Komodo ; Setelah New 7 Wonders, Lalu Apa ?

Komodo ( foto dari : bagpeker.com )

Akhirnya kontroversi soal Komodo selesai sudah, meski mungkin untuk sementara.

Bangsa kita memang gampang dihebohkan oleh sesuatu, bukan sekadar heboh karena kadang-kadang perpecahan juga mengikutinya. Yang paling hangat belakangan ini adalah tentang keberadaan yayasan New 7 Wonders yang mengundang kehebohan sendiri. Beberapa orang menganggap kalau yayasan yang bermarkas di Swiss itu adalah yayasan bodong alias tidak bonafid dan karenanya ajang New 7 Wonders yang diadakannya dianggap tidak valid dan tidak akan menguntungkan bagi pesertanya.

Di sisi lain ( dan banyak yang percaya ) ajang yang digelar oleh yayasan itu adalah sebuah jalan lapang untuk memajukan pariwisata Indonesia termasuk tujuan jangka panjang mensejahterakan masyarakat yang berada di sekitar pulau Komodo. Keberadaan Jusuf Kalla sebagai sosok duta pulau Komodo ternyata sukses mendulang dukungan dari banyak pihak di negeri ini sekaligus memancing debat dari sisi yang berseberangan.

Pro dan kontra terus bergulir. Mereka yang tidak percaya pada yayasan New 7 Wonders mengajukan banyak bukti kalau ajang ini hanya sebuah pembodohan semata. Di sisi lain para pendukung JK dan mereka yang percaya terus saja mengirimkan SMS dukungan untuk pulau Komodo.

Akhirnya, pulau Komodo memang dinyatakan sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia baru tepat di tanggal 11 bulan 11 tahun 2011. Mereka yang mendukung bersorak senang, mereka yang tidak setuju mungkin saja mencibir. Tapi setidaknya semua menarik nafas lega, untuk sementara kehebohan yang sempat menarik urat leher itu reda. Mungkin cuma untuk sesaat.

Saya sendiri jujur berada pada pihak yang tidak setuju. Sebagian besar karena alasan dan bukti-bukti nyata yang saya baca dari blog Priyadi ( FAQ Tentang New 7 Wonders ). Hanya sekali saya mengirimkan SMS ke 9818, itupun dengan keyword : KADAL yang segera dibalas dengan ucapan : Terima kasih telah memilih Komodo. Sebuah keisengan karena penasaran pada sebuah artikel tentang kejanggalan program SMS komodo tersebut.

Tapi kita tinggalkan saja soal itu, toh saya juga tidak lantas mencibir ketika Komodo dinyatakan menang dan masuk sebagai 7 keajaiban dunia baru. Saya hanya lantas terpikir suatu hal, suatu pertanyaan yang entah kenapa tiba-tiba saja melintas di kepala : Selanjutnya Apa ?

Kita semua mungkin setuju kalau saya bilang negeri kita ini negeri para pelupa. Jangankan SMS Komodo yang hanya Rp. 1 per sms ( tapi mungkin saja bernilai miliaran bila dilakukan oleh jutaan orang dalam banyak kesempatan ) para koruptor saja yang jelas-jelas merugikan negara triliunan rupiah saja bisa hilang dengan gampangnya dari memori kita, atau setidaknya memori para penguasa.

Negeri ini negeri para pelupa. Apa yang heboh hari ini sepertinya hanya menunggu waktu sebelum benar-benar hilang dari ingatan dan bahkan tak berbekas. Hari ini kita heboh berdebat dan mengangankan tentang kesejahteraaan rakyat dari pariwisata pulau Komodo, tapi siapa yang bisa menjamin tahun depan kita masih ingat tentang pulau itu ? Tentang rencana mensejahterakan masyarakat di sekitar pulau itu, apa masih ada yang ingat ?

Indonesia negeri besar yang selalu mengulang kesalahan yang sama. Salah urus dan salah rawat. Kurang apa sih negara kita di sektor pariwisata ? Pantai ? Laut ? Sejarah ? Eksotisme budaya ? Semua kita punya. Lalu, kenapa Indonesia selalu kalah bahkan dari Thailand yang lebih banyak memamerkan pantainya itu ? Apalagi jawabnya kalau bukan salah urus dan salah rawat.

Jalanlah ke berbagai daerah di Indonesia dan temukan kecantikan alamnya yang mungkin seribu kali lebih cantik dari pantai yang dijual Thailand itu. Tapi kenapa kita selalu kalah ? Kenapa sektor pariwisata kita hanya bergerak semacam keong dari tahun ke tahun ?

Jalanlah ke berbagai tempat wisata di negeri kita dan anda akan menemukan jawabannya. Infrastruktur ?yang tidak mendukung, strategi promosi yang tidak berkelanjutan dan tidak tepat sasaran dan apalagi ? Kalau anda rasakan sendiri daftarnya mungkin bisa sangat panjang. Tengok pariwisata Sulawesi Selatan. Propinsi tempat saya tinggal ini mencanangkan : Visit Sulawesi Selatan 2012, tapi apa yang terjadi ? Konon brosur yang disebar di luar negeri malah dipenuhi gambar wajah sang gubernur. Doh !! Wisatawan tidak datang ke sini hanya untuk melihat wajah tampan pak gubernur bukan ? Sungguh sebuah strategi promosi yang buruk.

Sebenarnya bila pemerintah mampu mengelola dengan baik, tak perlulah kita bersusah payah memohon kepada yayasan apapun di dunia ini untuk memasukkan salah satu tempat wisata kita sebagai keajaiban dunia atau apapun itu. Tak perlulah kita bersusah payah untuk saling berdebat mempertahankan pendapat hanya gara-gara yayasan yang tidak jelas. Cukuplah kita rawat dan susun strategi yang berkelanjutan agar dengan sendirinya sektor pariwisata kita kedatangan tamu tanpa harus mengirim SMS.

Oke, Komodo sudah dianggap sebagai New 7 Wonders. Lalu apa ? Apa langkah selanjutnya supaya SMS yang dikirim masyarakat Indonesia itu tidak sia-sia ? Karena jangankan pulau Komodo, bahkan Borobudur saja yang selama belasan tahun saya percaya sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia ( dan ternyata bukan ) sudah terancam dicoret dari daftar warisan dunia oleh UNESCO karena kekumuhan dan kekotorannya. ?Bukankah itu bukti nyata kalau negeri kita memang selalu salah urus ? Punya potensi banyak tapi tidak pernah bisa mengurus dengan baik. Sungguh sayang bukan ?

Komodo sudah masuk dalam daftar 7 keajaiban dunia baru. Saya tidak peduli siapa yang mendaftarkannya dan siapa yang mengakuinya, selama pemerintah kita masih menggunakan pola yang sama dan pada strategi yang sama semua akan sia-sia. Jangan sampai kita berpecah untuk hal yang sia-sia, bukan begitu ?

Setelah pulau Komodo masuk daftar 7 keajaiban dunia baru, lalu apa ? Mari sama-sama kita tanyakan.