Catatan Untuk Bapak

..oh dear dad, can you see me now, I am my own like you somehow. I wait up in the dark, for you speak to me.. ( Release – Pearl Jam )

Hari jumat (15/1) genap sudah seminggu bapak di rumah sakit. Beliau punya masalah di jantung. Denyut jantungnya tak normal, bahkan sangat jauh di bawah normal. Akibatnya beliau jadi susah bernafas dan kadang terasa nyeri di dada. Sampai hari ini beliau masih di ruang ICU, belum boleh pindah ke kamar, kata dokter.

Entah kenapa malam ini saya jadi tergerak untuk menuliskan sesuatu tentang bapak, sesuatu yang seingatku belum pernah kutulis sejauh ini.

Terus terang selama ini saya memang kurang dekat dengan bapak. Hubungan kami hanya satu arah, murni hubungan antara bapak dan anak. Beliau memerintah, saya menjalankan. Tak ada sesi debat atau sharing. Bapak tipikal orang Makassar asli, beliau keras, cenderung bersumbu pendek dan gampang meledak, meski sekarang ini usia rupanya telah membuatnya sedikit lebih kalem. Setidaknya menurutku.

Sedari kecil saya selalu dididik dengan keras oleh beliau sehingga kemudian perlahan-lahan muncullah jarak di antara kami. Sifatnya yang keras selalu mampu membuat saya mengkerut, bahkan sebelum bicara sekalipun. Walhasil saya lebih sering menggunakan Ibu sebagai perantara di kala butuh sesuatu dari bapak. Bahkan setelah menikah dan punya anakpun saya masih tetap segan untuk bicara santai dan rileks dengan beliau. Sisa didikan keras sedari kecil rupanya tetap membekas di alam bawah sadarku.

Bapak adalah seorang pekerja keras yang serba bisa. Beliau resminya tak sampai lulus SMA dan hanya ikut ujian persamaan untuk mendapatkan ijasah SMA, namun jangan remehkan kemampuan beliau dalam hal-hal yang berkaitan dengan mesin dan listrik. Beliau belajar dari sekitarnya, beliau orang yang tak kenal lelah dalam belajar, selalu punya spirit dan rasa ingin tahu yang besar. Beliau pernah bilang kalau ada sebuah barang baru yang menarik perhatiannya dia akan selalu penasaran untuk mengetahui cara kerjanya, bukan cuma cara mengoperasikannya. Keahlian beliau dalam memperbaiki dan merawat mesin membuat banyak orang membutuhkannya, salah satunya adalah Jusuf Kalla. Sebelum JK jadi wakil presiden, bapak selalu jadi langganan keluarga JK kalau mereka punya masalah, khususnya masalah dengan AC dan beragam mesin pendingin lainnya.

Beliau memang pekerja keras dengan etos kerja dan loyalitas yang tinggi. 2 tahun lalu beliau pensiun dari PT. Hadji Kalla setelah mengabdi lebih dari 30 tahun, meski begitu sesekali beliau masih sering dipanggil kantor lamanya jika tenaga dan pikirannya dibutuhkan. Saya sudah banyak mendengar cerita dari orang-orang tentang kemampuan dan keseriusannya dalam bekerja. Sialnya, kadang ada orang yang membandingkan saya dengan beliau.

“Masak bapakmu bisa, kamu ndak bisa?”, beberapa tahun yang lalu saya pernah kesal karena seseorang berkata begitu. Bukan hanya dari sisi kemampuan dan keseriusan itu, bahkan dari segi fisikpun ada orang yang membandingkan saya dengan beliau. “Bapakmu kelihatan lebih muda dari kamu”, begitu kata mereka.

Saya sering mencuri pandang ke bapak dan harus saya akui di usianya yang hampir 60 tahun beliau masih gagah. Sisa tetesan darah arabnya masih kental. Hidung mancung, rambut ikal dan jenggot serta kumis tipisnya selalu membuat saya kagum. Pernah suatu waktu kala masih ABG saya berharap bisa punya kumis dan jenggot seperti beliau, bahkan saya pernah merasa beliau mirip dengan Bucek Depp. Sumpah..!!

Sekarang, sudah seminggu tepat dan bapak masih terbaring di ruang ICU. Semalam kondisinya memburuk hingga harus kembali dibantu oksigen dan detak jantungnya terus dimonitor.

Semalam juga untuk pertama kalinya selama puluhan tahun saya kembali bisa memijit kakinya. Beliau mengeluh susah bernafas dan perutnya kembung. Entah dorongan dari mana saya mulai memijit kakinya, lembut seperti biasa saya memijit kaki. Saya rasa bapak menikmatinya dan mulai bisa tenang sambil menutup mata meski tidak benar-benar tertidur.

Saya tak bisa berbuat banyak untuk meringankan bebannya. Saya hanya bisa berdoa semoga semuanya bisa jadi lebih baik, semoga Tuhan berkenan memberinya kemudahan dan kekuatan. Masih banyak hal yang harus saya perbaiki tentang hubungan saya dengan beliau, masih banyak kebaikan dan pengorbanan yang belum saya balas.

Sejauh ini saya masih lebih banyak memberi kesusahan pada beliau. Sejauh ini saya baru bisa memberinya seorang cucu yang senang duduk di pangkuannya dan mempermainkan jenggotnya. Meski saya tahu beliau bahagia dengan pelakuan cucunya tapi saya rasa itu belum cukup sama sekali untuk membalas semua pengorbanannya bagi keluarga.

Apa yang terjadi pada saya dan bapak selama ini membuat saya bertekad untuk menjadi ayah yang baik bagi anak saya. Saya mau memperbaiki kesalahan beliau, saya tak mau Nadaa dan Hilmy tumbuh menjadi anak yang takut pada ayahnya. Saya mau menjadi ayah dan teman untuk Nadaa dan Hilmy, saya mau Nadaa dan Hilmy lebih bahagia dari saya dan saya tahu kalau itu terjadi maka bapak pasti akan ikut bahagia.

Semoga cepat sembuh bapak, kami berdoa untukmu.