Festival Lampion dan Kue Bulan

Suasana di Jl. Sangir

Etnis Tiong Hoa terkenal sebagai etnis dengan ragam ritual dan kepercayaan yang eksotis. Semua itu mereka bawa ke mana-mana, bahkan ke negeri yang jauh dari negeri asal mereka.

Di Indonesiapun seperti itu. Etnis Tionghoa yang datang ke Nusantara sejak berabad-abad yang lalu membawa ritual dan kebiasaan mereka. Selama ratusan tahun mereka patuh dan terus menjalani kebiasaan tersebut. Selama masa orde baru ragam ritual etnis Tiong Hoa memang sempat diredam. Tidak boleh dilakukan secara mencolok.

Ketika Gus Dur naik menjadi presiden, keran kebebasan dibuka. Saudara-saudara kita etnis Tiong Hoa kembali bebas menggelar ragam ritual dan kebiasaan mereka secara terbuka. Acara seperti Imlek, Cap Go Meh dan lain-lain dengan cepat menjadi sebuah acara yang menambah warna dalam budaya Indonesia. Meski sebenarnya asimilasi budaya itu sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu.

Tanggal 29-30 September 2012 sebuah acara yang masih berhubungan dengan etnis Tiong Hoa digelar di Makassar. Namanya Festival Lampion dan Kue Bulan. Festival ini diadakan setiap purnama bulan ke delapan dalam penanggalan kalender Tiong Hoa. Konon di negeri asalnya ini adalah acara untuk mensyukuri hasil panen.

Mungkin ada banyak ragam acara yang digelar pada hari itu, tapi di Makassar hanya acara seremonial singkat saja. Sebuah panggung utama dengan beragam tarian khas daerah digelar. Barongsai tentu saja ada, kemudian tarian Seribu Tangan serta tarian daerah Makassar bernama tari Mappalili (menolak bala).

Acara yang disponsori oleh XL, Bank BRI, Teh Pucuk Harum dan Tribun Timur ini sangat padat dikunjungi penonton. ?Di depan panggung utama berkumpul ragam warga yang ingin menyaksikan acara sehingga sulit untuk bergerak. Sayangnya meski bernama Festival Lampion dan Kue Bulan tapi lampion yang bertebaran cuma sedikit, saya bahkan tidak menemukan kue bulan. Mungkin ada, tapi saya yang tidak menemukannya.

Tadinya saya berpikir Jl. Sangir (tempat diadakannya acara) akan dipenuhi oleh lampion dengan beragam bentuk sesuai judul acaranya. Tapi, bagaimanapun acara seperti ini lumayan sebagai hiburan yang jatuh tepat di akhir pekan. Apalagi acara seperti ini bisa memperluas wawasan tentang budaya sebuah etnis yang sebenarnya sudah melekat dalam keseharian kita di Indonesia.

Berikut adalah rekaman lensa saya malam itu.

Barongsai tentu ada

 

Tarian Seribu Tangan. Ndak cukup seribu sih sebenarnya

 

Hmm..cantik ya?

 

Gadis penari Mappalili

 

[dG]