Lebih Dekat Dengan Sumba Timur
Yuk, kenalan lebih dekat dengan Sumba Timur. Siapa tahu kamu jadi jatuh cinta dan memutuskan ke sana.
Sumba ini salah satu pulau yang termasuk paling sering saya datangi dalam rentang hampir dua tahun ini. Empat kali dalam rentang hampir dua tahun. Yah, lumayanlah walaupun masih kalah jauh sama Lombok.
Urusan ke Sumba tentu saja urusan kerjaan, lokasi tepatnya di Sumba Timur atau lebih tepat lagi kota Waingapu. Namanya kerjaan, jalan-jalan tentu saja ada di urutan kesekian. Fokus utama tetap soal kerjaan, apalagi saya ini orangnya sangat berdedikasi kalau urusan pekerjaan *eheum, semoga ini dibaca sama boss*.
Tapi, di antara urusan pekerjaan itu sesekali juga saya melewati beberapa tempat keren di Sumba Timur. Sekali waktu dalam perjalanan ke lokasi narasumber yang akan diliput, kami melewati daerah yang pernah jadi latar syuting film Pendekar Tongkat Emas. Terus pernah juga kami melipir sejenak ke pantai yang letaknya juga tidak terlalu jauh dari lokasi peliputan. Hitung-hitung refreshing selepas perjalanan yang cukup menguras tenaga.
Dari sedikit keindahan Sumba Timur yang saya cecap itu, saya bisa bilang kalau Sumba Timur itu sangat menawan. Alamnya paduan antara bukit-bukit hijau yang saling bersahutan di sebelah barat, padang savana luas yang kering berbatu di sebelah timur dan tentu saja pantai kebiruan di sepanjang wilayah utara dan timur.
Jangan lupa baca 5 alasan untuk ke Sumba di sini
Kalau kalian penasaran seperti apa dan bagaimana ke Sumba Timur, saya kasih sedikit pengantar ya. Hitung-hitung sebagai perkenalan supaya lebih dekat dengan Sumba Timur.
Letak
Sumba Timur masuk dalam wilayah administrasi provinsi Nusa Tenggara Timur dan termasuk bagian pulau Sumba. Kalau kalian intip di peta Indonesia, pulau Sumba itu berada di bawah pulau Flores dan berada di barat pulau Timor.
Ibukota Sumba Timur adalah Waingapu, kota yang masih tergolong kecil dan tidak ramai. Kalau di Jawa mungkin seperti ibukota kecamatan. Tanpa mall dan tanpa bioskop, bahkan Indomaret dan Alfamart saja belum ada.
Sebagai ibukota kabupaten, Waingapu juga dipenuhi para pendatang selain orang asli Sumba sendiri. Orang Jawa tentu saja ada, begitu juga dengan orang dari Bugis-Makassar yang memang rajin merantau ke bagian timur Indonesia. Selain mereka ada juga orang Kupang, orang Flores dan orang dari pulau Sabu. Gado-gadolah pokoknya.
Anyway, saya suka sekali melihat tampilah fisik orang Sumba. Rata-rata mereka berbadan ramping dan liat dengan kulit agak gelap. Tidak terlalu gelap seperti orang Papua, tapi sangat eksotis. Rambut mereka berombak cenderung keriting dengan garis wajah yang keras dan hidung yang mancung. Memang tidak semua seperti itu, tapi rata-rata penampilannya begitu. Cakeplah pokoknya.
Pria Sumba disapa dengan khas “Umbu”, sedang para wanitanya disapa dengan “Rambu”. Untuk wanita muda mereka kerap saling menyapa dengan sapaan “nona”, sedang pria muda disapa dengan “nyong”.
Bagaimana Ke Sana
Waingapu punya bandara juga, namanya Bandara Umbu Mehang Kunda. Bandaranya memang tidak terlalu besar, tapi terakhir ke sana bandaranya sudah jauh lebih bagus dibanding pertama kali saya ke sana.
Ada beberapa penerbangan ke Waingapu, baik itu dari Denpasar maupun Kupang. Kalau dari Denpasar ada dua penerbangan sehari, satu diadakan oleh Lion Air dengan pesawat ATR dan satu lagi oleh NAM Air dengan pesawa Boeing 737 (kalau tak salah tebak).
Harga tiketnya memang agak mahal. Terakhir ke sana via Denpasar, saya lihat harganya antara Rp. 700ribu sampai Rp.800ribu dengan durasi penerbangan dua jam bersama pesawat ATR.
Akomodasi
Sebagai ibukota provinsi, Waingapu juga menyediakan banyak akomodasi. Dari hotel kelas melati sampai hotel yang agak lumayan. Setiap ke Waingapu saya pasti diinapkan di Hotel Tanto, salah satu hotel terbaik di Waingapu. Tarifnya antar Rp.500ribu sampai Rp.700ribu semalam tergantung kelasnya.
Di kunjungan terakhir, kami sempat mampir di salah satu resort yang letaknya agak jauh dari kota Waingapu, dekat dengan bendungan Kambaniru. Lokasinya sangat nyaman, berada di antara perbukitan dengan pemandangan yang bisa membuat kita orang kota ini menahan napas.
Namanya Morinda Resort. Hanya ada lima kamar yang terpisah satu sama lain dengan kisaran harga dari Rp.500ribu sampai Rp.750ribu semalam. Penginapan ini sangat cocok buat pasangan karena lokasinya yang terpencil dan jauh dari mana-mana. Jadi kalau nginap di sini, selain menikmati pemandangan kita hanya bisa bermalas-malasan dan you knowlah apa yang bisa dilakukan oleh pasangan.
Transportasi
Sayangnya kita tidak bisa bergantung pada transportasi publik untuk bisa menikmati tempat-tempat wisata di Waingapu dan Sumba Timur. Tahu sendirilah, wilayah di Indonesia timur kan memang infrastrukturnya belum sebagus di Jawa.
Kalau di dalam kota saja kita bisa bergantung pada jasa tukang ojek, itupun bukan tukang ojek online ya. Sementara kalau mau ke luar-luar kota, ya tidak ada opsi lain selain menyewa mobil. Kisaran harga sewanya sehari Rp.800rb sudah termasuk supir dan bensin.
Mahal? Ya iyalah, namanya juga Indonesia timur bro and sist! Tapi yakin deh, hasilnya akan sebanding.
Oh sebelum saya lupa. Sinyal selular dan internet di sekujur Sumba Timur hanya bergantung pada satu operator saja. Kalian pasti bisa menebak, kan? Yak Telkomsel! Selain Telkomsel hanya ada Indosat, tapi itupun hanya di dalam kota dan megap-megap kayak ikan ditaruh di baskom. Bagaimana dengan XL? Hmm, di Sumba Timur ukurannya jadi XXXXS alias emergency call only.
Makanan
Untuk para pelancong, mencari makanan di kota Waingapu bukan hal sulit. Ada banyak warung makan di sana, baik itu kepunyaan orang Jawa maupun orang Bugis-Makassar. Jadi buat pelancong muslim, kehalalannya bisalah dijamin.
Masalah baru muncul kalau jalan ke luar kota. Susah mencari makanan karena selain sepanjang jalan jarang ada rumah, makan di luar sepertinya bukan tradisi orang Sumba. Jadi kalau mau jalan jauh saya sarankan bawa bekal kalau tidak mau kelaparan di jalan.
Eh, orang Sumba juga gemar menyirih pinang. Kalau di Papua pinangnya masih mentah dalam bentuk biji, maka di Sumba pinangnya sudah kering. Jadi jangan kaget kalau di beberapa tempat kamu menemukan bercak merah di tanah. Itu bukan darah, tapi bekas sirih pinang.
Wisata
Oke, ini dia alasan utama kenapa harus ke Sumba Timur. Seperti yang saya bilang di atas, banyak sekali tempat menarik yang bisa dikunjungi di sini. Mau wisata alam ada, wisata sejarah juga ada, dan tentu saja kamu bisa melihat langsung proses pembuatan tenun ikat Sumba yang motifnya khas itu.
Secara tradisi orang Sumba mirip dengan orang Tana Toraja. Untuk kalangan bangsawan, mereka juga mengawetkan jenazah sampai punya uang yang cukup untuk membuat upacara kematian yang meriah. Makam orang Sumba juga dihiasi dengan ukiran dan patung dari batu dan kayu, untuk golongan bangsawan bentuk dan jumlahnya lebih besar.
Leluhur orang Sumba aslinya memeluk agama yang bernama Marapu. Sampai sekarang penganut agama Marapu ini masih ada meski sepertinya jumlahnya semakin sedikit. Agama Marapu ini sangat mengagungkan harmonisasi antara manusia dengan alam sekitar. Kalau ada kesempatan sebenarnya saya juga sangat tertarik untuk bertemu langsung dengan penganut agama Marapu ini, apalagi kalau bisa mengunjungi kampung adat mereka.
Nah gaes, kira-kira itulah perkenalan singkat dengan Sumba Timur. Meski memang biaya ke Sumba agak mahal, tapi percayalah kalau semua itu akan terbayar lunas begitu kamu tiba di sana. Sumba itu mirip dengan Papua, mahal tapi pantas.
Jadi, kapan ke Sumba Timur? [dG]
Foto-foto keindahan Sumba Timur bisa kalian simak di sini
Biasanya kalau teman dari sekitaran NTB itu pakainya XL, nyatanya di Sumba malah Telkomsel (kayak di tempatku). Pulau-pulau seperti ini memang harus ada bandara perintis, sehingga transporatsi tidak hanya dilakukan jalur laut. Ngiri juga NAM AIR ada di sana, berharap tempatku juga dilirik maskapai 😀
Biasanya kalau untuk ke sana mahal, banyak kejutan yang didapatkan. Salah satunya adalah pantainya bersih dan masih sepi 😀
kalau Lommbok sih asli memang dikuasi XL hahaha
tapi di luar itu, semua ya dikuasai si merah
btw, emang aslinya mana mas?
Asal Karimunjawa, tapi keluarga besar di Majene & Pulau Masalembu 😀
wah apik pemandangannya
ho’oh Lie, apik banget
Hahahhaha gagal fokus di xxxxs ?
Btw itu pohon menarinya, ada foto pas bukan sunset nda? Penasaran liat bentuknya kalau siang 😀
aih ndak ada, soalnya saya tiba di sana memang sudah menjelang sunset
sebenarnya mangrove ji, cuma ndak tahu jenis apa.
lumayan mahal yaa kalau dihitung-hitung mulai berangkatnya dari Makassar.. Tapi itu penginapan dan pohon menari asli bikin mupeng ke sana.
iya, mahal memang kalau dari Makassar karena harus lewat Denpasar dulu hihihi
tapi yakin deh, sebanding koq sama yang didapatkan
Panoramanya emang keren ya, terutama pesona pantai-pantainya yang disebut-sebut terbaik di Asia. Wah, bener harus datang ke Sumba nih setelah baca postingan ini.
Sumba Barat katanya lebih cakep lagi pantainya. Ada satu resort yang harga semalamnya sampai di atas 20jt per bungalow coba x))
berarti kesana bagus kalau baju putih biru dii? atau hitam-hitam dan polos biar bisa langsung combine mix match sama motif2 dan warna tenun ikatnya
iya, bagusnya memang putih biru karena kain Sumba itu dominan warna biru dan merah
Iye dih mahal, tapi terbayar jih rasa ingin tahu tentang Sumba dari artikel ini, mau bilang ndak mampu saja susah sekali hahahah X)))
Terima kasih Daeng Ipul…
Btw, itu kain-kain khas Sumba ada warna khas sendirinya kah Daeng Ipul, atau mirip juga Toraja warna-warna tanah dia ambil?
agak bedaki kayaknya.
kalau saya lihat motif Sumba ini lebih berani dan terang dibanding warna Toraja yang agak sedikit tua atau lembut
keren, tema sama tulisannya 🙂
makasih infonya daeng ipul, boleh nih ke Sumba bareng pasangan hehe
makin cinta deh sama Indonesia 🙂
wah mantap banget min, saya blum pernah kesana nih, pengen kesana juga,berkat artikel ini jadi membantu saya thanks ya min