Jadi Tour Guide Karena Samsung

Teman-teman blogger, media lokal dan media dari Jakarta dia acara peresmian RUmah Belajar Samsung
Teman-teman blogger, media lokal dan media dari Jakarta dia acara peresmian RUmah Belajar Samsung

Setelah lebih sering berjalan-jalan akhirnya kali ini saya dapat pengalaman baru menjadi pendamping tur atau tour guide. Ini gara-gara acara peresmian Rumah Belajar Samsung di Makassar.

Sekira dua minggu yang lalu saya menerima email dari sebuah digital agency. Rencananya klien mereka sebuah produk elektronik kelas dunia akan mengadakan event di Makassar dan atas rekomendasi teman mereka mendapatkan alamat email saya.

Permintaan awalnya sederhana, saya hanya diminta mengumpulkan nama-nama blogger Makassar yang sekiranya bersedia untuk hadir sebagai peserta dalam acara tersebut. Acara itu sendiri bertajuk inagurasi Rumah Belajar Samsung yang akan diadakan Selasa tanggal 27 Januari 2014. Awalnya saya belum tahu lokasinya dimana, pun dengan mereka yang meminta bantuan.

Permintaaan bantuan itu saya iyakan, apa sulitnya mengumpulkan nama-nama dan alamat blog dari anggota blogger Makassar? Undangan itu saya teruskan ke grup Facebook Blogger Makassar, awalnya dari pihak pegundang meminta 10 wakil dari blogger Makassar dan ternyata yang mendaftar lebih dari itu. Tak apalah, semua saya catat dan akan saya teruskan ke pengundang.

Beberapa hari kemudian jawaban dari pihak pengundang tiba. Dari 14 nama yang saya ajukan ternyata hanya 5 yang disetujui, alasan utamanya adalah tempat yang tidak mencukupi karena kami harus berbagi dengan media lokal juga. 5 nama yang disetujui itu dipilih berdasarkan pertimbangan isi (konten) blog dan keaktifan mereka di media sosial.

Tugas Tambahan.

Tapi tugas saya ternyata tidak berhenti sampai di situ. Pihak pengundang juga membutuhkan 2 orang yang bisa membantu mereka selama pelaksanaan acara. Pasalnya, semua pihak panitia tidak mengenal kota Makassar padahal ada banyak hal yang perlu dipersiapkan. Plus, selain itu acara ini nantinya akan diikuti juga oleh beberapa tamu dari Jakarta. Mereka adalah perwakilan media dan dua orang blogger.

Saya mengajukan diri menjadi salah satu yang bisa membantu mereka selama di Makassar. Pikir saya, mumpung saya sedang tidak ada kerjaan yang mendesak jadi tidak ada salahnya untuk membantu. Tawaran saya mendapatkan jawaban, “Duh, masak mas Ipul sih? Kita jadi tidak enak nih.”

Setelah saya yakinkan, mereka akhirnya bersedia. Saya tidak paham, apa yang membuat mereka jadi tidak enak. Saya sudah terbiasa membantu teman-teman dari Jakarta yang ingin menggelar event di Makassar, sepanjang saya mampu kenapa tidak? Akhirnya setelah saya yakinkan mereka akhirnya percaya saya bisa. Satu orang lagi akan membantu di hari-H.

Tugas saya ikut menjemput tim advance yang datang dua hari sebelum hari-H, mengantar untuk mengecek kesiapan pendukung acara dan sekaligus mengecek lokasi tempat acara. Karena saya dianggap hapal kota Makassar (dan tentunya lebih tahu tentang lokasi-lokasi yang dibutuhkan) maka saya jadi bertanggung jawab penuh dalam menyusun itenerary agar perjalanan lebih efektif dan efisien di waktu.

Not a problem at all.

Hari pertama saya ikut menjemput tim advance yang tiba sore hari di Makassar. Dari bandara saya mengatur perjalanan untuk mengecek tempat makan malam peserta keesokan harinya, mengecek tempat belanja oleh-oleh dan mengecek tempat makan durian.

Keesokan harinya saya bersama tim menuju ke lokasi acara yang terletak di kabupaten Maros, tepatnya di dekat Taman Nasional Bantimurung sekira 40 km dari kota Makassar. Di sana kami mengecek kesiapan acara sekaligus menyusun rundown dan alur perjalanan awak media dan blogger.

Lokasi Rumah Belajar Samsung di Jl. poros Maros-Camba

Dari tempat acara kami sempat mampir sejenak ke tempat wisata Bantimurung, rencananya selepas acara rombongan dari Jakarta akan diajak mampir sejenak ke tempat itu sebelum kembali ke Jakarta.

Menjadi Guide

Dari Bantimurung kami beranjak ke bandara untuk menjemput rombongan utama yang datang sore hari. Menggunakan bus, rombongan akan dibawa ke kota Makassar, menikmati sajian sea food, belanja oleh-oleh di Jl. Somba Opu dan mengakhiri malam dengan menikmati durian Palopo. Jumlah rombongan dari Jakarta tidak terlalu besar, kalau tidak salah ingat hanya total ada 13 orang.

Di sinilah saya mendapat pengalaman baru. Dalam perjalanan keluar dari bandara saya berdiri di bagian depan dengan microphone di tangan, bertingkah seperti seorang tour guide. Saya menyambut para tamu itu dengan cerita tentang sejarah terbentuknya kota Makassar dan hal-hal singkat tentang budaya Makassar dan Sulawesi Selatan.

Ketika menjadi (sok) tour guide di bus
Ketika menjadi (sok) tour guide di bus

Informasi yang saya sampaikan memang tidak terlalu banyak, tapi benar-benar ini jadi semacam pengalaman baru buat saya; menjadi tour guide. Sebagai satu-satunya orang Makassar di atas bis (selain supir dan kernetnya) saya berusaha menjawab pertanyaan tentang Makassar yang diajukan oleh para anggota rombongan.

Pertanyaan paling sulit saya jawab adalah; makanan apa dari Makassar yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh? Makanan yang mereka maksud adalah makanan seperti bika Ambon di Medan atau wingko babat di Semarang. Saya bingung karena setahu saya makanan khas Makassar itu kebanyakan adalah kue basah yang sulit bertahan lama seperti pisang ijo atau pallu butung.

Sebagian rombongan yang saya jemput di bandara (foto by: @anazkia)
Sebagian rombongan yang saya jemput di bandara (foto by: @anazkia)

Akhirnya rombongan lebih banyak membeli pernak-pernik khas Makassar di Jl. Somba Opu, beberapa dari mereka juga membawa pulang kopi Toraja Sapan dari kedai Toko Ujung plus tentu saja kacang disko yang saya ingat belakangan. Eh satu lagi, banyak juga anggota rombongan yang membawa pulang minyak gosok dan minyak kayu putih yang rupanya sangat terkenal di luar Makassar.

Hari pertama saya (menganggap) diri saya sukses menjadi tour guide. Lumayan bisa memberi banyak informasi pada peserta yang rata-rata baru pertama kali ke Makassar. Gara-gara acara Samsung ini saya jadi punya pengalaman baru menjadi tour guide, dan sepertinya saya bisa mempertimbangkan karir yang satu ini. Eh iyya, sepertinya saya juga harus meminta komisi dari Toko Ujung karena malam itu seluruh anggota rombongan seperti mengamuk di sana. Hahaha.

Tapi cerita ini tidak berhenti sampai di sini saja. [dG]