Istirahat Dulu ya!

Bulan yang cukup padat, bahkan sepertinya padat sekali. Dari mana ke mana, dari bandara ke bandara.

Tanggal 30 Juni 2024, akhirnya saya mendarat di Soekarno Hatta, Cengkareng. Malam sudah turun, penumpang pun tidak terlalu ramai. Di antrean imigrasi saya hanya butuh beberapa menit sebelum paspor saya diperiksa dan dicap. Tidak ada pertanyaan dari petugas. Hanya saja saya butuh cukup lama menunggu koper saya sebelum bisa meninggalkan bandara.

Perjalanan panjang melintasi benua dan setengah dari bumi baru saja diselesaikan. Penerbangan 14 jam dari Amsterdam pun baru saja pungkas. Idealnya saya bisa istirahat, minimal beberapa hari untuk mengembalikan energi. Apalagi saya pasti butuh waktu untuk kembali “normal” setelah datang dari Bogota.

Tapi saya tidak hidup di dunia yang selalu ideal. Saya tiba di Indonesia Minggu malam, dan besoknya harus langsung ke Solo. Jadi saya tidak balik ke Makassar tapi menginap di Jakarta.

Ke Solo dan Jogja

Senin 31 Juli jam 8 pagi. Saya sudah di bandara (lagi), kali ini Terminal B. Saya akan mengejar pesawat Batik menuju Solo. Ada kegiatan di sana yang tidak bisa saya lewatkan. Sejujurnya baterai saya sudah agak lemah. Semalam hanya tidur sekitar dua jam setelah perjalanan panjang dari Bogota. Tapi saya masih menikmatinya.

Saya akan menginap di Solo selama 5 malam. Sebenarnya saya bisa saja beristirahat penuh setiap malam karena kegiatan hanya dari pagi sampai sore. Tapi tidak bisa juga. Dua anak saya menyusul ke Solo karena mereka sedang libur. Jadilah setiap malam saya harus menemani mereka jalan-jalan. Ini adalah momen yang berharga, dan tentu saja tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Walhasil setiap malam sehabis menemani mereka jalan-jalan, saya akan tepar. Sama sekali tidak bertenaga. Tidur sampai pagi datang, lalu mengulang kembali aktivitas yang sama. Begitu terus selama beberapa hari.

Jumat akhirnya saya bisa balik ke Makassar lewat Jogja. Iya, saya terpaksa lewat Jogja karena penerbangan dari Solo ke Makassar terlalu jauh memutar, lewat Jakarta dulu. Jadi supaya efisien, saya naik KRL ke Jogja lalu naik kereta bandara ke Kulonprogo.

Pesawat yang harusnya berangkat jam 4 sore dari Jogja ternyata diundur ke jam 8 malam. Subhanallah. Terasa sekali baterai saya tinggal sedikit ketika menunggu di bandara YIA. Tiba di bandara, pesawat ternyata diundur lagi hampir 1 jam. Masya Allah.

Medan

Saya tiba di Makassar sudah tengah malam, bahkan sebentar lagi akan berganti hari. Tidak ada aktivitas lain yang bisa dilakukan selain tidur. Besoknya pun begitu. Tidur dengan harapan energi akan kembali ke angka 100%.

Tapi, belum sampai 100% saya sudah harus menggeret koper lagi. Hanya selang sehari setelah tiba di Makassar, saya meninggalkan rumah jam 4 subuh. Kali ini ke Medan, dan pesawat akan berangkat jam 6 pagi dari Makassar menuju Cengkareng, transit dua jam dan berangkat ke Medan. Saya tiba di Medan siang hari sekitar jam 2 siang. Setelah makan siang, saya memilih tidur. Pokoknya kalau ada kesempatan saya akan tidur biar energi akan kembali normal.

Selama di Medan saya lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan ber-AC. Walhasil, tubuh saya bereaksi. Di hari kedua saya mulai tepar. Selain tubuh yang pegal, pilek dan batuk pun datang. Rupanya saya sudah tiba di ambang batas ketahanan tubuh.

Labuan Bajo

Hari Sabtu kembali ke Makassar via Jakarta. Rasa capek masih berasa, begitu juga dengan sisa flu dan batuk. Lumayan bisa beristirahat sehari sebelum hari Senin kembali ke bandara. Kali ini tujuannya Labuan Bajo. Beruntung karena kali ini saya ke sana sebagai “tamu” dan bukan “tuan rumah”, jadi tidak butuh banyak energi.

Awalnya badan masih kurang fit ketika tiba di Labuan Bajo, tapi syukurnya karena hari berikutnya semua berubah. Mungkin karena matahari dan angin laut ya, badan saya jadi berasa jauh lebih segar. Flu hilang, batuk pun perlahan menguap.

Ternyata obatnya hanya itu saudara-saudara: angin laut! Hahaha.

Karena sudah segar kembali, jadi sekalian saja berlibur. Mumpung di Labuan Bajo, yakan? Rasa capeknya baru terasa kembali setelah balik ke Makassar, tapi itupun tidak bertahan lama.

Waktunya Istirahat

Seminggu di Bajo saya akhirnya kembali ke Makassar. Masih ada sisa capek, tapi itu lebih karena habis menanjak ke puncak Bukit Padar. Jadi capek karena liburan. Alhamdulillah badan walaupun capek tapi terasa lebih segar, tidak seperti ketika di Medan.

Ketika semua gelombang perjalanan sudah berakhir, saya lalu berpikir: Alhamdulillah ya, badan saya masih cukup kuat untuk perjalanan semenantang ini. Dari Bogota ke Jakarta, lanjut ke Solo, lalu ke Makassar, kemudian Medan, balik Makassar lagi, kemudian ke Labuan Bajo. Semua dalam waktu lebih kurang tiga minggu.

Saya rasa hormon endorfin juga sangat membantu. Ada rasa senang yang menemani  semua perjalanan itu. Senang karena mendatangi tempat lain, senang karena masih tenaga dan pikiran masih dibutuhkan orang, dan tentu saja senang karena masih ada pekerjaan. Rasa senang itu adalah vitamin. Makanya saya tidak pernah mau mengeluh apalagi menyesali pilihan pekerjaan ini. Saya berusaha menikmatinya, selama masih bisa.

Tapi bagaimanapun saya tetap butuh istirahat juga. Dan waktunya sekarang. Mumpung belum jalan lagi ke tempat lain, mari beristirahat sebelum nanti kembali menggeret koper. [dG]