Sepucuk Surat Dari Pohon Buat Caleg

Ilustrasi
Ilustrasi

Selamat pagi Bapak dan Ibu Caleg terhormat,

Pagi ini saya yakin Bapak dan Ibu masih diliputi kecemasan, tanggal 9 April makin dekat dan kepastian kursi anggota dewan yang terhormat buat Bapak dan Ibu belum lagi pasti. Bapak dan Ibu caleg pasti kuatir, jutaan dana sudah kalian keluarkan tapi kepastian belum lagi ada. Apa jadinya bila dana itu tak bisa kembali karena kursi tak diraih? Kami yakin Bapak dan Ibu caleg yang terhormat pasti pusing tujuh keliling, kabarnya bahkan ada yang sampai stress dan perlu perawatan medis. Menyedihkan ya.

Kami paham, banyak dari Bapak dan Ibu caleg yang sudah terlanjur menggantungkan nasib pada pesta demokrasi 5 tahunan ini, banyak Bapak dan Ibu caleg yang sadar kalau dana yang sudah terlanjur dikeluarkan ini hanya punya satu cara untuk dikembalikan: menjadi anggota dewan yang terhormat! Karenanya Bapak dan Ibu harus melakukan apa saja untuk meraih kursi yang sangat menggoda itu.

Bapak dan Ibu caleg yang terhormat,

Sungguh riang hati kami melihat janji-janji yang Bapak dan Ibu caleg tebar itu. Mensejahterakan rakyat, berjuang demi rakyat, bekerja bersama rakyat. Ah, sungguh janji yang sangat manis dan menyejukkan. Rakyat negeri ini tentu senang melihat begitu banyak orang yang ternyata peduli dengan nasib mereka, siap berjuang untuk mereka dan rela menangis bersama mereka. Ah, terpujilah kalian Bapak dan Ibu caleg. Bapak dan Ibu caleg tentu tak akan seperti para anggota dewan yang terhormat yang selama ini sudah sering kita lihat mondar-mandir di pengadilan, KPK dan kantor polisi. Kalian Bapak dan Ibu caleg tentu tak sama dengan para wakil rakyat yang selama ini sudah sering kita lihat tingkah polahnya yang hanya peduli pada kepentingan perut dan satu jengkal di bawah perut mereka.

Harapan warga negara ini diletakkan di tangan Bapak dan Ibu caleg untuk menggantikan mereka yang sudah terlanjur menodai harapan mereka sebelumnya. Kami pohon-pohon ini hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk warga negara ini, karena kami tak punya kuasa untuk melakukan banyak hal.

Kami hanya pohon yang ditanam oleh warga negara ini, kami hanya tahu cara terbaik untuk meneduhkan setiap jengkal tanah negara ini, menyediakan udara sejuk dan bersih untuk warga negara ini. Kasihan mereka, mereka sudah terlalu sering stress karena tekanan hidup. Mereka sudah terlalu sering ditelan amarah sendiri karena beratnya beban hidup. Kami para pohon hanya bisa berkawan dengan angin yang berhembus untuk ikut memberi kesejukan bagi mereka, syukur-syukur bisa meringankan beban hidup mereka.

Bapak dan Ibu caleg yang terhormat,

Kami para pohon ini memang peduli pada nasib warga kota ini. Merekalah alasan kami ada, alasan kami hidup dan tetap berdiri hingga hari ini. Karenanya kami tak keberatan kalau Bapak dan Ibu caleg yang terhormat sampai tega memaku kami dengan poster dan baliho punya Bapak dan Ibu caleg. Tak masalah, meski tubuh kami kesakitan karena harus tertembus paku-paku besar yang tajam itu, kami rela. Kami percaya, Bapak dan Ibu caleg melakukannya karena ingin meyakinkan warga kota ini kalau Bapak dan Ibu caleg memang punya niat baik berjuang demi mereka.

Paku yang Bapak dan Ibu caleg tanamkan ke tubuh kami memang sedikit mengganggu aliran makanan di tubuh kami, tapi tak mengapa. Kami rela berkorban demi warga kota ini, pengorbanan kami tentu tak ada apa-apanya dibanding pengorbanan Bapak dan Ibu caleg yang sudah mengeluarkan jutaan atau ratusan juta rupiah untuk mewujudkan mimpi berjuang demi rakyat. Makanya kami tak hendak mengeluh apalagi memohon agar tubuh kami jangan lagi dipaku.

Kami tahu kalau sebenarnya ada peraturan yang melarang Bapak dan Ibu caleg memasang gambar di pohon-pohon, apalagi sampai memakunya ke tubuh kami. Tapi tak apalah, Bapak dan Ibu caleg tidak usah kuatir, kami para pohon ini tak akan menuntut Bapak dan Ibu karena pelanggaran itu. Kami sadar, itu kalian lakukan justru karena kalian sangat ingin berjuang untuk kesejahteraan rakyat dan karenanya mau melakukan apa saja bahkan sampai melanggar aturan.

Bapak dan Ibu caleg yang terhormat,

Teruslah memakukan poster kalian di tubuh kami, kami tidak apa-apa, kami tak hendak berteriak meski pakunya memang menyakiti kami. Kami tidak apa-apa, atau kata anak sekarang: AKU RAPOPO. Lakukanlah kalau itu bisa membuat kalian berhasil menjadi anggota dewan yang terhormat yang kelak akan berjuang untuk kesejahteraan rakyat. Anggaplah pengorbanan kami adalah bagian dari perjuangan kalian juga, agar kehadiran kami tidak sia-sia dan justru ada gunanya.

Kami yakin, ketika terpilih nanti Bapak dan Ibu caleg tentu akan berjuang sekuat tenaga untuk kesejahteraan rakyat yang sudah memilih kalian, bukan demi kesejahteraan keluarga, kerabat dan kroni semata. Kalau rakyat sejahtera, kami para pohon ini tentu senang.

Oh ya, Bapak dan Ibu caleg yang terhormat. Mudah-mudahan kalian tidak lupa kalau Hari Bumi sebentar lagi akan datang. Maukah Bapak dan Ibu caleg yang terhormat merayakannya bersama sebagian warga kota ini? Kalau memang tak sempat melakukan sesuatu di Hari Bumi nanti maukan Bapak dan Ibu caleg berdiri sejenak dan membiarkan tubuh kalian ditusuk paku? Sebentar saja, tak perlu sepanjang hari apalagi berbulan-bulan seperti kami. Kami hanya ingin tahu bagaimana reaksi Bapak dan Ibu caleg yang terhormat kalau kulit mulus kalian terkena paku seperti yang kami rasa selama ini. Ayolah, kami sudah berkorban untuk kalian tentu akan menyenangkan kalau untuk sejenak saja kalian ikut berkorban buat kami.

Bapak dan Ibu caleg yang terhormat,

Sudahlah, surat ini sudah terlalu panjang dan lebar. Kami para pohon tak penting ini hanya ingin memberitahukan kalau kami rela tubuh kami tertancap paku dari Bapak dan Ibu caleg karena kami tahu itu semua demi mimpi kalian menjadi anggota dewan yang terhormat yang akan berjuang untuk kesejahteraan rakyat. Maka berbahagialah rakyat negeri ini karena mereka punya banyak orang yang berniat untuk berjuang demi kesejahteraan mereka.

Hormat kami,

Sebatang pohon yang tak berguna.