JK yang saya kenal

69349_menuju_piala_dunia_2022

Tanggal 20 Oktober 2009 adalah tanggal yang mungkin tidak akan pernah dilupakan oleh sosok Jusuf Kalla atau yang akrab kita kenal dengan JK. Di tanggal itu, beliau akan mencapai titik terakhir pengabdiannya sebagai wakil presiden yang sudah diembannya selama 5 tahun. Saya jadi tertarik untuk menulis kesan-kesan pribadi saya tentang beliau, sekedar catatan tidak penting saja, anggaplah sebagai sebuah catatan dari seorang warga negara yang mencatat tentang seorang pemimpinnya.

Secara langsung saya sudah berkali-kali ketemu dengan beliau. Saya sudah lupa tepatnya berapa kali, yang jelas pertemuan pertama itu terjadi kira-kira waktu saya masih SMP. Waktu itu seperti biasa beliau menggelar acara halal bihalal di rumah pribadinya dan bapak serta keluarga saya jadi salah satu undangan. Pertama ketemu beliau ya rasanya deg-degan juga, maklum beliau kan boss besarnya bapak dan pastinya salah satu orang paling terkenal dan berpengaruh di Sulawesi Selatan. Beliau memang belum duduk di pemerintahan waktu itu, tapi nama besar keluarga Kalla sudah terlanjur kondang di propinsi ini.

Pertemuan-pertemuan berikutnya tak usahlah saya ceritakan, tak ada yang istimewa apalagi buat beliau. Semua pertemuan terjadi karena tidak sengaja, saya pas lagi di proyek ketika beliau berkunjug atau saya pas lagi di kantor ketika beliau juga datang, jadi tidak ada pertemuan karena saya yang menghadap beliau apalagi karena saya yang diundang beliau untuk menghadap. Sebagai karyawan kasta sudra di salah satu (di antara sekian banyak) anak perusahaan punya beliau kesempatan seperti itu adalah hil yang mustahal. One in a million lah pokoknya.

Nah, setelah lama mengabdi di salah satu perusahaan milik beliau plus beberapa kali pertemuan dengan beliau (meski tidak sengaja dan tidak secara prifat), apa pendapat saya tentang beliau ? Hmmm..sumpah, agak sulit rasanya untuk memberi penilaian yang objektif berhubung karena “kedekatan” secara pribadi itu, jadi mungkin penilaian saya di bawah ini akan sedikit subjektif mengingat faktor-faktor di atas.

Sebagai pribadi saya merasa kalau JK adalah orang yang spontan. Dia selalu berbuat dan berucap apa adanya, pokoknya apa yang ada dalam pikirannya itu yang dikeluarkannya saat itu juga. Saya kira banyak orang yang setuju dengan penilaian saya ini. Para wartawanpun mengaku senang kalau mewawancarai beliau, selain karena polos dan blak-blakan ucapannya sangat quotable, tak perlu ditambah atau dikurangi sudah cukup untuk menarik pembaca.

JK juga adalah orang yang santai dan tidak menyenangi sesuatu yang bersifat kaku dan penuh dengan aturan protokoler. Saat masih menjadi Menko Kesra dan proyek Masjid Raya Makassar sedang berlangsung, beberapa kali beliau berhasil melepaskan diri dari pengawal dan aturan protokoler untuk melihat langsung pembangunan masjid yang dirintisnya itu. Bayangkan bagaimana kagetnya kami waktu itu di proyek. Sedang santai-santai selepas istirahat makansiang tiba-tiba seorang pekerja dengan tergopoh-gopoh datang mengabarkan kalau pak Jusuf Kalla datang berkunjung. Beberapa orang awalnya tidak percaya, masak seorang menteri datang berkunjung tanpa pengawalan dan protokoler sebagaimana lazimnya, tapi yah itulah beliau yang tidak suka hal-hal yang kaku dan serba diatur seperti itu. Saya masih ingat salah satu ucapan beliau saat sudah jadi wapres, beliau bilang “ Saya sekarang malas pulang kampung, soalnya kalau saya pulang banyak orang yang jadi susah”..

Nah, penilaian saya berikutnya tentang beliau adalah bahwa pak JK nih orangnya visoner. Ini dari cerita dan kenyataan yang saya lihat, terutama yang menyangkut tentang kantor dan proyek yang pernah atau sedang saya ikuti.

Dulu, sebelum proyek perumahan yang kami garap sekarang ini berjalan, kami (atau tepatnya orang-orang yang disewa kantor kami) membuat logo untuk perumahan Bukit Baruga. Logo yang jadi andalan para pembuat logo itu sebenarnya adalah sebuah logo dengan dasar huruf B yang didesain dengan model klasik, mengikuti model yang sedang trend waktu itu. Sebagai perbandingan, mereka tentu tidak hanya membuat satu logo, jadi dibuatlah logo yang lain yang katanya dibuat asal-asalan hanya supaya ada pembanding.

Beberapa logo yag sudah jadi kemudian dibawa ke hadapan pak JK yang waktu itu masih menjabat sebagai pimpinan tertinggi Hadji Kalla Grup. Setelah melihat dan menilai beberapa logo yang dibuat sang pendesain logo, pilihan JK jatuh jatuh kepada salah satu logo yang dibuat asal-asalan dan bukannya kepada logo yang sebenarnya jadi andalan dan dibuat dengan sangat serius. Awalnya mungkin mengherankan, koq bisa-bisanya beliau memilih logo yang lebih simpel daripada logo yang sudah mati-matian dibuat menarik. Bertahun-tahun kemudian keheranan itu medapatkan jawabannya. Logo simpel yang dipilih JK sampai sekarang ternyata masih terasa cocok dengan trend desain yang berkembang. Coba kalau waktu itu logo yang dipilih adalah logo berdesain klasik yang penuh dengan elemen-elemen yang ribet, sekarang logo itu pasti sudah terasa sangat ketinggalan jaman dan munbgkin kantor kami harus membuat logo baru yang selaras dengan trend desain saat ini.

Bukti lainnya adalah waktu desain Masjid Raya Makassar diajukan. Dari beberapa desain yang diajukan, pilihan JK juga jatuh pada desain “asal-asalan” yang lebih sederhana dan bukannya pada desain yang jadi jagoan dan digarap lebih serius. Alasannya mungkin sederhana juga, desain yang sederhana dan tidak terlalu ribet dengan bermacam ornamen tentu akan lebih tahan lama dari segi trend, gak cepat ketinggalan jaman. Jadi pada intinya saya merasa kalau pak JK tuh selain sosok yang sederhana juga adalah sosok yang visioner dan selalu memandang jauh ke depan.

Nah, sekarang bagaimana pendapat saya tentang sepak terjang beliau di pemerintahan ? Susah juga untuk menilai secara objektif apalagi sepak terjang di pemerintahan tentu lebih melibatkan banyak orang, jauh lebih banyak daripada sepak terjangnya di perusahaan.

Sebagai wapres saya merasa JK memberi nuansa baru. Selama ini para wapres selalu berada di bawah bayang-bayang presiden, tugasnya lebih banyak berada di belakang atau tepatnya lebih banyak diam dan mengiyakan saja apa yang dikerjakan oleh bossnya. JK hadir dengan paradigma yang berbeda. Dia tidak hanya diam dan manut pada presiden, beberapa kali dia juga bergerak lebih cepat dan lebih tangkas dari presiden. Beberapa kali dia ada di depan untuk menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan. JK memang berbeda dengan SBY. Bila SBY lebih benyak berpikir dan menurut orang lamban, maka JK dengan naluri seorang pedagangnya lebih cepat dalam bertindak mengambil setiap kesempatan.

Sebagai wapres, beliau memang tidak sempurna. Kebijakan-kebijakan pemerintahannyya bersama SBYpun terkadang menuai kritik. Pihak yang tak puaspun masih sangat banyak, tapi saya kira di luar itu semua kita harus tetap memberi nilai plus untuk hasil kerjanya, terutama untuk keberaniannay keluar dari pakem seorang wakil presiden yang terlanjut dianut oleh banyak orang selama ini. Entah kapan lagi kita bisa punya wapres yang seperti dia.

Di ujung tulisan, saya pengen menitip ucapan erima kasih untuk pak Jusuf Kalla atas kerja kerasnya selama 5 tahun ini. Dia memang masih banyak kekurangan, masih banyak hal yang tak tuntas dikerjakannya tapi bagaimapun masa 5 tahun pengabdiannya sudah membawa warna tersendiri dalam dunia politik tanah air. Semoga saja dia tidak mau berhenti untuk berkarya dan bekerja bagi negeri ini, negeri yang pasti dicintainya juga.

Untuk kabinet yang baru, kita hanya bisa berdoa, semoga mereka benar-benar adalah orang-orang yang tepat di tempat yang tepat. Semoga Indonesia bisa jadi lebih baik.