PKM; Tiga Tahun Sudah Cukup

Ada PR besar selepas PKM 2016
Ada PR besar selepas PKM 2016

Sebuah catatan tentang Pesta Komunitas Makassar yang sudah memasuki tahun ketiga.

Hampir tiga tahun lalu, ketika saya, Lebug, Made dan Ryan mulai mencorat-coret konsep Pesta Komunitas Makassar (PKM), sama sekali kami belum berpikir jauh. Pikiran kami sederhana saja waktu itu, sebuah pesta yang mempertemukan komunitas-komunitas yang ada di Makassar dalam satu tempat.

Kami tahu, di Makassar ada banyak komunitas, tapi mereka lebih banyak berjalan sendirian, tidak saling berkelindan apalagi berkolaborasi. Memang ada beberapa yang lingkarannya saling bertemu dan sesekali berkolaborasi, tapi jumlahnya lebih banyak yang tidak.

Maka muncullah ide untuk menyatukan mereka. Membuatkan sebuah acara untuk mengumpulkan komunitas-komunitas itu, biar mereka saling kenal, saling pamer kegiatan dan mungkin saja saling berkolaborasi pada akhirnya.

Singkat cerita, dengan bantuan tangan banyak orang, Pesta Komunitas Makassar 2014 akhirnya pungkas juga, setahun setelah idenya mulai kami corat-coret. Di PKM 2014 ada 75 komunitas yang ikut serta, ada banyak canda tawa, cerita dan drama di balik dua hari penyelenggaraannya. Pada akhirnya ada banyak komunitas yang saling bertemu dan bergumam; oh, ada toh komunitas beginian? Oh ternyata di Makassar juga ada komunitas itu ya? Dan semacam itu.

Keriuhan PKM 2014 (foto: Iqbal Lubis)

Setahun kemudian saya sudah mundur dari bagian inti Pesta Komunitas Makassar. Biarkanlah anak-anak muda itu yang meneruskannya. Tugas saya hanya sampai memberi jalan kelahirannya saja.

Dan akhirnya Pesta Komunitas Makassar 2015 juga pungkas. Jumlah pesertanya bertambah hampir dua kali lipat, keriuhannya pun bertambah nyaris dua kali lipat. Halaman dalam Benteng Jumpandang (Fort Rotterdam) seperti sesak oleh manusia yang berpesta, menyusuri satu demi satu stan komunitas dan menikmati acara dari pagi sampai malam.

Keriuhan PKM 2015

Dua tahun berlalu, dan Pesta Komunitas Makassar sudah bisa dibilang berhasil menyatukan ratusan komunitas dalam satu pesta di satu tempat yang sama. Apa yang dicita-citakan di awal nampaknya sudah jadi kenyataan.

Lalu, apa selanjutnya?

*****

Minggu malam (22 Mei 2016) saya tiba di pelataran anjungan Pantai Losari. Tahun ini Pesta Komunitas Makassar mengambil tempat di salah satu ikon kota Makassar itu. Suasana sungguh riuh, mungkin ada ribuan orang yang tumpah ruah di sana. Ratusan tenda terpasang, dari tenda komunitas sampai tenda makanan dan minuman.

Anak-anak parkour berlompatan menunjukkan kemampuan mereka. Anak-anak bersepatu roda berkeliling ke sana-ke mari. Komunitas penggemar binatang dikerubuti orang-orang yang penasaran pada binatang seperti iguana, ular, sugar glider, kakatua sampai kelinci. Di udara drone beterbangan dengan suara seperti dengungan ribuan lebah dan lampu kerlap-kerlip  dari badannya. Suara musik dan pembawa acara di panggung melengkapi keriuhan malam itu.

Sungguh malam yang gegak gempita.

Keriuhan di PKM 2016
Keriuhan di PKM 2016

Tahun ketiga Pesta Komunitas Makassar, tidak banyak perubahan besar. Deretan stan komunitas masih tetap sama, panggung kolaborasi juga serupa, mungkin hanya keriuhannya saja yang makin bertambah. Menjadi bukti kalau konsep yang sama pun masih bisa mengundang banyak orang.

Komunitas peserta PKM 2016 juga bertambah banyak. Tahun ini ada 280 komunitas yang ikut memeriahkan Pesta Komunitas Makassar. Nyaris tiga kali lipat dari Pesta Komunitas Makassar pertama tahun 2014. Situasi ini saya yakin membuat panitia bekerja jauh lebih keras, berkali-kali lipat dibanding panitia dua tahun atau setahun lalu.

Saya tidak berlama-lama di PKM tahun ini, suasana terlalu ramai dan udara gerah. Hanya menengok stan komunitas Anging Mammiri, bercengkarama dengan ibu ketua lalu pamit ketika malam semakin sesak oleh orang-orang.

*****

Tiga tahun lalu mimpi kami sederhana saja, membuat pesta untuk menyatukan komunitas. Setelah mimpi itu jadi kenyataan, sepertinya kami menjadi semakin serakah dengan mencoba membangun mimpi lain. Membuat komunitas-komunitas itu saling bersinergi, tak lagi sekadar berpesta di satu tempat.

Sinergi antar komunitas selepas PKM bukannya tidak ada. Beberapa komunitas sudah melakukan banyak acara yang dibangun dari kerjasama lintas komunitas. Bahkan setahun lalu ada acara Pesta Anak Makassar yang merupakan kolaborasi beberapa komunitas. Ini sangat menggembirakan tentu saja, karena sesungguhnya inilah ruh dari Pesta Komunitas Makassar. Membuat komunitas saling berkenalan lalu saling berkolaborasi dalam aksi yang lebih luas.

Pesta Komunitas Makassar 2016 sudah berakhir, tapi pekerjaan rumah besar sudah menanti. Bagaimana dengan tahun depan?

Saya berandai-andai, tahun 2017 tak perlulah ada pesta besar lagi seperti tiga tahun terakhir ini. Pesta sudah usai, keriuhan sudah selesai. Tujuan memunculkan komunitas-komunitas di Makassar sudah tercapai, saatnya untuk mencari konsep yang berbeda. Lagipula pasti rasanya terlalu capek kalau setiap tahun harus bergelut dengan tekanan yang semakin besar dan drama yang terus berulang.

Membuat pesta yang sama dengan konsep yang mirip sepertinya beresiko mengundang kejenuhan. Apalagi tahun ini rasanya puncak sudah dicapai, keriuhan tahun ini sudah sampai di ambang batas nyaman, lebih dari itu maka hanya rasa sesak saja yang tersisa.

Mungkin memperbanyak kolaborasi antar komunitas, membuat enam atau lima acara kecil dalam setahun dengan tema berbeda tergantung jenis komunitas yang berkolaborasi, atau mungkin ada ide lain?

Pesta seperti tiga tahun ini bisa dihadirkan kembali bertahun-tahun yang akan datang ketika semua sudah capek berkolaborasi dan merindukan suasana pesta yang hingar-bingar. Tapi tidak tahun depan, cukup sudah.

Akhirul kalam, selamat untuk semua panitia Pesta Komunitas Makassar 2016 yang sudah bekerja keras. Kerja mereka memang tidak sempurna, sampai saat ini saya masih terganjal dengan logo dan tagline yang buat saya aneh. Tapi di balik itu kerja keras mereka yang tak dibayar sepeser pun adalah sebuah sumbangsih yang tak ternilai harganya. Kelak mereka akan menceritakan itu semua pada anak-cucu mereka dengan penuh kebanggaan.

Sekali lagi selamat anak muda! Istirahatlah dulu sebelum nanti kalian (dan kita semua) harus bangun lagi dan mulai berpikir untuk mengerjakan PR besar yang tersisa. Abbulo sibatang ki ri butta Mangkasara! [dG]