SHARE : Proses Kreatif Daenggassing.com
Berawal dari postingan seorang teman baik, pelanggan setia blog abal-abal ini, saya jadi tertarik juga untuk [sok] membagi tips tentang proses kreatif di balik terciptanya semua tulisan di blog ini. Semoga tidak lantas dianggap sombong karena sesungguhnya saya memang hanya berniat berbagi, bukan berniat membanggakan apa yang sudah saya lakukan selama ini. Lagipula, apa yang harus dibanggakan? Blog ini bukan blog para seleb, pun pengunjungnya hanya seiprit.
Tapi bismillah, berbekal keinginan tulus untuk berbagi saya memantapkan diri untuk membuat postingan ini. Mudah-mudahan saja bisa menginspirasi teman-teman blogger yang lain.
Selama hampir sebulan ini saya memang berusaha untuk posting setiap hari, saya menantang diri sendiri untuk bisa mengisi blog setiap hari. Sampai tanggal 24 kemarin, semua berjalan lancar. Setiap hari ada saya bisa memposting tulisan tanpa ada yang bolong. Beberapa teman sempat bertanya tentang tips dan trik saya sehingga berhasil menjalani tantangan sejauh ini. Nah, berikut adalah hal-hal yang bisa saya share.
Ide tulisan :
Ini adalah hal krusial bagi sebagian besar blogger. Banyak blogger yang berhenti menulis ketika merasa mentok pada tatanan ide. Bingung harus menulis apa dan bingung harus mulai dari mana.
Seperti yang pernah dibilang oleh Dewi Lestari, ide itu seperti aliran sungai yang mengalir di alam bawah sadar kita. Sungai itu tidak pernah kering, kita saja yang jarang menengoknya. Kadang kita hanya perlu waktu untuk sesekali turun ke dasar sana, menengok sungai yang terus mengalir itu dan kemudian mengambil beberapa yang kita inginkan. Sesederhana itu.
Metode untuk turun ke bawah dan menengok aliran sungai ide itu beragam, tergantung kita sendiri tentunya. Kadang kita juga butuh senjata khusus untuk melancarkan metode pengambilan air di sungai ide itu. Saya sendiri menggunakan beberapa tools, alat untuk menjaring ide. Sebuah buku kecil saya gunakan untuk mencatat apa saja yang sedang berkelebat di kepala. Sebaris kalimat yang berisi ide yang sedang berkelebat nantinya akan saya kembangkan menjadi sebuah postingan. Jika si buku kecil tak sedang di tangan, giliran handphone yang berfungsi.
Tapi, ada juga saat di mana semua ide yang sudah terkumpul itu rasanya kurang sreg untuk segera dituangkan sebagai postingan. Entah karena idenya terlalu berat dan tidak sesuai dengan mood yang sedang santai, atau mungkin juga karena waktunya yang mepet. Nah,saat saya berada dalam kondisi seperti itu maka biasanya saya akan coba melihat kembali database tulisan-tulisan lama yang sudah pernah saya buat sebelumnya.
Beberapa kali saya menemukan draft tulisan lama yang belum sempat selesai dan tentunya belum pernah dipublish. Draft itu kemudian saya sempurnakan dan akhirnya saya posting. Lumayan, tidak perlu susah-susah menulis dari awal. Tinggal menyelesaikan yang sudah ada dan jadilah sebuah postingan baru.
Proses menulis :
Beberapa kali saya selalu bilang ke teman-teman, mulailah menulis dari apa saja yang kamu suka. Tidak usah pedulikan tulisannya akan terkesan cemen, tidak penting atau membosankan. Intinya adalah, anda suka, anda tulis.
Tapi, ini hanya jadi landasan saja. Setelah terbiasa menulis maka tiba saatnya kita rise the bar, naikkan tantangan. Masak mau menulis yang cemen, tidak penting dan membosankan terus? Minimal ada perbaikan dari cara bertuturlah. Soal tema yang diangkat, tak ada sebuah keharusan bukan? Karena ini blog pribadi kita, ya silakan saja menulis dengan tema apa. Tema terlarang sekalipun, toh Anda sendiri yang akan menanggung akibatnya.
Ketika pertama kali ngeblog, saya juga selalu memilih tema yang ringan dan tidak penting yang ditulis dengan sangat biasa bahkan cenderung berantakan. Titik baliknya adalah ketika saya bergabung dengan komunitas Panyingkul! , di sanalah saya kemudian belajar banyak tentang teknik menulis yang baik dan benar. Pelan-pelan saya bertemu banyak orang yang saya anggap sebagai guru. Mereka dengan senang hati mau berbagi apa saja tentang menulis. Pelan-pelan juga saya merasakan ada peningkatan pada cara saya menulis.
Pesan moralnya, mulailah dengan apa saja yang anda suka, dengan gaya apa saja yang menurut anda nyaman tapi jangan berhenti di situ. Perbaiki kualitas anda meski perlahan-lahan.
Waktu untuk menulis :
Pfiuhh, ini juga alasan yang paling sering saya dengar dari teman-teman yang lama tidak pernah mengisi blognya dengan postingan terbaru.
Kadang-kadang saya juga menemui kendala seperti ini. Waktu yang terasa sempit di tengah kesibukan lain yang kadang mendominasi waktu 24 jam kita. Bagaimana saya menyikapinya? Bagaimana saya berhasil menaklukkan tantangan kurangnya waktu untuk menulis?
Rahasianya ada di passion. Ketika kita punya passion yang kuat untuk menulis, untuk mengisi blog dengan postingan rasanya soal kurangnya waktu jadi alasan yang tidak dapat dibenarkan. Sedang dalam keadaan apapun, pasti akan ada saja waktu yang bisa dimanfaatkan untuk membuat postingan.
Saya beruntung punya waktu yang agak longgar di siang hari saat kerjaan tidak terlalu berat. Waktu sekitar 2 jam itu saya manfaatkan untuk membuat postingan dan kemudian mempostingnya di blog. Cukupkah dua jam? Yup, cukup bahkan terkadang lebih. Itu dengan catatan 2 langkah yang saya tulis sebelumnya sudah dijalankan. Tidak akan sulit kok.
Oh ya, ada satu tips lagi. Saat saya betul-betul merasa sedang tidak punya waktu yang lowong, sementara saya sedang berada dalam tuntutan-diri sendiri-untuk membuat postingan maka salah satu caranya adalah membuat esai foto atau setidaknya membuat postingan yang isinya sebagian besar adalah foto. Cukup memberi beberapa keterangan tambahan, dan jadilah sebuah postingan.
Itulah sebagian kejadian di belakang layar dalam proses kreatif hadirnya semua postingan di blog ini, utamanya dalam kurun waktu hampir sebulan belakangan ini yang sampai sekarang belum pernah ada bolongnya. Untuk proses teknis seperti pemilihan gambar, waktu posting, promosi ke beberapa social media dan lain-lain, semua saya kira tergantung kepada cara dan selera kita masing-masing.
Okeh, selamat membaca. Semoga apa yang saya tulis ini berguna.
Ada beberapa poin yg saya bisa tarik dari sini. Pertama: berarti yg namanya kering ide itu gak ada ya? Menarik. hmmmmm.
Kedua: buku kecil. Saya pernah mencobanya juga cuma gak bertahan lama. Pake HP pun gak jalan. Akhirnya prinsip saya adalah “start from the air”. 😀
Selebihnya setuju deh 😀
Tapi ada satu yang saya iri: gak ada komunitas seperti Panyingkul di sekitar saya. Padahal energi seorang penulis adalah dari membaca dan bertukar pikiran 🙁
sayang sekali karena Panyingkul! sekarang juga lagi mati suri. kami sedang cari formula baru untuk menghidupkannya kembali
Saya suka dengan aliran sungai-nya Dee, sesederhana itu..
Kadang ada penulis yang berhenti karena terlalu ribet dengan teori-teori penulisan..
Passion memang yang utama..
Terima kasih sudah berbagi, Mas..
yup..sama-sama Mas
🙂
ada satu hal yg kadang menjadi pertimbangan ketika ide dan tulisan sudah sebagian ada, tapi cuman terhenti di draft, yaitu tulisan itu benar tidak? serius kadang tulisan sy lebih dari 3 kali saya baca utk kemudian sy publish. Bahkan ada juga ide dan tulisan tak jadi posting karena saya merasa tulisan itu tidak pantas 😀 *kriteria pantas masing2 org kadang berbeda sih*
ah itu hanya salah satu kendala, yg jelas sy sepakat dengan proses kreatifnya daeng, dan lewat blog kita tentunya belajar, belajar menulis 😀
memang kadang ada pertimbangan sendiri sebelum menekan tombol publish
saya sendiri kadang berpikir, ini layak publish atau tidak ?
tapi kemudian saya biarakan mengalir saja, hitung-hitung sebagai proses belajar
hmm rahasianya di passion ya? *menimbang2* :p
Terima kasih atas infonya bang, buat nambah pengetahuan biar bisa nulis postingan yang kreatif 🙂
Kadang dalam satu hari ide berdatangan mas, kadang juga tidak ada sampai beberapa hari 🙁