Jalan Kaki

gambar diambil dari Google

Jalan kaki adalah olahraga paling praktis dan bisa dilakukan kapan saja. Sayangnya jaman sekarang orang sudah makin malas berjalan kaki

Kejadiannya di kota Sidoarjo, akhir bulan Oktober kemarin. Setelah menyelesaikan urusan di Surabaya saya berniat kembali ke GOR Deltras tempat peserta Blogger Nusantara menginap. Sayangnya saya salah turun dari bis karena tertipu melihat plang penunjuk GOR. Sudah salah turun, sok tau pula. Jadilah malam itu saya jalan kaki sekitar 2 KM ( merujuk pada plang penunjuk arah ) hingga sampai ke GOR Deltra Sidoarjo.

Itu bukan kali pertama saya berjalan kaki sejauh itu. Aslinya saya memang suka jalan kaki. Setiap mengunjungi kota lain biasanya saya menyempatkan diri untuk berjalan kaki menyusuri jalan-jalan di kota itu. Selain sederhana, dengan berjalan kaki saya juga merasa bisa melihat lebih banyak sisi lain dari kota yang saya datangi.

Tahun 2006 ketika mengunjungi Jakarta saya sempat merasakan sebuah pengalaman jalan kaki yang menurut saya cukup melelahkan. Dari pasar Baru saya dan teman-teman jalan kaki ke masjid Istiqlal, kemudian menyeberang ke lapangan Monas dan kemudian diteruskan hingga ke Jalan Jaksa. Di peta saya memperkirakan jaraknya sekitar 4 KM. Lumayan jauh dan lumayan membuat kaki pegal.

Kata Trinity yang backpacker itu, orang Indonesia termasuk pejalan kaki yang lambat. Jauh lebih lambat daripada mereka yang berasal dari Eropa, Amerika bahkan Asia Timur. Saya sendiri pernah membuktikannya ketika berada di Kuta, Bali. Waktu itu dengan isengnya saya coba jalan kaki mengikuti ritme sepasang bule di depan saya. Hasilnya ? sungguh saya ngos-ngosan mengejar mereka yang jalannya begitu cepat. Padahal di antara teman-teman saya termasuk orang yang kalau jalan lumayan cepat

Sayangnya kebiasaan berjalan kaki itu tidak sering saya lakukan di kota sendiri. Alasannya karena di kota ini saya punya kendaraan sendiri sehingga ke mana-mana saya memang lebih banyak menggunakan kendaraan. Lagipula infrastruktur untuk pejalan kaki di Makassar masih mengenaskan. Pejalan kaki selalu terpinggirkan, kalah oleh para pengendara kendaraan.

Tapi, bukankah itu hal yang umum di Indonesia ? Kota-kota besar di Indonesia rata-rata memang tidak memberikan tempat yang layak untuk para pejalan kaki. Trotoar banyak digunakan oleh mereka yang sebenarnya tidak berhak. Para pedagang kaki lima dan bahkan para pengendara motor seringkali merebut hak para pejalan kaki itu. Akibatnya orang jadi makin malas berjalan kaki selain tentu saja karena faktor lain seperti cuaca, alasan praktis atau ingin lebih cepat.

Jalan kaki sebenarnya sangat mengasyikkan. Kita bisa menikmati suasana sekitar, mengamati detail-detail dari sisi sebuah kota dan tentu saja karena alasan kesehatan. Menurut situs wikipedia, jalan kaki bisa menurunkan resiko penyakit jantung, nyeri punggung dan diabetes. Selain itu, dengan berjalan kaki sebenarnya kita punya banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, saling menyapa atau sekadar melemparkan senyum. Bukankah berinteraksi dengan sesama manusia itu adalah hal yang menyenangkan ?

Ah seandainya saja kota ini dan kota-kota lain di Indonesia memanjakan para pejalan kaki seperti kota-kota di negara maju maka tentu akan banyak warga yang lebih memilih berjalan kaki untuk jarak yang pendek yang masih bisa dijangkau, bukan malah mengutamakan menggunakan kendaraan bermotor.

Ah, saya rindu berjalan kaki.