10 Mitos dan Fakta Traveling di Indonesia
Demam traveling benar-benar merasuki jiwa banyak orang beberapa tahun terakhir ini. Perbaikan infrastruktur dan mudahnya informasi membuat banyak orang mulai membuka mata untuk turun ke jalan, menenteng tas dan pergi jauh dari rumahnya menikmati alam dan suasana berbeda.
Meski begitu, masih banyak juga traveler yang masih menyimpan keraguan. Khususnya tentang mitos-mitos seputar traveling di negeri sendiri.
Berikut ada 10 mitos dan fakta tentang traveling di Indonesia yang paling sering saya temui.
-
Tujuan Wisata di Indonesia Hanya Bali.
Tentu saja, karena Indonesia bukan hanya Bali. Bali memang beruntung sudah begitu terkenal bahkan sampai ke benua lain. Orang luar banyak yang hanya mengenal Bali tanpa tahu kalau Indonesia punya banyak sekali tujuan wisata yang tidak kalau menterengnya. Daftarnya akan jadi sangat panjang bahkan bisa jadi 1 buku tersendiri yang akan terus diperbaharui, jadi silakan cari tahu sendiri.
-
Papua Bukan Hanya Raja Ampat.
Yup, beberapa tahun belakangan ini nama provinsi paling Timur Indonesia ini memang makin berkibar. Salah satu penyebabnya adalah makin seringnya Raja Ampat dieskpos dan dikunjungi orang. Raja Ampat selalu berhasil membuat para pejalan dan pecinta laut menitikkan air liur saking indahnya. Tapi yang tidak banyak diketahui orang adalah bahwa Papua bukan hanya Raja Ampat. Masih banyak tempat lain di Papua yang sebenanya tidak kalah indah dibanding Raja Ampat. Bahkan di Jayapura dan Manokwaripun saya sampai ternganga-nganga melihat indahnya pantai mereka. Kita belum bicara tentang wisata lain seperti Wamena misalnya.
-
Harga Wisata ke Papua Mahal.
FAKTA. Sayangnya, meski indah luar biasa Papua juga bisa sangat mahal luar biasa. Ongkos pesawat ke Papua dari Jakarta saja bisa sebanding dengan ongkos pesawat dari Jakarta ke Jepang di musim diskon. Penyebabnya karena infrastruktur yang belum memadai plus jarak yang memang jauh.
-
Traveling Harus Pergi Jauh dan Mahal.
MITOS. Coba buka peta, buka Google dan cari tahu tempat wisata atau tempat-tempat eksotis di sekitar kamu. Pasti banyak! Indonesia sangat luas dan dianugerahi banyak tempat menarik. Bukan hanya alam karena makanan, budaya dan tempat bersejarahpun berserakan di sekujur negeri ini. Jadi, tidak perlu mencari tempat jauh dan mahal untuk mulai.
-
Wisata Ke Luar Negeri Lebih Keren.
Memang ada beberapa budaya, iklim, sejarah atau tempat wisata di luar negeri yang tidak dimilliki Indonesia. Plus orang kita lebih gampang terpesona pada sesuatu yang berbau luar negeri. Padahal tidak selamanya, Indonesiapun sama indahnya dan sama mempesonanya dengan negeri-negeri jauh itu. Jadi tidak benar kalau traveling ke luar negeri lebih keren daripada sekadar traveling di Indonesia. Walaupun tentu saja tidak ada larangan untuk traveling ke luar negeri bagi yang mau dan mampu.
-
Orang Indonesia Ramah-ramah.
FAKTA: Iya dong, orang Indonesia sudah terkenal sebagai orang yang ramah dan sangat terbuka bagi para tamu. Bukan sekali dua kali saya bertemu traveler asing yang mengangkat jempolnya memuji keramahan orang Indonesia. Berkali-kali pula saya merasakan sendiri bagaimana orang Indonesia sangat mengangungkan tamunya, bahkan di Papua yang kata orang menyeramkan itu saya sama sekali tidak menemukan kesan seram pada cara mereka memperlakukan tamu.
-
Menulis Nama di Tempat Wisata itu Keren.
MITOS: Dan ini adalah mitos yang harus segera dienyahkan. Saya suka gemas melihat aksi wisatawan yang suka seenaknya menulis namanya pada dinding, pohon atau prasasti di tempat wisata. Seakan-akan itu adalah cara terkeren untuk memberitahukan ke dunia kalau mereka pernah datang ke sana. Duh! Keren dari mana coba? Apalagi kalau tempat wisata itu adalah tempat wisata bersejarah. Alih-alih terlihat keren, itu malah membuat mereka terlihat sangat bodoh.
-
Mengambil Secuil Sebagai Kenang-kenangan.
MITOS: Ini juga perbuatan bodoh. Masih ada juga wisatawan yang berpikir membawa pulang karang, batu, atau tanaman sebagai kenang-kenangan dari sebuah tempat wisata adalah perbuatan keren. Salah saudara-saudara! Apalagi kalau karang, batu atau tanaman itu sudah termasuk langka dan dilindungi. Jangan sekali-sekali mengganggu alam, biarkan alam jadi apa adanya. Cukuplah foto berlatar alam itu saja yang jadi kenang-kenangan. Sekali lagi jangan membuat dirimu terlihat bodoh.
-
Sampah di Tempat Wisata itu Biasa.
MITOS: Tolonglah, sebagai manusia bermartabat kita seharusnya menjaga tempat-tempat yang kita datangi dengan tidak membuang sampah sembaranga. Setidaknya membawa pulang sampah yang kita hasilkan. Jangan berpikir kalau membuang sampah di tempat wisata adalah hal biasa karena toh yang lain juga melakukan hal yang sama. Itu pendapat bodoh! Masih untung kalau tempat wisata yang kita datangi itu dikelola perusahaan atau pemerintah daerah, setidaknya ada yang bertugas membersihkan (meski akan lebih terhormat kalau kita juga ikut membantu meninimalisir sampah). Tapi kalau alam bebas? Masak kita rela suatu hari nanti anak-cucu kita hanya melihat gunungan sampah di tempat yang seharusnya indah.
-
Traveling Hanya Untuk Orang Muda dan Tidak Punya Kerjaan Tetap.
MITOS: Meski berwisata berarti meluangkan waktu dan tenaga yang lebih banyak dibanding hanya duduk di belakang meja tapi bukan berarti berwisata atau traveling hanya untuk mereka yang masih muda dan tidak terikat waktu kerja yang ketat. Banyak koq orang tua yang juga masih senang traveling, mendatangi tempat-tempat baru dan mencoba pengalaman baru. Banyak juga traveler yang sehari-harinya adalah karyawan sebuah perusahaan dengan waktu kerja yang ketat. Mereka masih bisa berwisata dengan tenang, traveling dengan riang gembira karena pandai mengatur waktu dan membuat perencanaan. Singkatnya, traveling adalah hak semua orang!
Traveling memang sedang jadi tren, sayangnya karena masih banyak orang yang salah kaprah atau memang tidak mau peduli tentang etika traveling. Akibatnya banyak benturan dan gesekan yang terjadi antara para wisatawan dengan tujuan wisata-utamanya wisata alam bebas.
Mudah-mudahan saja semakin hari para traveler Indonesia bisa lebih dewasa dalam mengikuti tren ini. Menyebarkan virus-virus positif traveling yang tidak hanya membuat dirinya puas berwisata tapi juga membawa keuntungan bagi penduduk lokal. Semoga! [dG]
Tulisan ini diikutsertakan dalam rangka blog competition yang diadakan oleh #TravelNBlog
Kalo yang no 10 itu malah terbalik menurutku om. Kebanyakan orang-orang yang belum mempunyai penghasilan tetap menilai traveling itu hanya milik mereka yang berduit, karena traveling menurut mereka harus mengeluarkan uang yang banyak dan ke tempat yang jauh
Setuju dengan 10 poin ini. Tapi ada benarnya juga komen Achi. Mungkin memang macam-macam ya kendala orang untuk traveling. Atau setidaknya, yang mereka pikir merupakan kendala. hehehe..
soalnya yang sering saya temui adalah mereka yang sudah kerja tapi merasa tidak bisa traveling karena udah tua dan gak punya waktu. mereka bilang; saya sudah tidak kayak anak2 yang muda itu, yang bebas pergi kapan saja 😀
Setuju hampir di semua poin, tulisan yang menarik, Mas.
Kata teman saya kalau mau ke Raja Ampat pilihannya ada dua, yaitu Punya banyak uang atau punya banyak waktu. Dengan banyak uang kamu dengan leluasa dan bebas memilih paket yang tersedia ke Raja Ampat walaupun cuma sendiri. Jika tidak punya banyak uang, harus punya banyak waktu karena harus menunggu kapal penuh untuk nebeng atau menunggu sampai ada nelayan yang mau ajak keliling pulau dengan bayaran yang tidak begitu mahal.
Harga wisata ke papua harus Mahal, sebenarnya ada untungnya juga karena dengan seperti itu orang-orang tidak akan seramai tempat wisata yang lainnya dan malah bisa membuat kerusakan.
Buang sampah sembarangan memang penyakit sebagian besar orang Indonesia.. Bukan hanya di tempat wisata, hampir di semua tempat…
((INDONESIA)) negara tercinta, tapi rakyatnya masih banyak yang ngaku cinta tapi perilakunya justru merugikan huft
nggak ada yang paling ngeselin klo liat tempat wisata itu di coret dan di kotori ama sampah. bahkan sampai tugu nol kilo meter indonesia pun nggak luput dari coretan bodoh
No #7 bener sekali itu. Paling kesel itu kalau lihat tempat-tempat wisata penuh dengan vandalisme, corat-coret alay di sana-sini.