Blogger Berbayar vs Blogger Murni

ilustrasi (by Google)

Tahun 2012, atau masuk dasawarsa kedua setelah blog resmi ditemukan. Blog memang sudah tidak sepopuler 5-6 tahun yang lalu. Ketika itu blog adalah satu label keren untuk mereka yang aktif di dunia maya. Jumlah blogger bertambah pesat, begitupun dengan komunitas yang kemudian terbentuk dari aktifitas ini.

Tahun berganti. Lahirlah Facebook dan kemudian Twitter. Keduanya menggeser minat sebagian besar blogger yang dulu aktif mencurahkan perasaan di blognya. Blogger-blogger generasi awal yang dulunya mahasiswa atau pelajar yang masih punya banyak waktu untuk update blog sekarang rata-rata sedang merintis karir di dunia profesional. Waktu mereka tak selowong dulu lagi. Facebook dan kemudian Twitter dengan cepat bisa mengambil alih kebutuhan mereka untuk sekadar mencurahkan perasaan.

Blog mereka perlahan mulai berdebu dan ditumbuhi sarang laba-laba.

Waktu berganti, blog memang tidak lagi sepopuler dulu. Tapi setiap hari tetap ada yang membuat blog, tetap ada yang rajin mengisi blognya. Blog tetap punya tempat yang istimewa, bahkan sepertinya makin istimewa.

Dulu orang mungkin tidak menduga kalau suatu hari nanti blog bisa jadi ladang uang. Dulu orang mungkin belum menyangka kalau mereka bisa memanfaatkan blog untuk menghidupi mereka. Brand-brand juga awalnya mungkin tidak sadar kalau blog bisa jadi bagian dari kampanye atau promosi produk mereka. Sekarang orang sadar kalau blog memang luar biasa, punya pengaruh yang tidak biasa.

Kemudian lahirlah para blogger yang memanfaatkan peluang. Blog mereka sepenuhnya dijadikan ladang untuk mengumpulkan uang. Mereka bukan lagi seperti blogger yang dulu membuat blog untuk bercerita, menyebarkan informasi atau berbagi sesuatu. Sayangnya karena ada banyak blogger yang menggunakan cara tidak sehat untuk menjebak pengguna internet. Ujung-ujungnya memang ada di jumlah uang yang bisa mereka kumpulkan.

Blogger kemudian terbagi atas dua kubu. Blogger yang mencari uang dan blogger yang murni karena ingin ngeblog dan membagi sesuatu. Di antara mereka ada blogger yang memijakkan kakinya di kedua kubu itu. Mereka punya blog yang murni dan sekaligus punya blog yang berbayar. Mereka mengambil jalan tengah, tetap menjaga spirit ngeblog sambil berusaha mengintip peluang untuk menghidupi diri dari blog.

Kubu mana yang paling benar? Kubu mana yang paling baik?

Tiap orang punya pandangan berbeda. Ada yang menyoroti para blogger berbayar sebagai orang-orang yang menodai kemurnian blogger, sebagai orang-orang yang hanya memikirkan uang dan bahkan memilih menipu untuk itu.

Tapi, benarkah tuduhan itu?

Pemikiran saya sederhana saja. Blog adalah ranah bebas, semua orang yang masuk ke dalamnya bebas untuk melakukan apa saja. Murni membuat blognya sebagai tempat curhat atau berbagi, atau mencoba mengais peruntungan dari sana. Para pembaca adalah wasit yang jujur. Mereka tentu bisa memilih dan memilah blog mana yang akan mereka datangi lagi.

Mungkin saya bisa berkata begini karena saya berada di kedua kubu meski lebih berat ke kubu blogger murni. Saya ngeblog karena memang ingin menuliskan banyak hal di kepala saya, membagikan banyak hal yang saya tahu dan berbuat sesuatu untuk kota saya. Tapi, saya juga tidak munafik. Ketika ada kesempatan untuk mengumpulkan rupiah dari blog saya ini, saya akan mengambilnya. Selama itu tidak melanggar hukum.

Silakan, kalau anda punya pendapat sendiri.

[dG]