Dua DIA Berebut Jalan Menuju Makassar 01
Sampai sekarang sudah dua DIA yang tampaknya akan maju bertarung di Pilwalkot Makassar. Mungkin ini akan jadi pertarungan dua DIA.
TAHUN DEPAN MAKASSAR akan sangat sibuk dengan gelaran pilkada. Pasalnya, ada dua pilkada yang dihelat serentak. Satu pilkada Provinsi untuk memilih gubernur baru, satunya lagi pilkada walikota untuk memilih walikota Makassar periode 2019 – 2024. Untuk walikota, sebenarnya masa kerjanya masih sampai 2019, tapi karena peraturan bahwa tahun 2019 hanya boleh ada pemilu dan pilpres, maka khusus pemilihan walikota dimajukan setahun.
Nah kalau bicara soal pemilihan walikota, sampai saat ini calon kuat tentu saja adalah petahana: Danny Pomanto. Selain karena posisinya sebagai walikota, pria asli Gorontalo ini juga sudah mempersiapkan infrastruktur kuat untuk maju dalam kontestasi walikota tahun depan.
Promosi diri sudah masif, utamanya di tahun 2017 ini. Sebenarnya dari awal terpilih dan dilantik pun, Danny Pomanto sudah masif mempromosikan diri. Slogan 2x+? (dibaca: dua kali tambah baik) sudah digaungkan, bahkan saat dia masih baru menjabat. Belum bekerja sudah berpikir untuk menjabat dua kali, begitu pikiran sebagian orang.
Baca juga: DIA Menang, Siapa Senang?
Menjelang pemilihan walikota (selanjutnya kita singkat jadi pilwalkot saja ya), promosi diri tentu saja semakin masif. Dari baliho di tepi jalan, pembentukan posko relawan dan pendukung sampai penyebaran brosur advetorial. Brosur ini isinya adalah program-program walikota yang diklaim berhasil. Penyebarannya menggunakan jalur ketua RT dan RW, disebar masif ke beberapa permukiman. Tujuannya tentu saja untuk membangun citra keberhasilan Danny Pomanto selama menjadi walikota.
Tentang broster (brosur advetorial) itu, ada tulisan menarik dari anggota Ikapol Unhas di sini.
Soal ketua RT, ini juga harus diakui sebagai salah satu langkah brilian dalam mendulang dukungan dari pak walikota petahana. Bermula dari pemilihan RT serentak di seluruh Makassar tahun 2017 ini, kemudian dilanjutkan dengan pemberian beragam fasilitas kepada ketua RT. Dari gaji bulanan, seragam hingga katanya perangkat komunikasi. Mereka yang ikut pemilihan namun tidak terpilih sebagai RT juga diberi posisi semacam dewan pertimbangan. Kerenlah pokoknya. Cara bagus membangun jejaring langsung ke akar paling dalam di sebuah tatanan pemerintahan.
Ketua RT ini kemudian bergerak (entah bergerak sendiri atau digerakkan) untuk mendulang dukungan kepada Danny Pomanto. Di sebuah RT beredar isian yang intinya adalah pernyataan dukungan kepada Danny Pomanto di ajang pilkada walikota nanti. Ada pula ketua RT yang katanya mengumpulkan KTP warganya dan ini masih berhubungan dengan pemilihan walikota nanti.
Langkah-langkah ini sempat diprotes dan ditindaklanjuti oleh Panwaslu dengan mengirim surat imbauan kepada Danny Pomanto. Entahlah apakah surat imbauan itu didengarkan atau tidak.
Dua DIA
Kembali ke soal pilwalkot.
Kalau sebelumnya Danny Pomanto terjun ke pertarungan pilwalkot bersama Daeng Ical (panggilan akrab Syamsu Rizal), maka di pilwalkot nanti mereka resmi bercerai. Bukan hanya bercerai, tapi bahkan siap berhadap-hadapan.
Soal perpecahan dua insan ini, gosipnya memang sudah beredar sejak masa-masa awal mereka berdua dilantik sebagai walikota dan wakil walikota. Kabarnya ini ada hubungannya dengan Ilham Arief Siradjuddin, mantan walikota Makassar sebelumnya yang juga harus diakui sebagai orang yang melejitkan Danny Pomanto.
Gosip-gosip seputar pasangan walikota dan wakilnya ini sangat banyak beredar. Bukan hanya di kalangan warga melalui warung kopi tapi juga di media arus utama. Gosip ini memang dibantah oleh mereka berdua. Ya iyalah ya, masak harus terang-terangan menyatakan kalau mereka tidak sepaham lagi. Tapi kenyataan masih terus menunjukkan bukti perpecahan itu.
Untuk sekian masa walikota Makassar muncul di publik tanpa pasangannya. Baliho-baliho acara pun terbentang dengan foto walikota sendirian, tanpa wakilnya. Kalaupun ada yang mendampingi biasanya malah foto kepala dinas. Pokoknya angin gosip semakin kencang. Semakin digosok semakin sip.
Sampai akhirnya mereka berdua benar-benar bercerai dan masing-masing bahkan sudah memiliki pasangan baru.
Di pilwalkot nanti, Danny Pomanto siap menggandeng Indira Mulyasari, perempuan politisi dari Nasdem. Di sisi lain, Daeng Ical juga maju menjadi calon walikota dengan menggandeng Iqbal Jalil dari PKS.
Sungguh mereka berdua sangat berisiko, gonta-ganti pasangan soalnya.
Uniknya, dua-duanya menggunakan akronim DIA yang ditambahi akronim nama pendamping barunya.
Akronim DIA memang dipakai Danny Pomanto dan Daeng Ical pada pilwalkot sebelumnya. Akronim ini lumayan membuat kening orang berkerut, mencari cocokologi dengan nama keduanya. Sampai akhirnya ada yang bilang kalau akronim DIA adalah singkatan dari: Danny – Ical – Aco. Aco adalah nama panggilan Ilham Arief Siradjuddin, tokoh yang dianggap ada di belakang majunya pasangan ini (bahkan dianggap berjasa membuat mereka menjadi walikota dan wakil walikota).
Mungkin karena keduanya merasa berhak atas akronim itu, maka sekarang keduanya kembali bertarung dengan menggunakan akronim DIA tersebut. Danny Pomanto menggunakan akronim DIA Mi (Danny dan Indira Muliasari – oke, saya tahu ini dipaksakan), sementara Daeng Ical menggunakan akronim DIA Ji (Daeng Ical – Iqbal Jalil, oke ini juga dipaksakan).
Pertarungan ini menjadi menarik karena ibaratnya pertarungan antara dua DIA. Apalagi keduanya sama-sama tahu medan karena sudah tiga tahun lebih menjadi nakhoda dan wakil nakhoda kota Makassar. Walaupun, yah tentu saja sang nakhoda punya pengaruh dan kekuatan lebih besar.
Sambil menunggu calon lainnya, menarik untuk melihat bagaimana dua DIA ini bertarung menjadi orang nomor satu di Makassar. Sampai sekarang kalau melihat realitas di lapangan, DIA yang berisi walikota petahana tentu menjadi DIA yang kansnya paling besar. Tapi, ini politik bung! Segalanya bisa terjadi.
Bisa saja menjelang hari H nanti akan muncul DIA-DIA lainnya. Mungkin akan ada DIA Pi, DIA Mo, DIA Lah, DIA Kah, asal bukan DIA Pakansajamauasalkamubahagiamas.[dG]
Akronim terakhir itu.. Bikin mikir macam-macam #eh ?