangga lagu, jadi sajian mainstream yang dicicipi banyak orang.
Coba tengok kembali deretan tangga lagu tahun 1990an, entah di Indonesia maupun di ujung dunia sana yang bernama Amerika Serikat. Nama-nama seperti Guns N Roses, Metallica, yang kemudian disusul oleh nama seperti Nirvana, Pearl Jam, Soundgarden dan banyak lagi nama lainnya silih berganti menjadi pemuncak tangga lagu. Bersaing dengan nama-nama lain dari genre berbeda, termasuk tentu saja sang raja musik pop, almarhum Michael Jackson.
Di Indonesia, musik rockpun naik ke permukaan. Anak muda 90an Indonesiapun pasti kenal nama seperti Jamrud yang lama nangkring di puncak tangga lagu. Jamrud dengan musiknya yang hingar bingar mampu menjual sampai jutaan kopi album! Bayangkan, band dengan lagu yang mampu membuat orang tua mengernyitkan dahi dan meminta anaknya mematikan tape itu ternyata bisa diterima banyak orang. Jamrud juga bolak-balik muncul di layar kaca, video klipnya jadi sangat familiar di mata penggemar musik Indonesia.
Di dunia nyata, musik rock juga sangat menggoda. Anak 90an pasti kenal yang namanya Log Zhelebour, lelaki keturunan ini salah satu penggerak roda musik rock di Indonesia. Beliau rajin menggelar pagelaran musik rock baik yang hanya sekadar menampilkan band-band rock sampai yang bersifat kompetisi. Jamrud salah satu hasil kerja kerasnya.
Sumpah! Menjadi anak muda di periode 1990an adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Kebahagiaan yang harus saya syukuri kalau melihat perkembangan musik sekarang. Mungkin masalahnya ada di selera musik, tapi saya merasa kalau musik sekarang sungguh sangat lembek dan tidak mementingkan skill atau kemampuan bermusik yang tinggi. Saya bicara musik mainstream, artinya musik yang biasa lalu-lalang di layar kaca atau di radio.
Banyak band baru yang muncul di layar kaca dan masuk ke ruang dengar kita. Tapi maaf, sebagai orang awam yang tak paham musik saya bisa bilang kalau kemampuan bermusik mereka sangat rata-rata, tidak ada yang luar biasa. Liriknyapun sama saja, dangkal dan tak bermakna. Band-band rock atau band-band dengan kemampuan bermusik luar biasa seperti yang kami dengarkan tahun 1990an yang lalu sudah di berada di luar arus utama, pun dengan pemusik yang mampu memadukan lirik-lirik luar biasa menjadi syair lagu yang sarat makna.
Di luar arus utama itu memang ada band-band atau penyanyi luar biasa yang tak sering tersorot kamera televisi, sebut saja nama Gugun Blues Shelter. Band ini membuat saya ternganga setiap melihat aksi mereka. Skill dan musikalitas mereka luar biasa, saya menyebutnya tidak waras! Prestasi merekapun sudah sampai skala internasional, menyeberang sampai ke London dan Los Angeles! Tapi seberapa banyak yang kenal dengan mereka? Mungkin hanya sedikit, karena mereka jarang terkena kamera televisi.
Kita hidup di jaman ketika dunia seni lebih mementingkan berita dan sensasi dari pekerja seni daripada kemampuan dan karya mereka. Padahal sesungguhnya semua pekerja seni layak mendapatkan apresiasi yang sama, semua pekerja seni yang menggeluti seni dengan kesungguhan hati layak mendapatkan penghargaan.? Tapi pekerja media berpikir berbeda, apresiasi lebih diberikan kepada mereka yang bisa mendatangkan sensasi saja karena prestasi tak cukup untuk membuat mereka kaya.
Saya tiba-tiba kasihan pada anak-anak muda penggemar rock yang besar di periode 2000an ke atas. Mereka harus bekerja keras mencari cara untuk bisa menikmati musik hingar bingar yang penuh semangat ini di tengah belantara musik menye-menye yang mendayu-dayu. Dan saya merasa beruntung besar di masa ketika musik rock masih sangat mudah kami nikmati, masa periode 90an yang saya sebut sebagai surganya musik rock! [dG]