Waktunya Bersih-Bersih!

Tower PLN
Tower PLN

Kritikan adalah salah satu cara untuk memberi dukungan, tentu dengan data dan fakta yang tidak dibuat-buat.

Di atas sebuah mobil di lapangan parkir PLN kami menerima pengarahan singkat. Saya dan dua orang teman mendengarkan dengan takzim kalimat demi kalimat yang meluncur dari mulut seorang bapak yang adalah atasan kami di kantor.

“Ingat ya, kamu mewakili perusahaan A, kamu perusahaan B dan kamu perusahaan C. Kalian harus berakting seolah-olah tidak saling kenal. Kalau mau ngobrol, awali dengan kenalan dulu seolah-olah baru kenal.” Itu adalah salah satu isi briefing kami pagi itu.

Setelah semua dianggap cukup, satu per satu kami masuk ke dalam kantor PLN. Hari itu adalah hari pelaksanaan anwidjzing atau penjelasan tender salah satu proyek PLN area Sulmapa (Sulawesi Maluku Papua). Hari itu adalah rangkaian dari beberapa kegiatan dalam tender proyek yang dimaksud. Beberapa hari sebelumnya saya dan tiga rekan sudah memulai akting dengan membeli dokumen proyek dan hari ini adalah salah satu hari yang menentukan.

Saya masih sangat lugu waktu itu, tidak tahu detail permainan seperti apa yang sedang dijalankan kantor tempat saya bekerja. Rasa penasaran tentu ada, tapi sebagai karyawan saya tidak berani bertanya atau mengorek keterangan lebih jauh. Saya hanya mengira-ngira kalau ada sesuatu yang tidak beres atau setidaknya melanggar aturan. Sampai kemudian di akhir rangkaian tender kantor kami berhasil mendapatkan proyek yang diincar.

Kejadian itu berlangsung sekisar 14 tahun lalu ketika gema reformasi baru saja bergaung di negeri ini dan kejadian itu adalah kejadian pertama dan terakhir saya berhubungan dengan tender proyek di PLN. Setelahnya saya sibuk di divisi lain yang tidak berhubungan dengan tender proyek, tapi saya masih terus mendapat informasi dari kawan-kawan di divisi tersebut.

Kenangan mengatur proyek seperti yang terjadi 14 tahun silam masih membekas hingga kini. Saya pasti hanya satu dari sekian banyak orang di negeri ini yang sudah terbiasa (dan kemudian menganggap jamak) praktek seperti itu. Pengaturan pemenang tender dalam sebuah proyek sudah jadi rahasia umum, apalagi ketika itu belum ada badan bernama KPK yang sekarang menggurita dan jadi dambaan banyak orang untuk memangkas korupsi di negeri ini.

Waktu berlalu dan suasana berubah. Beberapa tahun sebelum saya keluar dari kantor yang lama saya sempat menyaksikan sendiri bagaimana teman-teman sudah kesulitan untuk bisa menembus proyek-proyek dari PLN. Semua tidak semudah dulu lagi, semua lini diperketat dan bahkan urusan tender proyek dilakukan secara transparan di hadapan banyak orang. Setahu saya PLN juga sudah menggunakan fasilitas internet yang terhubung dengan kantor pusat dalam setiap tender proyek mereka sehingga kesempatan untuk curang jadi makin sedikit.

Niat Bebersih Dan Dukungan Kita Semua.

Untuk urusan penyediaan listrik, PLN memang nyaris tanpa saingan. Memang ada beberapa usaha-usaha kecil yang cerdas dari masyarakat untuk menghadirkan listrik di rumah mereka, tapi tentu belum bisa menandingi kerja PLN. Orang sampai menuding kalau kinerja PLN bisa terkesan asal-asalan karena mereka tidak punya pesaing yang bisa mengancam kedudukan mereka.

Saya tidak punya hak untuk menilai. Saya tahu memang masih banyak kawasan yang belum terjangkau listrik, sayapun kerap melihat sendiri makian teman-teman dan orang-orang yang tidak saya kenal ketika listrik di rumah mereka padam. Kadang kala memang ada gap besar antara pengharapan dengan kenyataan yang terjadi. PLN dituntut untuk menjadi sebuah badan usaha yang tak punya cela dan tidak boleh punya cela. Ketika tuntutan itu tak terpenuhi, makian adalah balasannya.

Saya hanya akan berbicara dengan kapasitas sendiri sebagai salah seorang pelanggan PLN. Dulu listrik juga jadi barang langka di rumah kami, butuh waktu 3 tahun sebelum rumah kami akhirnya melepaskan kabel cantolan ke rumah tetangga. Sebelumnya kami mencari beragam cara agar bisa punya meteran listrik sendiri, dari cara resmi hingga lewat calo tapi hasilnya sama: nihil! Sampai akhirnya program 1 juta sambungan listrik berhasil membuat kami menikmati meteran sendiri.

Seingat saya dua tahun belakangan inipun kami sudah tidak akrab dengan yang namanya pemadaman bergilir. Sesuatu yang sebelumnya kerap menyambangi kami ketika musim kemarau datang dan membuat waduk PLTA Bakaru mengering. Anggaplah kami beruntung karena masih banyak daerah di Indonesia yang akrab dengan kata pemadaman bergilir. Tapi bukankah itu salah satu tanda kalau PLN memang berusaha memperbaiki diri? Ada progress yang mungkin belum bisa menenangkan banyak orang, tapi setidaknya ada progress.

Cerita tentang tender yang dulu mudah diakali dan kemudian mulai terasa sulit beberapa tahun belakangan ini juga adalah sebuah proses. Proses untuk menjadi sebuah badan usaha yang lebih bersih dan terbuka.

Secara resmi perusahaan listrik milik negara inipun menegaskan kalau mereka sedang mengusung gerakan PLN Bersih. Tidak ada orang yang tidak suka pasti, masalahnya hanya bagaimana menanggapinya. Apalagi jika sudah terlanjur kehilangan respek akibat sering dikecewakan. Tapi ketika kita bisa berpikir jernih, harusnya niatan untuk tegas pada gerakan PLN Bersih itu harus didukung, apapun caranya.

Para blogger juga bisa ambil bagian, tak harus dengan dukungan puja-puji tentu saja. Sebagai warga dunia maya yang nyaris tanpa batas dan punya kekuatan besar untuk bebas berekspresi, blogger bisa jadi mata, telinga, mulut dan tangan yang mengawasi setiap langkah menuju PLN Bersih. Kritikan adalah salah satu cara untuk memberi dukungan, tentu dengan data dan fakta yang tidak dibuat-buat. Blog dan beragam media sosial yang biasanya terhubung satu sama lain bisa jadi alat untuk mendukung langkah PLN Bersih. Apapun caranya.

Percuma juga membuang energi untuk memaki kekurangan tanpa mau membuka mata melihat usaha yang sudah ada. Semua butuh proses yang kadang tidak berjalan sesuai harapan kita. Mungkin PLN butuh dukungan lebih besar, dukungan yang tidak hanya puja-puji manis tapi mungkin kritikan pedas dan pahit. Tentu dengan harapan semoga mereka memang membuka mata dan telinga untuk kritikan, bukan cuma pujian. Karena kalau PLN bersih, kita tentu ikut senang bukan? Atau jangan-jangan Anda berharap kejadian di paragraf-paragraf awal di atas terus terjadi? [dG]