Catatan Buat Kelas Menulis Kepo Angkatan Ketiga

Pertemuan perdana Angkatan III, 8 April 2016
Pertemuan perdana Angkatan III, 8 April 2016

Angkatan ketiga pungkas sudah, ini sedikit catatan untuk mereka.

Setelah empat bulan mengudara, akhirnya Kelas Menulis Kepo Angkatan III mendarat juga. Angkatan ketiga ini memang selesai sebulan lebih lambat dari jadwal. Alasannya karena ada sebulan Ramadan sehingga kelas tidak bisa digelar. Tapi, selama masa libur Ramadan teman-teman peserta masih tetap produktif menulis. Ada gelaran #SebulanNgeblog yang berhasil membuat sebagian besar peserta Kelas Menulis Kepo menulis hampir satu tulisan per minggu. Lumayan, mengisi liburan dengan sesuatu yang produktif.

Kelas Menulis Kepo Angkatan III dimulai dengan 10 peserta, tapi belum apa-apa satu peserta sudah gugur di pekan kedua karena kesibukan. Para peserta ini dijaring lewat pendaftaran yang dibuka secara gratis. Ada 45 orang yang mendaftar, tapi tidak sampai setengahnya yang memenuhi syarat harus membuat tulisan. Mereka yang memenuhi syarat itu kemudian disaring lagi hingga didapatkan 10 nama.

Kesepuluh nama (akhirnya hanya tinggal 9) dibagi ke dalam lima kelompok. Satu kelompok berisi dua angkatan ketiga dan dua lagi pendamping. Para pendamping diambil dari kakak kelas yaitu peserta angkatan pertama, penjaga sekolah dan peserta angkatan kedua yang juga ikut membantu. Model kami memang semacam pendampingan, bukan sistim ajar-mengajar. Kami sama-sama belajar, sama-sama mengoreksi dan sama-sama membenarkan.

Seperti yang sudah-sudah, seleksi alam juga berlaku di sini. Satu per satu peserta angkatan III gugur. Ada yang gugur tanpa kabar, ada juga yang gugur karena kesibukannya. Tidak masalah karena toh memang tidak ada kewajiban harus bertahan sampai akhir. Kami para penjaga kelas dan kakak kelas sudah cukup senang melihat sebagian besar angkatan III punya semangat besar untuk datang setiap pertemuan rutin yang diadakan di akhir pekan dan mengerjakan tugas yang diberikan.

Dari total 10 peserta yang terpilih, tujuh di antaranya berhasil bertahan sampai pertemuan terakhir. Enam di antaranya bahkan berhasil menyelesaikan tugas akhir. Jumlah yang buat kami sudah cukup menggembirakan.

Angkatan III ini adalah penyempurnaan dari angkatan-angkatan sebelumnya. Di angkatan pertama kami berjalan apa adanya, tanpa ada kurikulum, visi, misi. Pokoknya jalan saja, hasil belakangan. Di angkatan kedua kami mulai berbenah, sudah ada kurikulum, visi dan misi. Tapi angkatan kedua tetap ada kekurangan, beban tugas setiap pekan ternyata sangat memberatkan. Jadinya teman-teman peserta seperti tertekan. Tensi meninggi di grup chat Line yang jadi sarana kami bertukar kabar.

Nah di angkatan III ini tensi sedikit diturunkan. Model pendampingan pun diubah, bukan lagi satu orang satu pendamping tapi dibuat dalam satu kelompok dengan harapan peserta bisa lebih intens dalam proses pendampingan. Jadi selain ada grup besar angkatan ketiga, juga ada grup-grup kecil untuk setiap kelompok.

Hasilnya, di beberapa grup pendampingan memang berjalan intens. Tapi ada juga grup yang pendampingannya jalan di tempat, tidak intens dan bahkan seperti mandek. Salah satunya grup yang saya asuh. Salah satu anggotanya sangat pendiam, bahkan kami pernah bersama-sama selama 24 jam lebih dan kalimat yang keluar dari mulutnya mungkin tidak lebih dari 10. Sementara satu orang lagi terlalu sibuk dengan pekerjaan atau urusan keluarganya sehingga kami lebih sering kehilangan kontak. Begitu juga dengan satu orang lagi kakak kelas yang seharusnya jadi tandem saya mendampingi. Kadang muncul, kadang entah di mana. Maklum, dia ketua satu komunitas besar yang tentu saja kesibukannya juga berjibun.

Perubahan pola komunikasi dan metode pembelajaran rupanya berpengaruh besar. Angkatan ketiga ini lebih cair, hubungan di luar kelas juga lebih akrab. Di grup angkatan, candaan antar peserta, pendamping dan penjaga kelas silih berganti hadir. Akibatnya semangat menulis teman-teman angkatan ketiga juga ikut terpicu, ini sekaligus memengaruhi semangat menulis teman-teman angkatan sebelumnya yang tentunya malu kalau “adik dampingan” mereka aktif menulis sementara mereka tidak.

*****

Suatu hari di kelas Kepo
Suatu hari di kelas Kepo

Di antara peserta angkatan ketiga, ada satu yang menurut kami para kakak kelas dan penjaga kelas cukup menonjol. Dialah Mute atau Innah atau Muthmainnah (tergantung siapa yang memanggilnya). Di awal kelas salah satu pendamping secara jujur meremehkan kualitas Mute, alasannya tentu saja karena melihat kualitas tulisannya di blog yang menurutnya (dan menurut saya juga) lebih di bawah dari kualitas calon peserta lainnya. Blog Mute hanya berisi informasi beasiswa, lowongan pekerjaan, press rilis pemerintah dan yang hampir sama. Bukan tulisan pribadi. Mute pun akhirnya lolos karena kami menurunkan sedikit standar penilaian, demi memenuhi kuota peserta angkatan ketiga.

Tapi di akhir kelas Mute menunjukkan kualitasnya. Dia bisa mengejar ketertinggalan dibanding peserta lainnya. Mute melesat pesat, membuat tulisan-tulisan yang penuh dengan sentuhan personal dan minim kesalahan mendasar. Beberapa kali kami para pendamping dengan jujur memuji perkembangannya, sesuatu yang sebenarnya tidak kami bayangkan sebelumnya.

Sebenarnya kualitas beberapa peserta lain seperti Sarti, Halia, Ana dan Uci sama bagusnya dengan Mute. Bedanya, mereka yang lain berangkat dari satu atau lebih sementara Mute bisa dibilang berangkat dari nol (atau kata saya bahkan minus). Keberhasilannya mengejar ketertinggalan dari teman-temannya yang lain memberi nilai tambah buat Mute.

Di ujian terakhir, tulisan Mute bahkan terpilih sebagai tulisan terbaik meski selisihnya tipis dengan tulisan teman-temannya yang lain. Tapi sekali lagi, kemampuannya mengejar ketertinggalan memberi nilai tambah.

Secara umum saya pribadi senang melihat perkembangan teman-teman angkatan ketiga ini. Terasa sekali ada perkembangan berarti dari mereka, sesuatu yang membuat apa yang kami bagikan terasa tidak sia-sia, apalagi kami melakukannya tanpa dibayar. Mudah-mudahan saja selesainya angkatan ketiga ini tidak lantas membuat mereka juga selesai menulis, masih ada satu proyek menulis lagi yang akan digarap bersama-sama.

Satu-satunya kegalauan saya dari angkatan ketiga ini adalah kurangnya peserta laki-laki yang berhasil selamat sampai garis finish. Hanya ada dua peserta laki-laki, satu sudah gugur di awal, satunya lagi menghilang menjelang akhir. Sepertinya karena dera dan siksa percintaan kalau melihat status Facebook-nya.

Untuk urusan menulis, sepertinya perempuan memang lebih gigih dan fokus.

Dan dengan selesainya angkatan ketiga ini maka untuk sementara kami istirahat dulu. Capek juga rasanya mendampingi teman-teman menulis selama setahun penuh. Sekarang kami mau fokus di proyek buku dulu sambil mengintip kemungkinan jalan-jalan ke daerah, menyebarkan virus menulis. Sisanya mungkin akan ada kelas lagi, tapi dengan standar yang diturunkan dan benar-benar untuk pemula.

Buat teman-teman angkatan ketiga, selamat ya sudah berhasil sampai ke titik awal. Ingat! Ini baru titik awal, karena menulis itu tidak pernah mengenal titik akhir. Teruslah menulis, karena kita tidak pernah tahu kapan mukjizat dari menulis itu akan datang. Selamat ya gaess! [dG]

Baca juga tulisan terakhir Mute yang berjudul Pembunuh Wanita Ini Dapat Dideteksi.
Tulisan peserta Kelas Menulis Kepo lainnya bisa dibaca di sini.