SINDIRLAH DAKU KAU KUSINDIR (JUGA)
perang spanduk di kawasan Antang,
Dua mingu belakangan ini, berita apa yang paling menarik di seputar ibukota negara kita,
Kenapa Pilkada Jakarta ini menurut saya sangat menarik ?. pertama,
Pasangan Adang-Dani yang mengusung tema “Ayo Benahi Jakarta” berusaha mencari simpati dengan menjual kondisi mereka yang “dikeroyok” lawannya. Sementara Fauzi-Pri yang mengusung tema “
Saya sempat kaget mendengar narasi sebuah iklan di TV yang mendukung pasangan Adang-Dani. Salah seorang anak tokoh Betawi yang paling terkenal-Alm.Benyamin Sueb-berkata, “ Orang Betawi dari dulu sudah terkenal sebagai jagoan, jawara. Seorang Jawara sejati tidak akan main keroyokan”….busyeettt…!!!!, keliatan banget
Harusnya para pemilih udah bisa melakukan analisa kasar terhadap calon-calon pemimpin ini. Belum apa-apa koq ya sudah main sindir-sindiran begitu, bagaimana mau jadi pengayom dan contoh bagi rakyat nantinya (saya menulis kalimat ini sambil memancungkan bibir bawah saya). Kalau bertarung secara elegan saja mereka nggak bisa, bagaimana mengatur pemerintahan dan rakyat secara elegan (sekali lagi bibir bawah saya lebih mancung dari bibir atas). Tapi yah sudahlah, masyarakat kita sepertiya sudah kebal dan super kebal sama hal-hal seperti ini. Tekanan ekonomi dan berbagai krisis yang datang silih berganti rupanya menyebabkan sebagian besar dari kita kehilangan logika, sehingga janji-janji manis kemudian serasa desiran angin semilir di sore hari (atau mungkin seperti Anging Mammiri,kata orang Makassar). Mungkin mereka juga tahu kalau nantinya janji-janji itu hanya akan sekedar menjadi janji tanpa kita tahu kapan terealisasi, yang penting hari ini dapat baju kaos, bisa nonton artis-artis dangdut menggoyangkan bokongnya secara gratis…yah, lumayan bisa membuat mereka lupa akan harga-harga yang melambung tinggi, lupa akan minyak tanah yang makin langka dan sederet masalah lainnya yang jika dituliskan bisa lebih panjang dari daftar belanjaan si konglomerat di pasar swalayan.
Nah, sekarang bagaimana dengan SulSel ?. tanah kelahiran dan kampung halaman saya ini juga sebentar lagi akan menggelar pemilihan kepala daerah secara langsung. Penetapan calon memang belum resmi, tapi setidaknya saat ini sudah ada 3 pasang calon yang siap bertarung, secara jujur maupun tidak jujur. Perang janji yang diwarnai perang spanduk sudah jauh-jauh hari berlangsung. Jadinya sekarang ini Makassar bertambah satu julukan lagi, selain kota sejuta ruko, sekarang jadi kota sejuta spanduk. Yang paling gamblang adalah pertarungan antara ASMARA dan SAYANG, sementara calon yang satunya terlihat lebih kalem, kata orang sih karena kekurangan modal. Sepintas memang ini hanya menjadi pertarungan antara ASMARA dan SAYANG, eiitttsss tapi tunggu dulu. Siapa yang meyangka Yunani bisa jadi juara piala Eropa tahun 2004 ?, atau siapa yang berani menjamin Iraq menjuarai piala Asia 2007 ?, mereka berdua adalah kuda hitam yang meruntuhkan kejayaan tim-tim mapan. Jadi, seperti sepakbola apapun bisa terjadi di Pilkada ini. Calon yang kalem dan cenderung “pendiam” bisa saja justru naik menjadi juara.
Bagaimana soal sindir menyindir ?, hmmm…sejauh ini sih kalau menurut saya belum parah. Kenapa belum parah ?, karena sejauh spanduk yang saya baca, baru sedikit sindiran yang terpajang. Ada spanduk salah satu calon yang isinya begini, “ kita butuh pemimpin yang sehat, energik dan berpengalaman”, atau yang begini, “ hormati yang tua, pilih yang muda”. Warga SulSel pasti sudah tahu untuk siapa sindiran itu ditujukan. Nah, sementara si lawan berat pernah membuat spanduk bertuliskan, “pilih pemimpin yang bebas narkoba”-walaupun sekarang saya sudah tidak pernah melihat spanduk itu lagi-jelas ucapan ini merujuk ke salah satu calon yang –kabarnya-pernah tersandung kasus narkoba (dan ini sudah jadi rahasia umum, walaupun salah satu tim sukses beliau pernah bilang kalau ini bisa-bisanya si lawan saja). Well, perang sindiran mungkin belum terlalu kencang berhubung karena jarak waktu Pilkada yang masih agak lama, juga mungkin karena calon peserta Pilkada yang lebih dari dua pasang sehingga mereka menggunakan strategi perang yang berbeda dengan peserta Pilkada DKI.
Apapun itu, saya hanya berpesan (halah..!!!, sok tua banget) kepada para calon pemilih. Sebelum menusukkan paku ke foto salah seorang calon pimpinan daerah, mungkin kita bisa merenung dulu, tanya ke hati nurani, sudah benarkah pilihan kita ?, atau kalau masih bingung, Golput aja yuk..!!!!
Ah, ini mungkin ajakan yang tidak benar, jadi jangan ditiru kecuali bila dari sononya anda memang berprinsip begitu. Tapi setidaknya itulah pilihan saya sampai saat ini, namun tidak tertutup kemungkinan akan berubah menjelang hari H (tergantung janji siapa yang bisa menggoyangkan saya,hehehe..). Tapi ngomong-ngomong koq saya belum didata sebagai pemilih tetap ya..?, tauk ahh…daripada pusing mending ikutan Pilkandy atau Pilkading aja…(anak Blogger Makassar pasti setuju..!!!).
Salam….
Tenang Daeng..
memilih untuk tidak memilih adalah sebuah pilihan 🙂
btw, Sy sedang berangan-angan makassar dipimpin oleh seseorang yg setype dengan presiden Iran yang dulunya adalah walikota teheran.
Soal pilkadink..
Bila nanti Sy berhasil memilih, Sy berjanji akan.. (hayah mulai mi seng sama dengan “pil-pil” yang lain 🙂
Negative campaign (saling membeberkan “keburukan” rival) sih udah biasa dalam iklim “democrazy”…gw sih totally ignore sama kaya ginian masalahnya.
Black campaign, saya ragu itu dilakukan tim rival. jangan-jangan itu strategi tim sukses masing2 Calon agar mendapat simpati masyarakat, bahwa calonnya telah terzalimi oleh calon lainnya …
waduhhh…makin pusing liat bangsaku…:(
hahahaaa… kl masih ada yg dipilih, kenap engga…
kl saya sih ga mo under estimate lah… biar gimana, mengkritik itu masih lebih gampang ketimbang saya harus praktek langsung…
so saya sih pasti memilih karna dah ga jaman golput2an *ini kata saya lho*
saya pun posting ttg pilkada di jakarta, barang kali berkenan baca silahkan berkunjung http://noveerasjid.blogspot.com/2007/08/yes.html
heheee
@Adink:
ayyo..ayyoo kita sukseskan PilKadink..
@Helman:
yup…gw setuju ama Lo, btw istilah “democrazy”-nya asyik juga tuh..
@Dg. Sitaba :
tojengi katte daeng…ada tong juga memang kayak begitu. contohnya waktu Pilpres kemaren…
@Tari:
ahh…gak usah pusing2 Tar, santai aja..justru yg kayak gini yg bikin bangsa kita makin kuat…kalo gak collapse duluan..hehehe..
@Novee:
siip..siip..
yang penting kan saling menghargai pilihan masing-masing orang, tetap menjaga persatuan dan kesatuan demi terciptanya masyarakat yang adil, maksmur dan sejahtera..halah..!!!
piis lah pokoknya…