KEAJAIBAN DI TELEVISI KITA
Biasanya rutinitas saya setiap malam jika telah lewat jam 8 dan sedang tidak ada pekerjaan adalah menonton siaran Metro TV, satu-satunya televisi yang menurut saya punya mata acara yang “masuk akal”. Sayang sekali minggu lalu entah kenapa siaran Metro TV menghilang dari TV saya, mungkin karena masalah antena, soalnya selama inipun siaran Metro TV tidak pernah jernih saya terima. Karena kebetulan juga saya sedang tidak kerjaan, maka iseng-iseng saya mencoba menyetel stasiun TV yang lain.
Pilihan pertama saya jatuh ke TPI, stasiun televisi yang dulu mengklaim dirinya sebagai satu-satunya televisi pendidikan di Indonesia. Sebelumnya saya sudah pernah dengar tentang popularitas sinetron Entong yang sedang naik daun saat ini, terbukti dengan makin seringnya orang di sekitar saya menggunakan idiom “ sungguh terlalu” dan “prett”. Maka, malam itu saya coba menonton si Entong untuk mencari tahu, apa sih yang menarik dari sinetron ini.
Saya agak lupa cerita si Entong malam itu, saya hanya ingat kalau tokoh si Entong menyelamatkan kampungnya dari serangan ular besar yang dengan semburan api di mulutnya mampu menebar rasa gatal ke orang-orang kampung. Baru beberapa menit menonton saya sudah bosan, tak ada yang menarik sama sekali. Cerita yang dangkal, dengan beberapa orang pemeran yang berakting konyol dengan dialog-dialog konyol yang sepertinya dibikin untuk membuat orang tertawa. Remote saya sodorkan agak ke depan sambil menekan tombol yang lain. SCTV adalah stasiun berikutnya, sepertinya sinetron tentang anak-anak lagi. Saya tidak tahu judulnya, yang saya lihat ada seorang anak perempuan bermana Neng yang punya sarung ajaib. Sarung ajaib berwarna pink terang ini bisa membuatnya tidak kelihatan bila dipakai menutupi tubuhnya. Hmm….sekali lagi saya langsung bosan. Cerita dangkal yang lain. Mengumbar keajaiban dan mimpi-mimpi ke anak kecil.
Tak sampai lima menit, remote kembali saya tekan. Trans TV tujuan berikutnya. Adegan seorang anak muda berparas tampan dengan pakaian sederhana sedang bercakap-cakap dengan sorang bapak tua berpakaian compang-camping. Dialog berikutnya segera membuat saya sadar kalau ini sinetron dengan tema sama, menjual keajaiban dan mimpi. Bagaimana tidak, si bapak tua menyerahkan sebuah bungkusan kecil yang diakuinya sebagai buncis ajaib yang kelak akan sangat berguna bagi si pemuda. Sepertinya si pemuda baru saja menolong si bapak. Sebuah kisah yang klise.
Ah, nampaknya ada trend baru di TV kita. Dahulu ada trend hantu-hantu gentayangan di TV, mulai dari acara reality show yang mempersembahkan usaha manusia memunculkan bahkan menangkap hantu, sampai sinetron dengan tema hantu. Bahkan seingat saya sinetron yang awalnya bergenre drama pun tiba-tiba memunculkan hantu demi mengikuti trend ini. Setelah tren ini lewat, berikutnya ada tren sinetron bernafas islami. Pelopornya TPI dengan Rahasia Illahi, kemudian yang lain tidak mau ketinggalan. Maka muncullah Hidayah, Kuasa Illahi, Maha Kasih, dan lain-lain yang katanya bernafas Islami tapi lebih sering salah kaprah dan justru melenceng dari nafas Islaminya. Tuhan digambarkan sebagai Dzat yang kejam, bermacam-macam azab Dia turunkan kepada ummat-Nya yang melanggar. Parahnya lagi, ada beberapa sinetron yang menceritakan bagaimana seorang anak manusia yang jahat luar biasa sepanjang hidupnya, mendapat azab dan kemudian bertobat dan mengucap kalimat tauhid beberapa detik sebelum menghembuskan nafas. Enak bangeettt…dan seperti saat tren hantu merebak, tren sintetron azab inipun kemudian membuat beberapa sinetron bergenre drama tiba-tiba banting setir. Si Yoyo misalnya, cerita lengkapnya mungkin anda sudah tahu.
Setelah tren-tren itu berlalu, saya tidak tahu kisah macam apalagi yang jadi tren. Saya sudah betul-betul kehilangan rasa terhibur menonton tayangan sebagian besar TV-TV kita. Tapi saya sempat merasakan booming-nya sinetron Intan yang bahkan bisa membuat bapak-bapak di kantor saya membicarakannya dengan semangat. Berikutnya saya hanya mengintip sekilas perkembangan sinetron dan mendapati beberapa sinetron mulai menggunakan tokoh anak-anak untuk cerita percintaan mereka yang memuakkan itu. Ekploitasi terhadap anak pikir saya, dan ujung-ujungnya pasti dekadensi moral. Mau jadi apa anak-anak kita bila setiap hari TV mengkampanyekan tentang legalitas pacaran di usia muda, bahkan saat mereka masih berpakain putih merah.
Kalau tidak salah menganalisa, maka saya kira saat ini tema yang lagi tren adalah tema “ajaib-ajaib”. Saya sempat mendapati beberapa iklan sinetron dengan tema tersebut, termasuk si Entong itu. Di RCTI saya lihat ada iklan sinetron “si Eneng dan kaos kaki ajaib”, di TPI selain si Entong itu ada beberapa sinetron lain yang temanya sama. Trans TV sama saja, cuma dibikin agak beda karena dikasih label “dongeng”. Entah dengan stasiun TV lain.
Mereka dengan teganya menjual mimpi ke anak-anak kita. Menanamkan pikiran untuk tidak usah belajar atau bekerja keras. Toh dengan berbuat baik saja kita bakal dapat benda-benda ajaib yang bisa mengabulkan semua keinginan kita. Dangkal sekali bukan, dan sayangnya lagi kampanye seperti ini dimeriahkan oleh salah TV yang menyebut diri TELEVISI PENDIDIKAN INDONESIA…mungkin mereka memang berniat mendidik anak-anak kita menjadi anak-anak yang hanya suka bermimpi, bertumpu pada benda-benda ajaib dan tidak mau bekerja keras.
Akhirnya bila sedang sendirian, bengong dan tak punya piihan lain, saya jadi suka memindah-mindahkan channel TV. Mencari sinetron-sinetron yang ternyata mampu membuat saya tertawa. Saya menertawai diri sendiri, menertawai kita semua yang masih juga mau meluangkan waktu dan larut dalam sinetron kacangan tak mendidik itu. Dari segi cerita dangkalnya sudah kelihatan, dari segi skenario apalagi. Akting amburadul, tata artistik hancur-hancuran. Anda bisa bayangkan, mana ada orang kampung yang sempat merias wajahnya hingga kinclong menyerupai Krisdayanti, lengkap dengan bulu mata palsu pula. Belum lagi bajunya, tiap hari baju baru. Setahu saya yang lama jadi orang kampung, boro-boro berhias atau memakai baju baru setiap hari, makan saja syusyah..!!, eh tapi bisa jadi karena sekarang negeri kita makin makmur makanya orang kampungnya sudah berubah ya..?, nggak seperti dulu lagi saat saya masih jadi orang kampung.
Ah…saya koq tiba-tiba rindu sinetron “RUMAH MASA DEPAN” ya..?
tragis memang melihat dunia televisi kita.tidak ada kreativitas yang membangun.semuanya hanya mengikuti trend dan rating yang ujung2nya menarik sponsor.dunia hiburan kita telah dikuasai kapitalis!
saya masih selalu membayangkan sinetron Keluarga Cemara yang mengajarkan kesederhanaan,budi pekerti dan moral masih bisa tayang.kalau bisa film Denias-Senandung di Atas Awan bagus juga kalau tayang sbg sinetron..
itu saja dulu,tabe’ di..:D
@pit:
yah..begitulah…
di bangsa kita memang lagi full krisis, bukan cuma krisis ekonomi, kepemimpinan dan kepercayaan, kita juga rupanya lagi krisis kreativitas yang ujung-ujungnya bikin generasi penerus kita nantinya jadi bodoh, malas dan gak kreatif.
btw, sudah sembuh pit..?
sayang Scotland lewat yak..?
hehehe…
selain rajin blogging, masih sempat juga nonton sinetron ya Mas?
@isnuansa:
hehehe…bukannya disempet2in mbak,cuma kebetulan aja pas lagi iseng….
tragis, makanya saya sudah mau tutup itu TVku kalo acara sinetron dan lain-lain. Sinetron anak yang sepatutnya memberi pendidikan yang baik malah mengajarkan loagika2 yang tidak masuk akal. mana ada kaos kaki bisa ngomong, sarung bisa menyamarkan badan, dll. Saya pikir para produsen dan penulis skenario itu sudah kalap, bayangkan kalo anak2 mereka yang menonton dan kemudian logika2 semacam itu dimasukkan ke otak mereka. Mau jadi apa nantinya?
saya paling males nonton sinetron yg jual mimpi kaya si Ntong, si Neng, ntah si apa lagi… yg solusi untuk masalah2nya cuma benda2 ajaib yg ‘hare gene masih percaya gituaaaan???’
trus terang satu2nya sinetron yg saya tonton cuma cinta fitri yg di SCTV tiap hari ada. ga tau kenapa n awalnya dari mana, tiba2 aja saya keranjingan nonton sinetron itu pdhl td nya sebel banget denger suara si fitri yg menye’menye’ gitu.
hahahaaa… terserah deh buat yg mo ngetawain. gapapa koq, bebas2 sajalah…
Maaf ya, saya cuma pengen mengkritik aja komentar2 anda2 yang sepertinya cuma melihat selintas. Sebelum menulis ini saya sudah melihat pendapat orang yang dulunya mengira sinetron eneng dan kaos kaki ajaib cenderung negatif tapi setelah dia menonton akhirnya dia menyadari banyak pesan moral di dalamnya. Kaos kaki itu hanya perumpamaan, kalo kita berbuat baik akan membuahkan kebaikan pula (ngutip opini orang) & Hello…Hari gini kamu masih berfikir semua orang aperti kamu yang pasti nonton keluarga cemara… Kaya ga pernah jadi anak2 aja. Kalo dulu ortu kita ga nonton itu apa banyak anak kecil yang kepikiran nonton tuh sinetron? Paling cuma seberapa. Untuk membuat anak2 tertarik ya bisa dengan sinetron yang kata anda menyajikan khayalan itu. Anak2 memang suka berkhayal dan biasanya dididik melalui sesuatu yang menarik yang kebanykan orang dewasa bilang tidak masuk akal.
Saya memang penyuka sinetron Eneng RCTI, tapi supaya anda tahu saja. Dulu saya berpendapat sama bahwa sinetron Entong, Eneng RCTI, Eneng SCTV tuh sama aja ga masuk akal. Tapi pernah saya mencoba menonton dan akhirnya penilaian saya berubah.
Tapi pesan di dalamnya terutama Eneng dan Kaos KAki Ajaib, ceritanya emang mirip dengan doraemon tapi inti ceritanya bukan di situ. Coba lihat cara Eneng bersikap sehari-hari!
Anaknya rajin membantu di rumah atau di sekolah, rajin belajar sehingga cerdas, dia tidak mau berbuat curang seperti nobita walaupun dia memiliki kaos kaki ajaib, selalu berusaha sendiri.
Kenapa saya lebih memilih Eneng RCTI daripada Entong dan Eneng SCTV?
1. Entong memang mendidik, tapi bahayanya dia mengenakan identitas anak alim, dengan PAk Ustad lagi. Tuh kan bahaya…Kalo menyampaikan sesuatu yang hanya pendapat tapi menggunakan Pak Ustad bisa2 menyesatkan yang nonton.
2.Eneng SCTV,hampir sama kaya Bidadari yang tokohnya dijahatin oleh keluarganya sendiri. Terus pemerannya memberikan efek menjadikan anank2 terlalu cepat dewasa karena dia penyanyi kucing garong dengan gaya dan suara orang dewasa. terbukti nih sinetron tenggelam.
Kalo Eneng pendidikan yang diajarkan yang ringan, dasar saja kok. kaya ngucapin salam tiap ketemuu teman, selalu menolong teman/orang yang kesusahan, lomba ngaji,lomba adzan,dll
Om dan tantenya baik.
Kalo nyruh Eneng nyuci mah biasa kali, soalnya tantenya juga nyuruh suaminya ngerjain tugas lain dan dia juga ngerjain tugas lain kaya masak & nyapu. Jadi kan bagi-bagi tugas. Ga ada om dan tante yang psychopat (maaf mengutip)
Temen2nya Eneng yang usil juga nakalnya nakal anak2 SD pada umumnya. Ga ada yang sampe menganiaya atau mengancam nyawa seperti sinetron2 lain. Mereka sering membantu Eneng menolong warga kampung
Biacara soal dangkal spertinya bercermin dulu deh. Anda nonton ga episode yang Eneng menolak menggunkan alat ajaib untuk kpentingan dirinya sendiri. Banyak episode yang seperti itu.
Jadi jangan terlalu cepat nambil kesimpulan. Cerita Eneng ini ringan kok, menampilkan kepolosan anak2 dan keceriaan mereka.
Lihat donk berapa banyak sinetron yang temanya cinta-cintaan,remaja yang tema dan aktingnya hampir rata2 sama. Apa itu baik kalo sampe ditonton anak2?
Terlihat jelas kok kalo komentar kalian itu hasil dari tidak melihat ke seluruhan cerita. Hanya melihat kalo tuh sinetron negatif doangk.
Memang setiap program tetap harus ada bimbingan ortu karena pasti ada positif dan negatifnya.
Oh iya, saya mau usul silahkan anda bilang ke adik2 anda bahwa sinetron itu tidak baik sebab blabla…
Ada yang pernah mengalami dan reaksinya dia tidak setuju sehingga berusaha menunjukkan kalo film kartun itu mendidik. Tau, cara dia membuktikannya?
Dia berusaha berbuat baik untuk nunjukin kalo film kartun kesukaannya itu yang khayalan banget memiliki pesan moral yang cukup baik dan dapat menjadikanyya anka yang menyayangi ortuny, dan bersyukur dengan kesderhanaan yang dia miliki karena tokoh dalam kisah tersebut orang yang sederhana. Ga kaya sinetron2 cinta sekarang yang mengutamakan orang kaya yang pura2 miskin atau semena2 sebagai tokoh utamanya. Sekian… Terima KAsih…F10D…
@Anonymous
Wah komennya panjang banget…thanks udah berkomen. Okeh, pertama saya mo ngaku kalau saya memang belum pernah mengikuti sinetron Eneng & kaos kaki ajaib-nya sampai tuntas, apalagi mengikuti setiap minggunya. Kalau memang benar cerita Eneng seperti yang anda katakan, ya syukurlah….tapi –ini masalah selera- saya tetap tidak atau kurang bisa bersimpati pada berbagai jenis sinetron yang mengobral “keajaiban” seperti Eneng (apalagi si Entong). Mungkin terlalu dangkal, tapi saya yakin masih banyak cara lain yang bisa digunakan untuk membuat stasiun TV kita lebih “layak” untuk anak-anak…dan mohon dicatat, saya juga adalah salah satu orang yang sangat muak melihat sinetron bertema cinta2an remaja (dan bahkan anak-anak) yang menurut saya sangat tidak berbobot, entah dari segi cerita maupun penggarapan. Sama halnya dengan sinetron [sok] relijius, gak ada mutunya sama sekali…
Saya sangat menghargai pendapat anda, dan saya kira hal yang wajar apabila terdapat perbedaan dalam memandang suatu hal….
Salam..
Menarik juga debatnya di sini. Sayang Anonymous, jadi percuma aja mo ditanggepin lagi…
Hmmmm.. emang seru sih debatnya..
Tp aq lebih pro ma yg dukung Eneng dan Kaos Kaki ajaib soalnya pendapatnya orisinil en masuk akal. Slaen itu aq juga penggemar eneng lho…^^
thx…
Dewa ni, baru ** tahun
Di bulan Ramadhan ini, tayangan Eneng masih ditampilkan. Ga beda dengan bulan sebelumnya, tetep baik bagi anak2 dengan penyampaian pesan yang sesuai dengan anak-anak dan khas anak2. Kaos kakinya jadi ga dipake (jarang banget dipake, cuma jadi penasehat doang). Kisahnya Eneng dan Kaos Kaki Ajaib di bulan nan suci ini sungguh ringan dan keseharian yang ditonjolkan dan mengajarkan anak2 agar sering2 berbuat baik dan beribadah tapi dengan akting2 dan ide2 cerita yang sangat menghibur. Jadi apakah anda masih berpendapat kalo ini program negatif sekali ato sangat negatif ato ga ada bagus2nya? “Don’t Judge The Book by It’s Cover” kayanya emang benar. Saya jadi kembali memulai mengucapkan salam dan menahan emosi bisa jadi karena Allah memberikan saya sebuah petunjukj melalui tontonan yang dapat perlahan menjadikan saya lebih baik. Jadi malu kalo inget udah setua ini tapi disadarkan dengan acara anak2. Tapi yah, no problem lah selama itu hal yang baik, Aamiiin.
Wassalamualaikum Wr Wb. Saya biasa menggunakan nama Dewa.