Ada Yang ON dan Ada Yang Harus OFF

ON OFF ( sumber ; Google )

Postingan ini murni opini pribadi, isinya mungkin tidak tepat tapi sama sekali tidak ada campur tangan pihak lain dan postingan ini tidak mewakili komunitas apapun.

Malam sebelum digelarnya Pesta Blogger Oktober 2010 lalu saya diculik sekawanan anak muda dan dibawa ke salah satu tempat yang saya sendiri tidak tahu pastinya ada di mana. Malam itu mata saya terbuka melihat sebuah realitas yang selama ini tidak begitu saya pedulikan.

Dunia blogsphere di Indonesia ternyata tidak sesederhana yang saya kira selama ini. Sejak mulai ngeblog sekitar tahun 2007 saya hanya memandang blog sebagai tempat untuk menumpahkan isi kepala saja. Cukup sampai di situ, persoalan kemudian saya bertemu banyak teman-teman yang luar biasa, itu adalah bonus.

Tapi ternyata saya terlalu naif. Dunia blog Indonesia tidak sesederhana itu. Ada pergeseran, ada pergesekan dan ada kepentingan di dalamnya. Semua berputar pada dua poros utama, popularitas dan tentu saja materi. Penculikan malam itu menumbuhkan perspektif baru dalam pemahaman saya tentang dunia blog di Indonesia.

Ketika sesuatu berhubungan dengan kepentingan tertentu, maka bisa dipastikan akan ada banyak intrik di dalamnya. Strategi atau apapun itu pasti akan jadi sebuah warna dalam roda perputarannya. Lengkap dengan warna hitam atau putihnya.

Rabu (27/7) kemarin sebuah gerakan baru diluncurkan di Jakarta. Namanya ON|OFF. Terus terang saya tidak paham detailnya seperti apa, di website resminya saya juga tidak bisa mencerna gerakan seperti apa yang ingin mereka sampaikan. Websitenya penuh berisi kalimat berbahasa Inggris dan kebetulan saya bukan orang yang fasih dengan bahasa dari benua seberang itu.

Saya tidak tertarik untuk mencari tahu lebih jauh tentang gerakan itu. Saya lebih tertarik untuk mencari tahu apa yang ada di belakang gerakan itu, terlebih ketika mengetahui kalau ternyata ON|OFF adalah wajah lain dari Pesta Blogger. Pesta Blogger yang formatnya diubah dan [katanya] diperluas cakupannya.

Ada hal aneh yang langsung saya tangkap pada sesi peluncuran ON|OFF. Rara, chairwoman Pesta Blogger 2010 ternyata sama sekali tidak tahu menahu tentang acara itu. Dia sendiri mengaku kalau tahu tentang acara itu dari lini masa di twitter.

Buat saya ini aneh, seorang chairwoman, ketua pelaksana pesta blogger sebelumnya sama sekali tidak diberi tahu kalau acara yang dulu jadi tanggung jawabnya sekarang nama dan formatnya sudah diganti ? Hanya karena masa tugasnya sudah selesai maka dia kemudian tidak dianggap lagi ?

Mungkin memang tidak ada aturan tertulis yang mengharuskan sang EO memberitahu mantan chairwoman tentang perubahan format dan perubahan nama dari Pesta Blogger, tapi pada titik inilah etika berbicara. ?Etika tentang bagaimana kita menghargai hasil kerja keras orang lain, apalagi kerja kerasnya itu juga memberi keuntungan buat kita.

Pesta blogger 2010 sudah terlaksana dengan lancar, meriah dan aman. Kekurangan pasti ada, tidak ada yang bisa memuaskan semua pihak. Saya juga baru sekali itu hadir langsung dalam perhelatan Pesta Blogger dan saya bisa melihat sendiri kerja keras Rara dan timnya selama kurang lebih 7 bulan. Pesta Blogger juga sudah berusaha memberi ruang yang luas untuk ragam komunitas di tanah air, bahkan komunitas Pearl Jam Indonesia juga diberi ruang untuk tampil.

Jajaran Board of Advisor

Saya tidak tahu apa indikasi ketidakberhasilan Pesta Blogger 2010 itu, apa alasan utama sehingga kemudian sang chairwoman sama sekali tidak dianggap, kerja kerasnya dikerdilkan dan bahkan mungkin catatan keberadaannya dalam acara itu diberangus.

Ketika menengok ke website resmi acara ON|OFF saya makin kaget ketika saya mendapati di jajaran Board of Advisor, semua nama chairman Pesta Blogger dari tahun 2007 sampai 2009 ada di sana. Hanya sampai tahun 2009, chairwoman 2010 tidak ada.

Saya kenal Rara sejak tahun 2007, saya tahu dia bukan tipe orang yang mementingkan popularitas atau kepentingan pribadinya. Saya tahu Rara adalah orang yang tulus dalam membangun sebuah komunitas, dan saya juga yakin kalaupun ditawari masuk ke dalam jajaran BoA dia tidak akan serta merta menerima, bahkan mungkin menolaknya.

Bagi saya ini bukan masalah dia masuk ke dalam jajaran BoA atau tidak, itu urusan mereka. Acara itu adalah acara mereka, mereka punya hak untuk memasukkan siapa saja ke dalam jajaran pelaksana dan penasehat. Mereka juga punya hak penuh untuk mengubah nama dan format acara atau mengubah nama akun twitter sesuai nama acara yang baru daripada harus bikin akun baru dan mengumpulkan follower baru. Itu sepenuhnya hak mereka dan tidak ada satu orangpun yang bisa melarang.

Masalahnya hanya ada pada etika dan bagaimana kita menghargai hasil kerja keras orang lain. Titik.

Saya tidak sendirian berpikir seperti itu, banyak juga yang bertanya-tanya. Sayangnya tidak ada penjelasan resmi tentang keputusan kontroversial ini. Di twitter, akun resminya sama sekali tidak memberi jawaban atas pertanyaan itu, yang beredar hanya dugaan atau tudingan saja.

Sudahlah, tak perlu membuang banyak energi untuk urusan yang sebenarnya tidak terlalu penting. Sebagai blogger saya hanya ingin tetap ngeblog, menulis, membagi dan mencatat banyak hal. Persetan dengan popularitas atau gesekan-gesekan tidak penting itu.

Buat ajang ON|OFF, selamat. Semoga niat baiknya – apapun itu – bisa terlaksana. Mengutip kalimat seorang teman, semoga komunitas tidak menjadi komoditas. Memang ada saat di mana sesuatu tetap ON , sementara yang lain harus OFF.