What is your name..?
Suatu hari, di jaman orde baru, saat Soeharto masih sangat berkuasa di negeri ini, putri pertama beliau, Siti Hardiyanti Indra Roekmana atau yang akrab disapa Mbak Tutut mendapat undangan dari pemerintah daerah Aceh (waktu itu masih bernama Daerah Istimewa Aceh) untuk menghadiri acara penyerahan gelar bangsawan Aceh kepada Mbak Tutut. Dengan sangat bersemangat, Mbak Tutut berangkat ke Aceh, namun betapa kecewanya dia saat tahu gelar bangsawan yang disematkan kepadanya berbunyi “ Cut Nyak Tut”, dengan perasaan dongkol dia langsung balik ke Jakarta danberniat mengadukan hal itu kepada suaminya, Indra Roekmana. Saat menelpon ke kantor suaminya, telpon diangkat sang sekertaris, “ halo, mau bicara dengan siapa bu ?”, suara halus di seberang sana bertanya, “ bapak ada ?, saya istrinya “, Mbak Tutut menjelaskan. “ ooo..Bu Roek, bapak sedang keluar bu..”..jawaban sang sekertaris makin mebuat Mbak Tutut jengkel, telepon diputus, dan tujuan selanjutnya tentu saja adalah sang ayah, yang nyaris menjadi Maha Kuasa di negeri ini. Seorang sekertaris bersuara manis uga mengangkat telepon, “ halo..mau bicara dengan siapa bu..?”, Mbak Tutut balik bertanya, “ bapak ada ?, saya Mbak Tutut”. Sang sekertaris dengan sigap menukas, “ ooo..Bu Tut, sebentar bu saya sambungkan..”…Mbak Tutut makin jengkel, persoalan nama ini makin lama makin membuatnya tidak tahan…beberapa saat kemudian, darI seberang sana terdengar suara sang bapak yang berwibawa, “ kenapa Tut..?, ada apa sih..?”. Mbak Tutut segera menumpahkan uneg-unegnya, dari gelar Cut Nyak Tut, panggilan Bu Roek sampai panggilan Bu Tut, di ujung curhatnya dia bertanya dengan kesal, “ kenapa sih dulu bapak ama ibu ngasih saya nama Tutut..?, saya jadi malu karenanya”. Sang bapak hanya tertawa dengan ringan, kemudian berkata “ ya biarKen Tut, kamu sabar saja yah, nanti..”..gubrakkkk!!!!, belum sempat perkataan sang bapak selesai, telepon sudah dibanting..
Anekdot di atas adalah sedikit anekdot tentang bagaimana kesalahan terhadap sebuah nama bisa membuat sesorang kesal karenanya. Entah karena salah penyebutan atau konotasi yang ternyata jelek dari nama tersebut. Persoalan nama sesungguhnya sangat krusial bagi tiap manusia, identitas pribadi seseorang biasanya dapat dinilai dari nama yang disandangnya, utamanya identitas keagamaan. Tidak terhitung berapa banyak orang yang naik pitam gara-gara namanya salah disebut, atau diplesetkan ke sesuatu yang negatif. Jadi mungkin sudah waktunya kata-kata William Shakspeare yang berbunyi “ apalah artinya sebuah nama”, itu direvisi.
Mengenai nama, ada beberapa kejadian lucu tentang nama dari beberapa orang yang pernah saya kenal atau saya dengar ceritanya :
Keluarga teman saya kebetulan bernama PANJANG (lupa nama lengkapnya), entah alasan apa yang melatar belakangi orang tuanya memberi nama seperti itu kepada sang anak, di kemudian hari ternyata nama itu cukup memberi masalah. Saat mengikuti suatu kegiatan di Jakarta, si bapak ini bermasalah saat proses registrasi. Petugas registrasi dengan senyum ramah menyambutnya di depan pintu, lengkap dengan blangko yang akan dia isi. “ namanya siapa pak ?”, tanya petugas. Si Bapak dengan sigap menjawab “ Panjang, pak”. Petugas pencatat menatapnya sedikit ragu-ragu, kemudian bertanya “ nggak apa-apa pak, sebut saja, nanti saya tulis yang nama depan aja”, si bapak masih dengan lugunya menjawab “ nama saya Panjang, pak”, petugas makin bingung, dalam hati dia berpikir “ ni orang ngeyel banget sih, cuman ditanya nama koq berkelit gitu”, kemudian dia kembali berkata, kali ini dalam nada yang membujuk “ ya nggak apa-apa pak, sebut saja…”, “ ya itu, nama saya Panjang..”, si bapak pun tak mau kalah….konon katanya perdebatan itu terjadi cukup lama sebelum teman pak Panjang datang dan “ melerainya”…nah, kalau sudah begini siapa yang mau disalahkan coba..?, hehehehe…
Teman yang lain bernama SAHARUDDIN, dan seperti umumnya orang Bugis Makassar, namanya disingkat jadi SAHA’ (keren kayak Louis Saha yak..?). masalah juga muncul saat dia jalan-jalan ke Bandung yang notabene orang-orangnya berbahasa Sunda. Saat berkenalan dengan orang Sunda asli, dia tentu saja ditanya “namanya siapa Kang..?”, si teman menjawab “ Saha’..”, dalam bahasa Sunda Saha berarti siapa. Nah, si Orang Sunda memperjelas, tentu saja tanpa merasa “curiga” , “ yah Akang, Akang ini namanya siapa..?”. si teman mulai ragu, tuli kali nih orang ya ? (kebetulan teman ini nggak tau bahasa Sunda), “ Saha”, dia menjawab, kali ini dengan nada tegas dan suara sedikti lantang, takut si orang Sunda ini tuli beneran. Si orang Sunda makin bingung dan bertanya ulang, pokoknya ribet deh…urusan baru bisa lurus kembali saat teman melengkapi kata-katanya seperti ini “ nama saya Saharuddin, dipanggil Saha”, huahahahaha…lumayan sempat menimbulkan kebingungan bukan…?.
Beberapa orang juga memiliki nama yang unik, nama yang mungkin punya arti atau kenangan tersendiri bagi orang tua mereka. Tetangga teman saya ada yang bernama GARSA, sepintas nama ini lumayan keren, setelah ditelusuri lebih lanjut, nama ini ternyata singkatan dari “ GARa-gara SApi”, aneh bukan…?. ternyata lagi, orang tuanya dulu bertemu secara tidak sengaja gara ada sapi kurban yang lepas. Ah, ada-ada saja…
Keluarga teman yang lain (selalu orang lain ya ?, soalnya keluarga atau tetangga saya sendiri kebetulan namanya “normal-normal” aja, hehehe) punya rasa nasionalisme yang besar dan punya cara unik untuk mengungkapkannya. Beliau punya 4 anak, dan uniknya jika nama keempat anak tersebut digabungkan maka hasilnya adalah kalimat : SUNGGUH BAHAGIA INDONESIA MERDEKA, wow…nasionalis banget yak..?
Anda tentu saja tahu kalau Melly Goeslaw dan suaminya Anto Hoed memberikan nama unik untuk kedua anaknya, Anakku Lelaki Hoed dan Lelaki Bernama Hoed. Well, setidaknya style mereka yang “aneh” tentunya menjadi pertimbangan tersendiri bagi mereka memberi nama yang agak-agak nyeleneh buat anak mereka. Atau pernah dengar kisah seorang bapak di Scotlandia (kalau nggak salah) yang nge-fans berat sama MU, beliau memberi nama anak lelakinya -yang kebetulan lahir tepat saat MU menggapai treble tahun 1999-dengan nama squad MU musim itu plus sang arsitek. Jadilah si anak bernama “ Ferguson Schmeichel Irwin Neville May Johnsen Keane Giggs Beckham Scholes Yorke Cole Solsjaer…….” (mungkin urutannya nggak benar), wah wah..ngefans sih ngefans pak, tapi klo ngasih nama anak sampai kayak gitu gawat juga…
Di proyek kami dulu, ada seorang bapak penjaga malam yang bernama pak BERES, nama aslinya sudah mulai dilupakan orang. Bapak ini punya trade mark, disuruh apa aja atau ditanya apa aja, jawabannya selalu “ Beres Pak..”, hingga akhirnya orang-orang menjulukinya pak Beres. Ini kemudian berlangsung bertahun-tahun hingga akhrnya nama itu melekat erat, bahkan dalam surat-surat resmi kantor, ataupun di bawah tanda tangannya, nama yang tertera hanya “ BERES ”……hehehe..
hmm..dari dulu saya bingung dengan namaku…dan bukan cuman saya, semua orang yg pertama kenal saya apalagi yg dari luar jawa pasti bakal heran..apa jenisnya itu namamu…hahaha
dan setiap kali pula saya harus menjhelaskan asal muasalnya (yg malah saya sendiri juga ndak tahu pasti)..
anyway, what is a name kata sastrawan inggris itu…tapi nama adalah doa, kata Rasul…
good posting!
hehehe…
kadang2 orang tua memang punya pertimbangan sendiri ya dlm memberi nama untuk anaknya, dan sayangnya ada juga orang tua yg ndak mau kasih tau latar belakang pemilihan nama itu, akhirnya kita lah sebagai anak yg harus mencari tahu sendiri…
Pengalaman agak lucu pernah Sy alami ketika saat-saat awal di banjarmasin.
ketika diangkot seorang ibu ngomong ke saya, “geser nah ding”. sedikit kaget Sy bergeser sambil terus berusaha mengingat-ngingat Sy kenal dimana yah ini ibu, tapi kalo kenal kok wajah si ibu kurang bersahabat yah.
Sampai turun angkot Sy clueless..
Setelah beberapa hari Sy baru tau kalo ternyata dalam bahasa banjar ading = adik, problem solved 🙂
dibanyak kesempatan lain selama di banjar ketika disapa dengan “ding” ato “ading” Sy berkata dalam hati, ngetop juga ya diriku ini 🙂
@ Adink :
hehehehe…
lumayan dong, jadi gampang disebut namanya sama orang Banjar, biarpun blum kenalan langsung…
Kalo anak gw sih nantinya yang jelas ngga pake huruf “R”. Secara nyokapnya susah nyebut huluf el itu sih…hehehe. Masa manggil anak aja susah.
@Helman :
heheh..iyya sih, ntar aneh, nama anak sendiri gak bisa disebut ama ibunya..tp skrg pertanyaannya: kapan mau punya anak..?, hehehe…
eh, klo anaknya cowok, apa gak mau dikasih nama yg ada unsur Maldini-nya ?, ato unsur Italy maybe..?