Sedih euy..

Beberapa hari ini saya suka sedih kalau nonton berita di tipi. Topik utama yang sedang hangat belakangan ini adalah soal tragedi Monas kelabu yang membawa-bawa nama agama. Tragedi dua minggu lalu itu ternyata berbuntut cukup panjang, dan sayangnya mulai berubah wujud menjadi sebuah konflik horisontal antara kaum Islam “garis keras” yang diwakili oleh FPI dan kaum Islam “Liberal dan Moderat” yang diwakili banyak kalangan.

 

Jelas banyak yang tidak setuju dengan gaya FPI menerapkan cara main kayu dalam membenarkan pendapat mereka. Saya salah satunya. Tapi, sayangnya perlakuan FPI itu ditiru juga oleh “lawannya”. Saya sengaja memberi tanda petik di kata Lawan tadi karena sesungguhnya tidak pantas mereka disebut lawan, toh sesungguhnya mereka semua dan kita semua adalah saudara.

 

Di beberapa tempat di Jawa, pasukan muda NU berbendara Anshor dan Banser sudah mempersiapkan diri untuk membubarkan FPI dengan cara apapun. Di Surabaya, Banser dan beberapa kalangan NU lainnya sudah berhasil memaksa pejabat FPI di sana untuk membubarkan FPI cabang Surabaya. Di Surakarta, barisan FPI di sana sudah siap-siap juga untuk melawan segala macam serangan ke wilayah mereka. Kabarnya mereka malah siap bertahan hingga titik darah penghabisan.

 

Di sebuah tempat di Jawa juga (sayang saya lupa tepatnya di mana) beberapa pemuda mendemonstrasikan kemampuan beladiri mereka termasuk kemampuan mereka yang kebal terhadap api dan benda tajam. Menurut pimpinan mereka, persiapan itu dilakukan demi misi membubarkan FPI. Bahkan mereka mengaku siap dikirim ke Jakarta untuk menumpas FPI di markas besar mereka.

 

Saya betul-betul sedih melihat tayangan-tayangan itu. Entah pada hilang ke mana hati nurani mereka. Entah setan apa yang sudah begitu kuatnya bertahta di kepala orang-orang negeri kita ini. Segala macam perbedaan sepertinya hanya punya satu jalan keluar, PERANG..!!!.

 

Kita sudah tidak peduli lagi kalau sebenarnya yang sedang berhadap-hadapan dengan kita itu adalah sudara sendiri, saudara sebangsa dan setanah air, bahkan lebih dari itu, saudara seaqidah. Dalam situasi seperti ini, ibaratnya kita hanya menunggu satu percikan kecil sebelum api besar benar-benar meluluhlantakkan negeri yang dulu katanya indah dan tenteram ini.

 

Saya bisa membayangkan kalau sesungguhnya ada pihak yang saat ini malah tertawa senang melihat betapa umat Islam di negeri ini telah saling terpecah, saling curiga bahkan siap saling membunuh sesama mereka. Saya percaya ada orang-orang yang sedang menikmati konflik horisontal ini. Saya selalu percaya bahwa ada otak kotor di belakang semua kekacauan ini. Ada konspirasi besar yang menggerakkan pion-pion kecil tak berhati nurani yang siap dikaryakan kapan saja.

 

Entah karena alasan politis atau alasan apa saja, yang jelas ada yang jadi pemenang dari kekacauan ini. Dan itu jelas bukan kita, umat Islam di Indonesia.

 

Sedih euyy…ajaran Islam yang sesungguhnya adalah ajaran penuh rahmat dan sangat mencintai kedamaian ini seperti tak berbekas pada sikap sehari-hari kita. Sadar atau tidak sadar kita telah membenarkan penilaian para Islamofobia yang percaya kalau Islam itu ditegakkan dengan pedang dan darah. Padahal, bukan itu yang diajarkan Nabi besar Muhammad SAW.

 

Makanya, teman semua. Mungkin karena saya telah cukup apatis dan menolak untuk jadi lebih sedih, saya kemudian memilih untuk memfokuskan diri pada EURO’08 saja…lebih mengasyikkan melihat 22 orang lelaki bertarung secara sportif di atas lapangan hijau. Lebih mengasyikkan melihat emosi positif mereka tersalurkan dan memenuhi udara hingga saya sendiri bisa merasakannya.

Jadi, sudahlah…mending bikin kopi, siapkan cemilan, dan mulai menyetel TV. Siapa tahu sportifitas mereka bisa menjalar ke kita. Biar gak usah berantem lagi, apalagi sampe membunuh orang…hiiiyyy..!!!