Lupakan Pilgub SulSel!

Rekaman banjir SulSel dari berbagai sumber
Rekaman banjir SulSel dari berbagai sumber

Jauh sebelum pilkada SulSel digelar, para kandidat calon gubernur itu sudah mengesalkan. Mereka menyampah hampir di sekujur kota, bahkan sampai ke kabupaten-kabupaten.

Sulawesi Selatan sedang dirundung duka. Beberapa daerah digenangi air, bahkan hingga setinggi dada orang dewasa. Curah hujan di Sulawesi Selatan memang tinggi, setiap musim hujan tiba langit akan terus menerus menumpahkan airnya. Tapi awal tahun ini curah hujan mungkin lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Hujan deras nyaris tak berhenti, akibatnya beberapa daerah mulai tergenang air.

Dari twitter bersebaran info tentang banjir yang mulai meluas. Jalur poros ke arah utara mulai macet karena air menggenangi jalan sehingga memutus jalur perjalanan. Air merangsek hingga ke pemukiman warga. Daerah paling parah di sekitar wilayah Antang, tepatnya di Perumnas blok 8.

Sejak lama daerah ini memang terkenal sebagai daerah yang gampang terendam air di musim hujan. Konturnya yang agak rendah dengan sungai yang tak jauh dari wilayahnya menjadi penyebab. Tapi rupanya tahun ini berbeda. Genangan lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.

Sejak hari Minggu tanggal 6 Januari kemarin debit air makin tinggi. Wargapun mulai mengungsi. Bantuan kemudian mulai berdatangan, ada yang menyediakan posko di sekitar wilayah korban banjir, ada juga yang membuat posko di luar wilayah untuk menampung bantuan dari berbagai penjuru kota.

Terima kasih pada media sosial yang jadi medium paling pas untuk menyebarkan berita dan menghimpun rasa kebersamaan. Seliweran berita dari lini kala dengan cepat mampu menyentil banyak kalangan untuk turun membantu meski mungkin hanya sekadar memberi semangat.

Selain berondongan semangat dan rentetan informasi dan simpati pada korban banjir, ada hal lain yang juga ikut tersebar di lini kala. Apalagi kalau bukan tentang tingkah polah para calon gubernur itu.

Tanggal 5 Januari adalah tanggal dimulainya masa kampanye pemilihan gubernur SulSel. Pemilihan sendiri dijadwalkan tanggal 22 Januari. Ketika bencana sedang melanda sebagian daerah di Sulawesi Selatan, dan beberapa tempat di kota Makassar agenda kampanye tetap berjalan. Seolah-olah bencana itu hanya kejadian kecil yang tak perlu sampai mengganggu jalannya kampanye.

Para calon gubernur itupun tak tampak batang hidungnya di tempat bencana. Malah seorang Jusuf Kalla yang baru saja pulang umrah dan masih dalam keadaan capek memutuskan untuk segera terbang ke Makassar dan meninjau para korban bencana. Di mana para calon gubernur itu?

Mungkin mereka juga sedang berhati-hati, tak ingin terlihat sedang melakukan pencitraan sehingga memilih untuk tidak turun langsung ke tempat bencana. Pencitraan atau bukan sebenarnya tak jadi soal, toh ini memang masa kampanye dan meski berbalut kampanye atau pencitraan toh mereka akan tetap menyalurkan bantuan, sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh para korban.

Di lapangan sendiri justru para komunitas yang benar-benar mengulurkan tangan membantu para korban bencana, bekerjasama dengan organisasi-organisasi kemanusiaan dan individu-individu. Tak terlihat jelas gerakan para calon gubernur itu atau para tim suksesnya. Beberapa peserta kampanye para calon gubernur itu malah mengundang rasa tidak simpati ketika mereka berkonvoi di jalan dan seakan tidak peduli pada para pemakai jalan lainnya.

Saya mencoba berbaik sangka pada mereka. Dalam bayangan saya, para calon gubernur itu beserta tim sukses dan para relawannya sebenarnya sudah turun ke daerah bencana. Mereka sudah menyalurkan bantuan dan bahkan mungkin sudah mendirikan posko. Mereka hanya tak mau tersorot kamera karena mereka benar-benar melakukannya sepenuh hati, tanpa berharap ada imbalan apa-apa. Itu bayangan saya yang sempat saya lempar di twitter. Tapi rupanya banyak yang menertawakan bayangan saya. Mungkin mereka lebih realistis, tidak seperti saya yang kadang suka menghayal.

Akhirnya saya berpikir, mungkin ini adalah petunjuk yang jelas dari Tuhan agar rakyat SulSel benar-benar mendengarkan kata hati untuk memilih para pemimpinnya. Ketika mereka kesusahan, adakah calon pemimpin itu datang menengok mereka? Kalau memang tidak ada, untuk apa memilih mereka? Lupakan saja, toh tak ada bedanya.

Jadi sudahlah, lupakan pilkada SulSel! Berpikirlah bagaimana berbuat baik pada sesama, bagaimana hidup tenang dalam lingkungan yang saling menghargai. Kadang kita memang tidak butuh pemerintah.

[dG]