F8 Dibatalkan, Setuju Atau Tidak?
Festival tahunan F8 yang sudah digelar tiga tahun berturut-turut, tahun ini akan dibatalkan oleh pemkot Makassar. Ada pro dan kontra yang mengikutinya.
Semalam, sebuah percakapan melintas di linimasa Twitter saya. Dimulai oleh akun @SupirPete2 yang sudah termasuk salah satu akun influencer di kota Makassar. Isinya adalah pertanyaan, apakah pengikutnya setuju atau tidak setuju kalau event F8 tahun ini dibatalkan? Saya langsung penasaran, dan pagi ini saya mulai mencari tahu apa yang terjadi dengan event tahunan yang sudah berlangsung selama tiga tahun di Makassar itu.
Buat yang belum tahu, F8 adalah acara yang digagas pemerintah kota Makassar di bawah pemerintahan Danny Pomanto dan Daeng Ical yang tahun ini sudah lepas tugas. Disebut F8 karena menggabungkan delapan tema dalam satu acara. Tema tersebut adalah: Fusion Music, Fashion, Film, Fine Art, Fiction Writers & Font, Food & Fruit, Folk serta Flora & Fauna. Digelar sejak 2016, Festival F8 ini sudah menjadi ajang internasional yang masuk ke dalam kalender kegiatan Kementerian Pariwisata Indonesia.
Saya kutip dari laman Tempo, Menteri Pariwisata Arief Yahya saat membuka Festival F8 tahun 2018 menyebutkan F8 adalah sebuah paket atraksi budaya terbaik.
Meski begitu, terus terang saya belum pernah sekalipun hadir dan melihat langsung pelaksanaan festival ini. Alasan utama, saya tidak suka keramaian. Tidak bisa membayangkan saya bisa nyaman berada di antara ratusan atau bahkan mungkin ribuan orang yang berdesakan di sekitar Pantai Losari. Festival F8 belum cukup kuat untuk menarik saya hadir dan berbaur dengan ribuan orang (tahun lalu pengunjung bahkan diprediksi mencapai angka 1,9 juta orang) di satu tempat yang sama.
F8 adalah sebuah paket atraksi budaya terbaik.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya
Tahun ini, Festival F8 harusnya akan digelar di bulan September. Namun, berita terakhir menyebutkan kalau (Pjs) walikota Makassar Iqbal Suaeb secara resmi membatalkan penyelenggaran Festival F8. Kepala dinas pariwisata kota Makassar, Kamelia Tantu, membenarkan berita ini. Alasan utamanya menurut beliau karena adanya rasionalisasi dan optimasi anggaran belanja daerah. Biaya Rp.3,8 M yang disiapkan untuk festival F8 tahun ini akan dipindahkan ke kegiatan lain yang dianggap lebih mendesak.
Pro dan Kontra.
Pembatalan Festival F8 ini tentu saja mengundang pro dan kontra, utamanya di level warga kota Makassar. Di akun SupirPete2 yang saya sebut di atas, perdebatan tentang setuju atau tidak setuju dibatalkannya festival ini cukup hangat.
Beberapa orang setuju dengan dibatalkannya F8. Alasannya beragam. Ada yang bilang kalau F8 tidak membawa manfaat yang siginifikan bagi warga kota Makassar dan hanya menyumbang macet setiap kali digelar. Lokasi pelaksanaan yang dipusatkan di Pantai Losari memang terkadang membuat pemerintah kota harus memutar otak. Pantai Losari tidak begitu besar, dan rasanya kurang bisa mengakomodir event besar berskala internasional seperti F8. Akibatnya, terjadi penumpukan warga di sana yang berimbas pada kemacetan luar biasa.
Alasan lainnya, ada juga yang bilang kalau F8 hanya memberikan imbas pada sebagian orang saja. Terasa hanya sebagai acara seremonial yang mengakomodir kebutuhan pejabat atau Aparatur Sipil Negara (ASN). Masyarakat luas tidak merasakan manfaatnya, atau hanya merasakan saat pelaksanaan acara saja. Selesai acara, selesai juga manfaat itu dirasakan.
Tapi buat saya, alasan paling menarik untuk setuju dengan pembatalan F8 ini adalah soal urgensi program. Menurut salah satu akun yang setuju F8 dibatalkan, Makassar lebih butuh perbaikan di hal-hal yang mendasar seperti perbaikan dranise dibanding acara seremonial seperti F8. Dana yang mencapai angka miliaran rupiah itu menurutnya lebih bagus dialokasikan untuk hal-hal yang lebih mendasar dan berpengaruh secara signifikan bagi warga kota Makassar.
Lalu, apa alasan mereka yang tidak setuju F8 dibatalkan?
Ada beragam juga. Ada yang merasa sayang sekali kalau event tahunan yang sudah masuk kalender Kementerian Pariwisata ini sampai batal digelar. Apalagi, F8 sudah masuk sebagai salah satu dari 100 wonderful events di Indonesia. Membatalkan F8 tahun ini berarti memutus konsistensi yang sudah digelar selama tiga tahun berturut-turut.
Dari sisi ekonomi, ada yang menyayangkan kalau F8 batal digelar tahun ini. Alasannya, dalam sekali pelaksanaan, ada miliaran rupiah uang yang berputar. Ini jelas memberi keuntungan finansial bagi banyak orang. Salah satunya para pedagang kecil yang ikut menangguk untuk selama penyelenggaraan acara.
Masing-masing tentu punya alasan. Baik yang setuju maupun yang tidak setuju F8 tahun ini dibatalkan.
*****
Lalu, bagaimana dengan saya? Apakah saya setuju atau tidak setuju dengan pembatalan F8 ini? Saya tentu tidak bisa menjawabnya. Alasannya, saya tidak pernah hadir dalam acara Festival F8. Sama sekali. Jadi tentu tidak fair kalau saya memberi komentar untuk sesuatu yang tidak saya kenali. Minimal saya harus pernah merasakan langsung atmosfirnya untuk bisa berkomentar, bukan? Jangan asal komentar.
Pemerintah kota Makassar pasti punya alasan tersendiri kenapa sampai F8 tahun ini dibatalkan. Pjs Walikota paling tidak pasti harus mendengarkan dulu masukan atau saran dari OPD terkait di bawah pemerintahannya sebelum memutuskan. Setidaknya, itu hal yang ideal. Mungkin saja beliau memang melihat kalau anggaran besar yang digunakan untuk menyelenggarakan Festival F8 sebaiknya digunakan dulu untuk hal lain yang lebih mendesak.
Pro dan kontra adalah hal yang wajar. Tapi, sebagai sebuah kegiatan yang menggunakan dana pemerintah maka sudah pasti Festival F8 harus dikaji dengan serius. Entah itu berarti tahun ini F8 harus dibatalkan, atau bisa tetap diadakan.
Harapan saya, kalaupun memang akhirnya F8 tahun ini benar-benar dibatalkan maka semoga anggaran yang dialihkan benar-benar digunakan untuk sesuatu yang lebih fundamental dan mendesak. Jangan sampai, ajang F8 sudah batal, ehh dananya juga tidak tahu dipakai untuk apa. Jangan sampai lah ya.
Karena jauh di timur Indonesia, saya selalu berharap Makassar selalu bergerak menjadi Makassar yang lebih baik. [dG]
Macet sieh. Sy jadi tak betah. Mungkin karena datangnya siang. Perhelatan yg keren itu sperti era pameran pembangunan di benteng sombaopu gowa era 90 dimanamasyarakat berbagai lapisan tumpah ruah menyaksikan.
mungkin konsepnya saja yang harus diperbaiki ya?
Emang bener sih, yang raaain manfaatnya langsung hanya segelintir orang, tapi nama Makassar menggaung di seantero Indonesia karena event ini.
Bahkan terbukti adaa beberapa kota lain yang ikutin konsepnya, bikin perhelatan serupa.
nah berarti yang penting adalah bagaimana gaung itu bisa memberi efek besar untuk semua orang di Makassar
Saya hadir beberapa tahun di F8, Daeng. Tapi kalau ditanya setuju atau tidak, saya mana-mana sajalah.
Saya setuju dengan yang urgent macam drainase mendingan segera diselesaikan, secara berasa sekali saya yang tinggal dekat kanal ini, masih melihat air cepat meluap. Yaa meskipun memang ada perbaikan di masa pemerintahan Pak Danny, kanal sering dibersihkan dan dikeruk tapi masih butuh pembenahan, sih.
Tidak setuju. Karena buat saya dan anak-anak manfaatnya banyak. Saya makin cinta Makassar dengan melihat aneka kreativitas dan produktivitas yang dipajang selama F8. Keren sekali ternyata orang-orang di kota ini. Ah, Daeng, sayang sekali ndak pernah ki’ lihat.
berarti harusnya dicari jalan tengahnya ya?
Pernah ke F8 sih tapi karena padat sekali orang jadi susah ka untuk nikmatiki apa lagi membawa balita saat itu. Beberapa acara di panggung utama juga hanya bisa dimasuki jika memiliki undangan dan yang dapat undangan pejabat dan keluarganya ji. Jadi ya… tapi besarki ia namanya ini, banyak juga diuntungkan pedagang kecil. Disisi lain persoalan drainase memang jauh lebih urgen untuk diselesaikan. Percuma jalan diperbaiki tapi malah menutup got, hujan sedikit tergenangmi air. Sekalinya bikin got, modelnya lurusji ya dak jalanlah airnya.
Tapi betul juga jangan sampai dak ada F8, uangnya juga dak tau lari kemana. Tapi di daerah Hertasning mulaimi perbaikan got sih ini
iya, penekanan saya di situ
F8 sudah dibatalkan, tapi uangnya jangan sampai dipakai sembarang dan hilang tak berbekas
Saya pun belum pernah ke acara itu. Tapi, menurutku sih F8 itu keren. Setelah sekian lama tnggal di Sulawesi Selatan akhirnya Makassar buat acara festival yg tidak kalah keren debgan kota lain. Apalagi ini festival tingkat internasional. Jadi, yaa sebaiknya tetap di lanjutkan.
siap! akan saya lanjutkan #eh
hahaha
Saya pernah dateng sekali daeng ke acara F8. Menarik sih cuma ngebosenin menurut saya. Mungkin karena saya bawa anak kecil dan lokasinya rame banget jd saya dan Nisa waktu itu bawaannya pengen cepet2 pulang. Beda sama acara FKY di jogja yg meskipun rame tapi saya betah sekali di sana heheheheh (eh tapi ga boleh ya mbanding2in gitu) ????
ya nda apa2 membanding-bandingkan asal tujuannya untuk perbaikan hihihi
Terus terang Daeng Ipul saya pribadi belum dapati dimana menariknya ini acara sejak pertama kali sampai ndak digelar mi lagi, walaupun beberapa kali datang sebenarnya hanya karena mauji ketemu-ketemu dan memang sudah janjian sama teman-teman yang jauh lebih menarik XD
koq sama kayak saya kalau ke acara internasional lain yang digelar di Makassar itu
tujuan utamanya ketemu teman 😀
Saya setuju jika F8 mesti tetap dilanjutkan. Permasalahan yang lain di kota Makassar bisa diselesaikan masing masing bidang/Dinas. Ada anggaran dinas PU untuk memperbaiki jalan. Dan F8 adalah pekerjaan beberapa Dinas yang memang punya anggaran khusus. Seperti dinas kebudayaan dan pariwisata. F8 adalah ajang pameran budaya, kan.
Begitu pun yang saya sukai dari F8 Festival ini adalah bisa lebih banyak penulis2 yang ditemui, adanya nonton film budaya bersama sama.
iya, itu betul juga. cuma kayaknya pak walikota yang sekarang punya pertimbangan sendiri sih
Saya kayanya dua tahun berturut-turut ke sana, dengan tujuan utama mau ke zona Flora Fauna sama jajan kulineran ji, ga sanggup kelilingi semua. Selain rame pake buanget, jugaa bikin capek mesti jaga Ridwan di antara lalu lalang orang-orang 😀
Masalah pro kontra, bisa jadi tergantung kepentingan masing-masing ji juga. Biasanya kalau dapat untung/manfaat hampir dipastikan dia akan kontra sama pembatalan F8 ini *netijen julid xD
hahaha pastilah itu
cuma memang menarik melihat seberapa besar impact-nya untuk Makassar. dari situ bisa dilihat sebenarnya lebih bagus dibatalkan saja atau diteruskan
saya pernah 1x ke F8.. menurutku acaranya sangat bagus.. paling enak karna hampir di sepanjang lorongnya ada banyak pilihan kuliner.. senang juga karna ada artis ibukota yg hadir, lumayan meriah dan keren karna turut memajukan UKM di Makassar..
wuih istilah artis ibukota masih dipakai hahaha
Pantesan ya saya tidak familiar dengan f8 malah baru tahu f8 dari postingan Daeng Ipul ini, karena tahun 2016 itu udah balik Papua. Tapi sepertinya ini festival yang seru sekali… sayang dihentikan saat saya saja belum pernah ke sana hehw
hahaah harusnya dipertahankan dulu sampai Siska sempat datang ya?
Klw saya peribadi ttp dukung event F8..Jangan lihat personnya, Pak DP, tapi event ini sangat dinantikan masyarakat kota Makassar..
Jangan campur adukkan dgn politik, Walaupun dengan DP, bnyak yg kurang berkenan.. Hidup F8..hehe
lanjuttt! 😀