Modal Menuju Sukses

Sukses itu...

Kesuksesan itu membutuhkan kerja keras, keberanian, kepercayaan diri dan keberuntungan.

Saya tidak tahu siapa nama aslinya, tapi lelaki kurus tinggi dan berkumis itu cukup populer di kompleks perumahan kami. Orang-orang hanya memanggilnya dengan Pak saja. Lelaki asal Lamongan Jawa Timur itu sudah lebih dari 5 tahun menjejakkan kaki di Makassar sambil mencari nafkah dengan memanfaatkan kemampuannya memasak gado-gado, soto dan nasi goreng.

Setelah beberapa bulan berada di Jl. Cendrawasih, dia kemudian memutuskan untuk pindah ke kota lain. Kota Sungguminasa yang cuma berjarak sekitar 8 KM dari pusat kota Makassar. Di kota inilah, tepatnya di sebuah kompleks perumahan tempat saya juga tinggal dia mengembangkan usahanya. Setahu saya awalnya si bapak mengontrak sebuah rumah sederhana tipe 21 yang masih standar. Satu kamar tidur dan satu kamar mandi. Setiap malam tiba si bapak akan mendorong gerobaknya keliling kompleks untuk menjajakan gado-gado, soto dan nasi goreng.

Waktu kemudian berjalan, si bapak menemukan sebuah lahan kosong di perempatan jalan dalam kompleks. Di sanalah dia kemudian mendirikan sebuah warung sederhana dengan tenda biru sebagai atap dan spanduk bekas sebagai dindingnya. Dia tidak perlu susah payah lagi mendorong gerobak setiap malam. Cukup menanti pengunjung datang untuk makan di warung sederhananya.

Hari berganti, warungnya semakin laris. Si bapak kemudian bisa menyewa sebuah rumah yang lebih luas dan layak, masih dalam kompleks yang sama. Di halaman yang cukup luas itulah dia kemudian membangun warung yang baru. Lantainya semen, dindingnya kayu dan atapnya seng. Jauh lebih layak dari warung yang sebelumnya. Dan bisa diduga, warung yang baru itu juga semakin laris.

Di awal usahanya, si bapak meracik semua bahan dan menjajakan dagangan hanya berdua dengan istrinya sambil merawat anak mereka yang masih kecil-kecil. Sebuah motor Suzuki kredit menjadi kendaraan mereka utamanya untuk belanja bahan masakan ke pasar.

Sekarang kondisinya sudah berubah. Si bapak bisa mengajak dua orang anak muda keluarganya dari Lamongan untuk membantu usahanya. Dua anak muda itulah yang kemudian lebih banyak melayani pelanggan, si bapak dan istrinya bisa lebih santai mengurus anak-anak mereka. Kendaraan merekapun sudah bukan motor lagi. Sebuah Suzuki Jimmy warna perak parkir di depan warung. Meski mobil bekas, setidaknya tanda kemakmuran sudah tampak nyata.

Mereka mungkin belum merasa sukses 100%, tapi setidaknya mereka sedang meretas jalan panjang menuju kesuksesan. Setidaknya kehidupan mereka sudah jauh lebih nyaman daripada masa-masa ketika baru menjejakkan kaki di kota Makassar.

Tak jauh dari kompleks saya tinggal ada kisah yang hampir sama. Kisah tentang perantau dari seberang yang meretas jalan sukses lewat jalur kuliner. Entah siapa nama aslinya, kami hanya mengenalnya dengan nama mas Gedhe, mungkin karena badannya yang memang besar.

Bersama istrinya, mas Gedhe yang berasal dari Banyuwangi juga memulai usaha makanannya dari bawah. Awalnya dia adalah pedagang keliling, menjajakan ayam dan tempe dengan bekal motor tuanya. Ketika kemudian mereka memutuskan untuk membuka warung, semua masih benar-benar sederhana. Warung beratapkan tenda biru di pinggir jalan.

Waktu berjalan, dan usaha makanan yang menjajakan ayam goreng dan ayam bakar punya mas Gedhe makin berkibar. Dari satu warung, dia kemudian bisa membuat cabang di tempat lain. ?Awalnya hanya bekerja berdua, sekarang mereka sudah punya karyawan. Bahkan terakhir mas Gedhe sudah berhasil membeli sebuah ruko yang halamannya disulap jadi tempat makan sederhana. Jalan sukses juga sedang mereka rangkai.

SADAMDA BASEMEN

Namanya Haerul, dulu kami mengenalnya dengan nama Haerul Sohib. Belakangan dia lebih sering memperkenalkan diri dengan nama Daeng Oprek. Saya lupa kapan pertama kali bertemu dengan dia, yang saya ingat belakangan dia aktif dalam komunitas Anging Mammiri.

Mungkin sekitar setahun belakangan ini, daeng Oprek mulai rajin memperkenalkan sebuah kalimat. SADAMDA BASEMEN yang merupakan akronim dari ; Salam Damai Dan Bahagia Selalu Menyertai. Saya tidak tahu prosesnya seperti apa sehingga kalimat itu kemudian muncul. Daeng Oprek begitu seringnya mengeluarkan kalimat itu, bahkan sudah seperti sebuah signature dalam setiap email yang dia kirimkan ke milis. Dia bahkan menyebutnya sebagai mantra. Terus terang, lama kelamaan terasa agak mengganggu meski kemudian akhirnya saya menjadi terbiasa.

buku SADAMDA BASEMEN

Sosok Haerul atau daeng Oprek ini seperti sebuah anomali. Dia datang dengan gaya humor yang tak lazim bahkan kadang sulit dicari lucunya. Itu belum termasuk kalimat saktinya yang terus dia ulang-ulang. Semuanya kemudian dibungkus dengan rasa percaya diri yang luar biasa. ?Lengkap sudah sosoknya menjadi sosok yang unik di komunitas kami.

Akhir bulan Oktober kemarin, Dang Oprek datang dengan sebuah kejutan baru. Sebuah buku kecil dan tipis adalah penanda kejutannya. Rupanya diam-diam dia telah membukukan beberapa tulisannya di blog dalam sebuah buku yang judulnya menggunakan mantra khasnya ; SADAMDA BASEMEN. Terus terang saya cukup kaget, tidak menyangka dia seberani itu.

Saya sudah membaca bukunya dan terus terang saya memang kurang bisa menikmatinya. Mungkin karena selera humor kami yang berbeda, sehingga cerita demi cerita di buku itu tidak sepenuhnya bisa saya mengerti. ?Tapi saya kira itu tidak penting.

Di balik gayanya yang unik, aneh dan kadang susah dipahami saya melihat ada sesuatu yang luar biasa. Sebuah keberanian dan sebuah kerja keras yang dilengkapi dengan rasa percaya diri yang tinggi dari seorang Haerul atau Daeng Oprek. ?Ini adalah sebuah hal yang jujur harus saya acungi jempol. Bukankah orang-orang macam Einstein dan Thomas Alva Edison dulu juga dianggap orang gila ? Mereka dianggap orang aneh sebelum akhirnya karya besarnya justru bisa mengubah perjalanan sejarah.

Keberanian Haerul dan kepercayaan dirinya memproduksi sebuah buku dan kemudian menyebarkannya secara indie adalah sebuah bukti nyata kalau dia memang berbeda. Lupakan soal kualitas bukunya, karena setidaknya dia mempunyai sebuah modal besar menjadi seorang yang sukses. Saya tahu, banyak orang yang sebenarnya punya kualitas bagus dalam dunia tulis menulis, tapi mereka tidak punya keberanian dan kepercayaan diri sehingga kualitasnya perlahan hilang ditelan jaman. Tapi Haerul memang berbeda.

Cerita tentang dua pengusaha makanan di awal tulisan ini yang kemudian saya sandingkan dengan cerita tentang Haerul a.k.a Daeng Oprek adalah sebuah renungan bahwa kesuksesan memang dibangun dengan kerja keras, keberanian, kepercayaan diri dan tentu saja berharap pada keberuntungan. Tidak ada orang yang sukses hanya dengan berleha-leha menanti keberuntungan menghampiri.

Saya tidak akan kaget kalau suatu hari nanti Daeng Oprek menjadi seorang yang sukses, entah dari jalur menulis atau dari jalur lainnya. Dia pantas untuk itu, karena setidaknya dia sudah punya modal keberanian dan kepercayaan diri. Tinggal bagaimana dia meningkatkan kualitasnya, bila itu berhasil maka tinggal berharap keberuntungan datang menghampiri.

Jadi, anda mau sukses juga ? kerja keras, berani dan percaya dirilah. SALAM SUKSES !!