Wisata Bahasa Seputaran Makassar
Sapardi Djoko Damono, seorang penyair besar tanah air pernah berkata : salah satu cara untuk melepas stress adalah dengan melakukan wisata bahasa. Seperti apa wisata bahasa itu ?
Ketika berkeliling Makassar, biasanya tanpa sengaja saya menemukan beberapa plang atau penanda dengan bahasa yang cukup menggelitik. Biasanya karena kesalahan penulisan atau kesalahan dalam kaidah bahasa, yang jelas tulisan tersebut mampu membuat kita tertawa.
Berikut adalah beberapa kesalahan yang sempat saya rekam.
1. Informasi yang tidak informatif.
Coba perhatikan tulisan di atas. Tulisan itu saya foto ketika menunggu Nadaa pulang sekolah. Sebenarnya sudah lama saya tergelitik untuk memotretnya tapi baru kesampaian sabtu kemarin.
” Dilarang Orang Tua Siswa Lewat Pintu Ini “
Okelah, kita mungkin sudah mengerti maksudnya. Tapi secara tata bahasa tulisan itu salah bukan ? Bukankah seharusnya berbunyi : Orang Tua Siswa Dilarang Lewat Pintu Ini.
Adduh, saya tidak bisa membayangkan saya mempercayakan anak saya diajar oleh orang dengan tata bahasa yang kacau seperti itu. Saya hanya berharap kalau tulisan itu dibuat oleh orang-orang administrasi atau satpam atau siapalah, yang jelas bukan oleh guru sekolah tersebut. Mudah-mudahan saja.
2. Lagi-lagi informasi yang tidak informatif.
Sekarang coba perhatikan tulisan di atas. Lokasinya sama, di sekolah yang sama dan sepertinya dibuat oleh orang yang sama.
” Demi keamanan dan kedisiplinan seluruh warga sekolah dilarang orang tua siswa menjemput anaknya dihalaman sekolah”
Adduh..okelah, pesannya mungkin sampai tapi terus terang tata bahasanya sangat mengganggu. Bukankah kalimatnya seharusnya berbunyi : Demi keamanan dan kedisiplinan seluruh warga sekolah, orang tua siswa dilarang menjemput anaknya di halaman sekolah.
Lagi-lagi saya berharap pengumuman ini dibuat bukan oleh guru di sekolah tersebut.
3. Kebanyakan H
Adduh, masih di sekolah yang sama di papan yang sama. Gambar di atas adalah pengumuman penerimaan siswa baru. Sayangnya, mungkin karena terlalu semangat sang pembuat pengumuman kemudian menambahkan banyak huruf H dalam tulisannya.
Belakangan setelah terpasang, si pembuat mungkin menyadari kesalahannya dan kemudian menambahkan tanda silang pada semua huruf H yang berlebih pada tulisannya. Kenapa tidak dicetak yang baru saja ? Entahlah, yang jelas sepertinya tugas saya semakin berat untuk mengajarkan anak saya bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Vactory, bukan Factory
Nah, kalau gambar yang ini saya dapatkan tepat di depan sebuah kawasan perbelanjaan yang baru buka di kota Sungguminasa.
Vactory Outlet ? Dan tulisannyapun segede-gede gaban. Mudah-mudahan si pembuat tulisan ini menyadari kesalahannya.
5. Thupbles, benda apa pula itu ?
Kalau gambar terakhir ini saya temukan di seputaran jalan Lanto dg.Pasewang, kota Makassar. Sebenarnya banyak sekali kesalahan penulisan untuk kalimat Tubeless seperti ini. Saya sering sekali menemukannya.
Bisa dimaklumi karena tubeless berasal dari bahasa Inggris sementara yaa kita tahu sendirilah bagaimana mereka yang punya tempat tambal ban pinggiran jalan itu. Lumayanlah, tulisan ini bisa memancing senyum.
Teman-teman, ketika berjalan-jalan ke mana saja di negeri ini cobalah buka mata lebar-lebar siapa tahu anda bisa menemukan beragam tulisan yang mungkin saja salah tulis, salah eja atau tata bahasanya kacau. Lumayan lho, bisa menerbitkan senyum di bibir kita.
Itulah yang dimaksud Sapardi Djoko Damono sebagai wisata bahasa.
saya paling sering berwisata di nomor 5 kak…hehe sampe2 ada tulisanku ttg itu juga ( tugas kuliah awalnya tpi sa tulisa juga diblog ) http://www.rizved.com/2010/06/pelajaran-dari-tukang-tambal-ban.html
hahaha, iyya..kadangkala memang kalo jeli kita bisa dapat bahan postingan dari mana saja
hahahaha
memang lucu2 yah
dan kita harus berterimakasih sama pembuatnya
karena jadi punya bahan lucu2an 😛
iyya ya, betul juga..seharusnya kita berterima kasih ke mereka..
Jadi inget pernah baca ada tulisan di dekat ruko yang tulisannya Plestesion, wah seharusnya kan Playstation, he he. Sok britis, he he
hahaha..dia menuliskan pengucapannya saja..:D
bwahahahahahahaha pernah lalo di Veteran Selatan, ada yang tulis “Resing” bukan “Racing” hahahaha
hehehe, kalo resing sih kayaknya banyak
wakakakakak, belum lagi tambah okkots, tambah meriah deh!
ntar, saya cari dulu kalimat yg sudah okkots salah tulis pula 😀
Hehehehe, I did it many times. Bahkan sepupu2 ku sampe kirim foto2 begini melulu ke saya sekarang
i know, gara-gara okkots.com kan ?
rialince keknya juga salah bahasa 😀
mungkin faktor DM dan MD yang pengaruh pola bahasa jadi berantakan 😀 hehe
iya, faktor MD dan DM itu kayaknya yang jadi salah satu faktor utama kacaunya bahasa
Biasanya Okkots memang sering ada salah-salah yang lucu ya Daeng..
Makassar selalu punya cerita unik..
sepertinya semua kota potensial punya cerita unik soal bahasa ini
…maap coddo’..
quote di paragraph awal : “Tulisan itu saya foto ketika menunggu Nadaa pulang sekolah..”
ada baiknya menuliskan : Tulisan itu saya “abadikan/jepret” ketika menunggu Nadaa pulang sekolah..
hehehe
*kentara klo makassar sekali ki’*
hahahahaha, untung saya ndak tulis : tulisan itu saya kodak..
😛
Hahahaa..
Setuju dengan pak Sapardi Djoko Damono tentang wisata bahasa.
iya, wisata bahasa kadang memang menggelitik
Hahaha….saya jadi senyum-senyum ndili.
Tiga foto yang pertama diambil di sekolahan ya?
Terus di sekolah tersebut bakan diajarin bahasa Indonesia tidak ya?
hahaha.. parahnya, disekolah ini kawe.. 2 tahunmi, tapi postinganta’ masih segar daeng.. mungkin banyakmi guru yang sudah baca ini postingan.. Makassar ini kawe..