Kanazawa


Sedikit catatan kunjungan singkat ke Kanazawa, termasuk mendatangi Kenroku-en Garden yang jadi ikon kota ini.


Nama Kanazawa mungkin tidak terlalu akrab di kuping wisatawan asing, utamanya mereka yang datang benar-benar hanya untuk mencari kesenangan di Jepang. Nama Kanazawa tentu kalah berdengung dibanding kota seperti Tokyo, Osaka, atau Kyoto. Saya pun sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang kota ini sebelum diajak ke sini dalam perjalanan ke Jepang kali ini.

Kanazawa terletak sebelah barat Tokyo, berada di pesisir. Kanazawa adalah ibukota dari perfektur Ishikawa, berada di antara Tokyo dan Osaka. Perjalanan dari Tokyo ke Kanazawa ditempuh kira-kira 2 jam perjalanan dengan Shinkanshen atau kereta cepat. Kanazawa memang masuk dalam perjalanan kami karena letaknya berada di antara Tokyo dan Osaka.

Tsuzumimon di depan stasiun Kanazawa

Keluar Dari Stasiun

Tiba di Kanazawa, matahari sudah hampir terbenam. Udara sejuk memeluk ketika kami keluar dari stasiun. Di depan stasiun berdiri gerbang yang unik, Tsuzumimon namanya. Sebuah gerbang dengan tiang seperti akar pohon yang meliuk di kanan kirinya.

Awalnya kami berencana menumpang bus dari stasiun ke hotel, tapi saat itu badan rasanya kurang segar. Flu dan batuk menyerang kami dalam beberapa hari terakhir, kami mencurigainya sebagai efek samping dari cuaca yang tidak menentu dan badan yang capek. Karena itu kami memutuskan untuk naik taksi saja dari stasiun ke hotel, toh jaraknya pun tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 2 km-an.

Hotel yang kami tempati berada di daerah yang cukup strategis. Tidak jauh dari sungai Sai, tidak jauh dari pusat perbelanjaan, dan sekitar 1.3 km dari taman Kenroku-en, taman terbesar di Kanazawa.

Mungkin karena Kanazawa hitungannya adalah kota kecil, jadi harga hotelnya pun tidak semahal Tokyo. Dengan harga yang relatif sama, kami dapat kamar yang cukup luas dan hampir menyerupai kamar-kamar hotel di Indonesia seharga antara Rp.600-800 ribu. Jauh lebih nyaman dari hotel di Tokyo yang sempit.

Malam itu kami memutuskan untuk istirahat saja dulu, biar besoknya lebih fit untuk jalan-jalan. Kami hanya sempat jalan sebentar di sekitar hotel, melihat-lihat suasana malam di sekitar hotel. Malam itu kami bahkan hanya makan malam dari kombini atau mini market. Hal yang sering kami lakukan saat di Jepang. Lebih murah daripada makan di restoran, dengan rasa yang sebenarnya sama enaknya.

Jalan Kaki Ke Konruke-en

Pagi yang cerah. Matahari bersinar terang di luar sana dan sepertinya ini saat yang tepat untuk jalan-jalan ke taman. Saya lihat aplikasi pemantau cuaca menunjukkan suhu 23?. Tidak terlalu dingin tapi juga tidak panas. Saya memutuskan keluar dengan hanya kaos lengan panjang tanpa membawa jaket. Keputusan yang cukup saya sesali kemudian.

Kami tentu saja memutuskan jalan kaki ke Kenroku-en yang hanya sekitar 1,4 km dari hotel itu. Cuaca yang enak dan trotoar yang lebar tentu sangat menggoda untuk berjalan kaki. Tidak seperti di Indonesia yang bahkan untuk ke Indomaret yang jaraknya 200 meter saja kami kadang lebih memilih untuk naik motor atau bahkan mobil.

Matahari cerah dan udara sejuk jadi teman kami berjalan kaki, dan karena Kanazawa tidak sebesar Tokyo, jalanan pun tidak terlalu ramai. Burung gagak terbang dan hinggap di banyak tempat. Entah kenapa, di beberapa daerah di Jepang mudah sekali menemukan burung hitam bersuara keras ini.

The Fourth High School Memorial Museum of Cultural Exchange

Kami berjalan terus ke arah utara, melintasi sebuah bangunan tua yang sekarang menjadi The Fourth High School Memorial Museum of Cultural Exchange, Ishikawa. Kami hanya melintas, tidak sampai masuk karena terlihat bangunan itu sepi. Mungkin belum buka? Entahlah. Ada pemandangan menarik juga melihat beberapa pohon tua ditopang tiang kayu. Benar-benar seperti dijaga untuk tetap berdiri. Cara menopangnya pun tidak asal menopang, tapi benar-benar diatur supaya terlihat rapih. Dasar memang orang Jepang, kerapihan dan kebersihan adalah bagian dari hidup mereka.

Makin mendekati taman, area terbuka hijau semakin banyak. Benar-benar memanjakan mata. Hijaunya rumput berpadu dengan air jernih di selokan dan pohon-pohon yang juga hijau. Suasana kota kecil yang tenang benar-benar terasa nyaman. Tidak ada hiruk-pikuk suara kendaraan apalagi suara klakson. Bahkan di kota sibuk seperti Tokyo dan Osaka pun, suara klakson nyaris tidak terdengar. Apalagi di kota kecil seperti Kanazawa.

Taman Kenroku-en

Kami sempat mampir sejenak ke kuil Shinto di seberang taman Kenroku-en. Matahari yang tadi cerah bersinar sekarang bersembunyi di balik awan, bahkan sesekali rintik hujan turun meski hanya sedikit. Udara semakin dingin ditambah dengan embusan angin yang membuat saya menyesal tidak membawa jaket.

Kami akhirnya masuk ke Kenruko-en melalui Kodatsuno Gate di sebelah selatan. Tiket masuk untuk pengunjung dewasa adalah 320 Yen dan 100 Yen untuk anak kecil. Taman ini termasuk satu dari tiga taman terbaik di Jepang. Dibangun sejak masa periode Edo oleh klan Maeda, salah satu samurai terkenal di Jepang.

Begitu masuk, saya bisa mengerti kenapa taman ini termasuk salah satu taman terindah di Jepang. Penataannya memang luar biasa rapih dan bersih. Pemandangan benar-benar memanjakan mata. Konon, suasana taman ini akan berubah-ubah tergantung musimnya dan inilah yang membuat Kenroku-en menjadi salah satu taman terbaik di Jepang.

Beberapa pekerja tampak sibuk. Dari cara mereka bekerja kita bisa tahu alasan kenapa taman ini begitu rapih dan bersih. Mereka benar-benar bekerja secara detail, mengatur tanaman dan rumput dengan sangat detail. Jadi tidak heran kalau hasilnya juga memukau.

Hari itu Kenroku-en tidak nampak terlalu ramai. Wisatawan tidak terlalu padat, mungkin karena belum peak season. Selain wisatawan asing, ada juga orang lokal yang berfoto pre wedding. Taman sebagus itu tentu sangat mengundang minat untuk dijadikan lokasi pre wedding. Ada juga rombongan anak-anak sekolah yang salah satunya kami ajak mengobrol ternyata datang dari kota lain di luar Kanazawa.

Saya bukan orang biologi, jadi saya tidak bisa menceritakan tanaman apa saja yang ada di Kenroku-en, jadi saya hanya bisa bilang ada banyak jenis tanaman yang tumbuh di sana. Dari tanaman perdu sampai pohon tinggi besar yang sepertinya sudah berusia puluhan atau mungkin ratusan tahun. Di dalam taman ada danau besar dengan air yang tenang, ada juga beberapa tea house  yang dibuka untuk umum. Tempat yang sangat tepat untuk bersantai.

Taman yang indah

Jepang sudah tekenal sebagai salah satu negara yang punya teknik menata taman yang bagus. Bahkan kerap kali dicontoh di negara lain. Dan kami beruntung bisa mendatangi salah satu taman terindahnya. Tidak rugi menghabiskan waktu berjam-jam di Kenroku-en. Hanya sekadar duduk di bangku taman, menikmati keindahan taman dan melihat orang berlalu-lalang saja rasanya sudah cukup menyenangkan. Sayangnya karena gerimis tipis mulai turun dan udara yang semakin dingin jadi kami tidak bisa berlama-lama. Kami harus segera bergerak, masuk ke toko suvenir dan restoran di gerbang bagian utara.

*****

Dari Kenroku-en kami berjalan kaki menuju Omicho Market, pasar tradisional yang berada sekitar 1.4 km dari Kenroku-en. Kami tidak mampir di Kanazawa Castle yang berada tepat di seberang Kenroku-en. Kelak dari Omicho Market kami balik lagi ke hotel yang jaraknya sekitar 1.4 km juga. Pokoknya hari itu kami jalan kami sekitar 4 km. Hal yang tidak biasa hahahaha.

Meski hanya dua malam di Kanazawa, tapi saya terkesan pada kota kecil ini. Memang saya lebih mudah terkesan pada kota kecil yang sepi dan pelan daripada kota metropolitan yang ramai. Dari Kanazawa kami bersiap menuju Osaka. [dG]