Kisah Blogger Manja
Tiap blogger biasanya punya cara atau suasana sendiri untuk bisa menghasilkan postingan yang bagus.
Angin sejuk masih menyelimuti tubuh kami di pagi hari yang basah sisa hujan tadi malam. Kabut tipis turun di Dlingo, sebuah tempat di ketinggian di selatan kota Jogjakarta. Sarapan pagi baru saja selesai ditandaskan, waktunya menghirup nikotin dari berbatang-batang rokok sambil menukar cerita dengan beberapa kawan sesama peserta.
Saat kami sedang asyik bertukar cerita, rupanya salah seorang teman menyelinap kembali ke kamar dan menuntaskan aktifitasnya. Bukan aktifitas yang biasa karena beberapa saat kemudian dia dengan bangganya bercerita kalau baru saja mengirim postingan baru ke laman blognya. Dia menceritakan tentang pengalaman hari pertama di Dlingo, bertemu dan berkenalan dengan warga lokal yang hidup dari bertani dan kerajinan bambu.
Kawan itu namanya Daeng Nuntung. Beliau memang seorang blogger yang saya kagumi, salah satunya karena kemampuan bloggingnya yang tidak kenal waktu dan tempat. Setahun sebelumnya ketika kami sedang berada di selat Flores menuju pulau Tinabo dia masih sempat mengirim tulisan dari atas kapal laut yang membawa kami melintasi selat Flores. Senjatanya hanya satu: perangkat Blackberry!
Ngeblog Pakai Apa Saja.
Enam tahun sudah saya ngeblog, tapi sampai saat ini saya belum pernah sekalipun memanfaatkan perangkat bergerak seperti Blackberry atau tab Android untuk ngeblog. Padahal semuanya saya punya, Blackberry, tab Android dan sekarang handphone Android. Tapi, tidak sekalipun saya bisa memanfaatkan mereka.
Saya memang blogger manja. Untuk membuat sebuah postingan saya butuh komputer atau minimal laptop. Bahkan saya juga tetap tidak nyaman untuk membuat postingan kala terpaksa harus mengetikkan kata demi kata menggunakan komputer atau laptop milik orang lain. Mungkin karena sudah terbiasa, suasana meja kerja berikut komputernya memang sangat mampu menstimulasi otak untuk membuat postingan.
Selain itu saya juga termasuk perfeksionis. Gambar pelengkap postingan harus selebar maksimal 620px biar rata kanan dan kiri. Kalau pakai perangkat bergerak, tentu susah untuk memasang gambar dengan ukuran seperti ini.
Ngeblog Di Mana Saja.
Tidak seperti daeng Nuntung yang bisa ngeblog di mana saja, saya malah susah untuk ngeblog di mana saja. Seperti yang saya bilang, saya merasa sangat tergantung pada komputer atau laptop dan bahkan, sangat tergantung pada meja kerja saya.
Saya butuh suasana yang benar-benar nyaman (buat saya) seperti yang sudah saya jalani selama bertahun-tahun. Suasana nyaman itu berarti meja yang setiap centi-nya sudah saya kenali, segelas kopi atau minuman ringan lainnya dan tentu saja beberapa batang rokok. Kalau itu semua sudah ada maka dijamin kata demi kata akan mengalir dengan lancar.
Ada juga beberapa orang yang mengaku tidak bisa lanca menulis atau mengeluarkan ide kalau suasananya ribut, saya agak berbeda. Ribut atau tidak bukan soal, kadang malah saya bisa menuntaskan satu postingan dengan suasana yang ribut. Asal ada ide dan berasa nyaman, semua lancar.
Di balik semua postingan yang ada di blog ini, sesungguhnya ada beragam syarat yang bisa membantu ide lahir dari jaringan sel otak menuju blog. Iya, saya memang blogger manja yang tidak bisa ngeblog dari mana saja meski punya perangkat yang mendukung. Saya sendiri tidak tahu, apa suatu hari nanti bisa berhenti jadi blogger manja atau tidak. Sejauh ini sih belum terpikir untuk berhenti jadi blogger manja.
Bagaimana dengan Anda? Blogger manja atau blogger mandiri? [dG]
…
aku blogger yang sekali2 bisa live blog via android kakakkkk =))))
saya belum bisaaa hahaha
Ah sejak posterous tutup, menulis via email jadi kurang mengasyikkan, wordpress pun kalah 🙁
eh iyya, pernah punya posterous juga tapi gak pernah update 😀
kayaknya saya cocok masuk kategori blogger manja 😀
dulu kirain kendala ngeblog karena gak bawa laptop kemana2, lalu beli deh smartphone, tapi sejak punya bisa terhitung dengan jari berapa kali sudah menayangkan tulisan dari sana.
rasanya memang jauh lebih nyaman menggunakan desktop atau minimal laptop 😀 mau suasana rame ato engga, gak ada masalah. selama ada ide pasti jadi tulisan. bahkan satu2nya cerita yg saya tulis dan terpilih u/ dicetak bareng di proyek 27 itu justru dikerjakan di suasana yg sangat tidak kondusif 😀
sekarang ini malah yg paling menyedihkan, tak ada tulisan yg berarti yg bisa ditayangkan, rasanya mood menulis raib entah kemana. bahkan hasrat bewe pun seperti tenggelam ke dasar laut dan entah apa nanti yg bisa bikin saya rajin seperti dulu lagi …
eh komen ini sudah bisa jadi 1 postingan ya hahahaha
apa kabar daeng? lamo indak basuo 😀
kabar baik mbak, dirimu bagaimana kabarnya?
lama ya tak saling berkunjung 😀
lanjutkan kebiasaan yang baik ini daeng, mungkin itulah sebabnya tulisan-tulisan di blog ini selalu segar dan berkelas, jauh dari kesan abal-abal seperti blog saya…
hahaha, terima kasih untuk pujiannya.
jadi malu 😀
Saya blogger moody. Kalo lagi mood, pake smartphone juga jadi. Kalo lagi gak mood, mau di depan kompie lengkap dengan koneksi dewa juga kagak bakal jadi. :p
nah, kalau soal moody sih memang susah sih ya? hihihi
Kayaknya emang lbh enak ngetik 10 jari daripada 11 jari (cuman dua jempol doangan) hehe every bits of your brain running fluently through all your fingers 🙂