Cerita Tentang Provider
Berapa kali kalian ganti provider selama punya handphone ? Ada yang sering gonta-ganti ? Atau setia pada satu provider ? Berikut beberapa cerita dari teman-teman blogger Makassar tentang provider.
Teknologi selular sudah jadi bagian penting masyarakat kita saat ini, coba lihat sekeliling anda dan hitung berapa jumlah orang yang tidak memegang handphone. Pasti jumlahnya sangat sedikit, bukan ? Dari anak-anak SD hingga kakek-nenek sebagian besar punya handphone. Dari direktur dan pejabat tinggi sampai tukang sayur dan tukang ojek, semua memegang handphone. Singkatnya, handphone sudah bukan barang mahal dan eksklusif lagi.
Punya handphone berarti harus punya provider selular bukan ? Nah persoalan memilih provider bukan persoalan gampang bagi sebagian orang. Biasanya ada dua hal yang jadi pertimbangan dalam memilih provider, ketersediaan jaringan dan harga layanan.
Punya layanan dan jangkauan yang luas tapi harga mahal bisa bikin orang berpikir dua kali, begitu juga dengan sebaliknya. Harga yang murah tapi jangkauan terbatas, bisa juga jadi pengganjal untuk memilih provider. Pertimbangan lainnya bisa jadi adalah jumlah penggunan provider dalam sebuah lingkaran kekerabatan atau komunitas.
Alasan terakhir itu yang jadi alasan saya untuk berpindah ke provider yang berwarna merah. Waktu pertama memegang handphone sekitar tahun 2003 saya menjatuhkan pilihan ke provider berwarna kuning. Alasannya simpel, kebanyakan orang di Sulawesi Selatan menggunakan provider merah dan saya merasa keren dengan tampil beda.
Dari yang awalnya pra bayar saya bahkan sempat pindah ke pasca bayar selama beberapa waktu. Sekitar tahun 2008 saya akhirnya pindah ke selular yang lain. Waktu itu teman-teman saya kebanyakan protes karena saya sendiri yang lintas operator sehingga agak mahal kalau mau dihubungi. Ya sudah, karena alasan itu akhirnya saya pindah juga ke provider merah mengikuti arus mainstream di SulSel. Sampai sekarang saya masih bertahan di provider itu walaupun kata orang tarifnya paling mahal.
Kenapa saya bertahan ? toh saya juga bukan orang yang senang menelepon, kebutuhan pulsa saya seminggu cukup Rp. 10.000 saja, lebih dari itu rasanya sudah kebanyakan. Selain itu jaringan si provider merah juga paling luas di Sulawesi Selatan jadi tidak heran kalau penggunanya memang sangat banyak di sini.
Ada juga yang mengaku bertahan dengan si merah karena nomornya sudah terlanjur tertulis di kartu nama yang sudah terlanjur tersebar ke mana-mana. Salah satunya adalah Irwin Day. Lelaki yang sehari-harinya adalah penggiat internet ini sebenarnya mengaku kesal dengan si merah karena di Jakarta dan di beberapa kota lainnya di Indonesia, sinyalnya sering hilang, tapi karena nomornya sudah terlanjur tersebar jadinya agak malas untuk berpindah ke provider lain.
Malas berpindah tidak lantas berarti setia 100% kan ? Buktinya, Irwin mengaku kalau dia juga menggunakan provider lain untuk keperluan sehari-harinya. Kebiasaan poligami provider juga dilakukan oleh teman-teman yang lain. Taqdir Arsyad misalnya. Lelaki pemilik web http://berbagi.info ini menggunakan provider merah dan provider hitam. Ceritanya juga unik, awalnya ketika masih bermukim di Jogja bapak dua anak ini pengguna provider biru, ketika pindah ke Makassar layanan si biru ternyata terbatas sehingga dia memutuskan untuk pindah ke si merah.
Setelah beberapa lama, ternyata si merah juga tidak bersahabat. Selain biayanya yang mahal, daerah tempat tinggalnya juga susah menerima sinyal si merah. Setelah sempat mengalami masalah dengan BIS yang membuatnya harus buang-buang waktu bolak-balik ke Grapari akhirnya Taqdir memutuskan untuk pindah provider. Meski begitu dia tetap mempertahankan si merah karena alasan sebagian besar teman di SulSel menggunakan provider ini.
Kita tahu kalau saat ini memang handphone tidak hanya jadi alat komunikasi lewat telepon dan sms tapi juga jadi alat untuk menjelajah internet sehingga layanan data juga jadi pertimbangan dalam memilih provider. Inilah yang jadi alasan beberapa orang bertahan menggunakan provider kuning, karena awalnya memang hanya provider kuning yang paling awal menyediakan layanan data via Blackberry.
Cinta pertama akan terkenang selamanya. Begitu kata orang-orang, nah kalimat itu juga yang membuat beberapa orang seperti Daeng Marowa dan Mamie Lily bertahan dengan si kuning. Sejak awal mereka sudah menggunakan provider itu untuk layanan data dan kebutuhan sehari-hari, dan sampai sekarang mereka masih setia sebagai pengguna si kuning.
Begitulah, semakin hari persaingan antar provider makin ketat sehingga kemudian yang diuntungkan adalah para konsumen yang bebas untuk memilih akan menggunakan provider apa sesuai kebutuhan dan ketersediaan dana. Bandingkan harga layanan hari ini dengan layanan 10 tahun lalu ketika handphone masih jadi barang eksklusif. Bedanya sungguh jauh.
Nah, bagaimana dengan anda ? Suka gonta-ganti provider juga ?
cuma satu kali ganti. itu karena provider nomor pertamaku jaringannya ngga bagus di rumah (tadinya ngontrak di daerah yang jaringannya bagus)
wah, mbak Mano setia ya..?
🙂
saya setia pake simpati. tapi punya fleksi dan three.
pernah pake mentari tp cuman bentar. pernah pake xl, tapi ga lama juga.
alasan setia: karena keluarga pake telkomsel semua.
nggak boleh nyebut merk ya? oooppss…. 😀
nah, alasan karena keluarga atau teman pake semua adalah alasan yang biasa..
saya juga pindah karena itu koq
soal nyebut merek, sante aja..paling nanti saya minta bayar sama mereka..hihihihi
98-09 setia bersama si koneng
abis itu pindah deh ke si merah mpe sekarang 😀
mahal euy
blon tau mo pindah ke warna apa lagi
tapi sepertinya sih biru ga ah
abis bete sama partai biru *hlo hubungannya apa coba?:P*
kalau begitu bentar lagi pindah klub dong..
kan si Chelsea pake biru..
😛