Ngevlog Lagi Ah
Ada niatan untuk kembali ngevlog setelah merasakan kalau ternyata ada penghasilan tambahan dari ngevlog.
Sekira dua pekan lalu, sebuah email dari Google mendarat ke kotak masuk saya. Sebuah email yang membahagiakan. Betapa tidak? Isinya adalah pemberitahuan kalau ada sejumlah dana yang ditransfer Google ke rekening bank saya yang terhubung dengan Google Adsense. Ahhay! Akhirnya saya bisa ikut merasakan uang dari Google. Ha-ha-ha-ha.
Sebagian besar – mungkin sekitar 90% – dana Google Adsense itu datang dari akun YouTube saya. Sebuah kanal yang dulu kerap saya isi tapi sejak 2017 tidak pernah lagi saya perbaharui. Jadi, tidak heran kalau kanal dengan pelanggan sekitar 4.000an itu baru benar-benar menghasilkan setelah tiga tahun lebih. Itupun dengan jumlah minimal yang bisa dicairkan dari sebuah akun Google Adsense.
Menjadi Vlogger
Beberapa tahun lalu saya memang sedang ada di masa ketika begitu tertarik menjadi seorang vlogger. Awalnya cuma karena iseng, apalagi karena saat itu YouTube sedang mulai marak dan jumlah vlogger pun mulai menjamur. Dari awalnya cuma iseng, sampai kemudian saya sempat mendapatkan undangan untuk hadir di acara Viral Fest Asia di Bali tahun 2016. Acara itu mempertemukan beragam vlogger dari berbagai kota di Indonesia dan bahkan dunia. Bukan cuma bertemu, tapi juga saling berbagi pengetahuan termasuk sharing dari beberapa content creator.
Sejak balik dari Bali itulah saya kemudian semakin rajin membuat konten video. Menjadi vlogger lah istilahnya. Kebetulan juga setelah ajang di Bali itu saya banyak melakukan perjalanan ke berbagai kota di Indonesia, jadi bahan untuk membuat video pun semakin banyak.
Sering kali juga ada ide-ide yang muncul di kepala yang kemudian saya tuangkan jadi video. Beberapa kali juga saya membuat video review dari beberapa produk yang saya gunakan. Pokoknya dalam rentang setahun itu ada banyak video yang saya buat.
Beberapa video mendapatkan views yang lumayan, sampai ribuan. Tapi beberapa lainnya cuma mendapat views ratusan. Sebenarnya tidak terlalu masalah buat saya, mau berapa views pun saya sudah senang karena merasa sudah menghasilkan karya. Syukur-syukur kalau disukai banyak orang.
Semua kesenangan itu kemudian menguap ketika tahun 2018 saya pindah ke Papua. Rasanya mulai malas untuk memproduksi video lagi. Padahal ada banyak bahan, karena toh saya ada di salah satu provinsi paling eksotik di Indonesia. Tapi, rasanya koq saya sudah tidak sesemangat dulu lagi. Saya masih sering membuat video, tapi mengeditnya itu yang kadang membuat saya malas duluan. Apalagi ketika tuntutan pekerjaan semakin tinggi dan waktu luang semakin sempit.
Cara Menjadi Vlogger
Kalau mengingat kembali masa itu, saya sadar kalau sebenarnya menjadi seorang vlogger itu bukan sesuatu yang sangat rumit. Zaman sekarang, beragam alat elektronik dengan kecanggihan yang luar biasa sudah bisa didapatkan dengan mudah. Tidak perlu benar-benar menggunakan alat profesional bila ingin menjadi vlogger. Apalagi kalau baru mau memulai, tentu berbeda dengan mereka yang sudah tahu tips dan triknya dan kemudian memutuskan untuk menjadi vlogger profesional.
Alat-alat yang dulu saya gunakan sebenarnya sederhana saja. Memang lebih sering menggunakan kamera digital, tapi sesekali juga menggunakan handphone. Terus, tidak lupa juga saya menggunakan alat perekam suara yang disambungkan ke clip on. Fungsinya untuk menangkap suara dengan jelas, apalagi kalau membuat konten review atau konten berupa obrolan. Karena kamera digital saya tidak memiliki fitur menyambungkan mikrofon external jadi saya butuh perekam suara. Kecuali bila merekam menggunakan handphone, mikrofon bisa langsung dicolok ke handphone.
Selain dua alat itu, saya juga merakit sendiri lampu yang berfungsi untuk menambah penerangan ketika merekam video di dalam ruangan. Awalnya malah saya pakai lampu emergency light yang cukup untuk menambah pencahayaan. Eh, tidak lupa juga saya membeli tripod dan gorilla pod yang membantu saya menstabilkan kamera ketika merekam gambar, utamanya ketika merekam sambil bergerak.
Hanya alat-alat itu saja, tidak terlalu ribet sebenarnya. Selain alat itu, tentu saja ada laptop dan PC yang saya gunakan untuk mengedit video. Ini tentu saja senjata terakhir yang menyempurnakan hasil rekaman menjadi sebuah video. Beberapa orang malah asyik-asyik saja mengedit video di handphone, sesuatu yang masih sulit saya lakukan.
Jadi sebenarnya, untuk menjadi seorang vlogger tidak terlalu sulit bila bicara soal alat. Tantangan terbesar ada di ide saja. Baik ide soal video, soal angle, ataupun ide saat pasca produksi. Alatnya mudah, idenya yang sulit.
Membeli Alat-Alat Ngevlog
Kalau bicara soal alat-alat ngevlog, saat ini pasti banyak sekali tempat untuk membeli beragam alat-alat elektronik yang bisa digunakan untuk ngevlog. Jenisnya sudah beragam, harganya pun sangat beragam. Dari yang murah dan terjangkau sampai yang harganya di luar nalar orang biasa non sultan.
Salah satu tempat untuk membeli beragam alat vlogging mulai dari kamera, lensa, tripod, lampu, sampai komputer untuk mengedit bisa didapatkan di beberapa marketplace. Salah satunya adalah Shopee. Di tautan ini, ada banyak ragam alat-alat eletronik untuk ngevlog yang bisa didapatkan. Harganya pun beragam, cocok untuk yang mau memulai menjadi vlogger atau mereka yang sudah menjadi vlogger profesional.
Melihat tautan itu pun, saya saja rasanya mulai tergerak untuk kembali menjadi vlogger. Namun kali ini rasanya harus lebih profesional dengan membeli beberapa alat ngevlog yang lebih proper. Setelah itu mencari ide yang unik dan berbeda, lalu merekam videonya, dan mengeditnya sendiri sebelum kemudian diunggah ke kanal YouTube yang sebenarnya sudah lumayan menghasilkan. Ha-ha-ha-ha.
Terdengar menyenangkan ya?
Ujungnya memang menyenangkan, tapi jangan lupa kalau prosesnya juga perlu perjuangan. Dari mencari ide, mengeksekusi, sampai post production. Tapi, kalau tidak dimulai pasti tidak akan tahu bagaimana rasanya. Jadi, mulailah dengan membeli alat-alat ngevlog mulai dari yang sederhana dulu sesuai dengan bajet kamu.
*****
Setelah berhasil merasakan nikmatnya duit receh dari Google lewat kanal YouTube, rasanya saya mulai tertarik lagi untuk kembali mengelola kanal yang lama terlupakan itu. Konsistensi memang jadi tantangannya, susah kalau tanpa itu. Padahal vlog itu bisa jadi alternatif juga untuk menyalurkan pengetahuan, pikiran, atau opini. Bahkan sebagai catatan seperti halnya blog.
Mungkin habis ini juga saya akan membeli beberapa alat-alat ngevlog yang bisa mendukung rencana kembalinya saya ke dunia vlogging. Apalagi dalam bulan Desember ini ada promo Elektronik Day dalam Shopee 12.12 Birthday Sale yang menawarkan diskon sampai dengan 90% untuk aneka produk elektronik terbaik dan berkualitas tinggi.
Bagaimana dengan kalian? Penasaran mau lihat barang apa saja yang dapat diskon besar tanggal 12 Desember nanti? Silakan dicek sendiri ya, dan siapa tahu bisa sama-sama ngevlog. [dG]
Wah seru juga daeng udah ada penghasilan dari Youtube. Aku jarang banget ngevlog, baru tahun 2020 ini pas pandemi malah bikin vlog sepedaan. Semoga bisa menghasilkan hahahahahah