Jaman Sekarang, Para Kartini Ngeblog

8 Minggu Ngeblog
sumber : Google
sumber : Google

Ada fakta menyenangkan yang saya dapatkan dari ajang 8 Minggu Ngeblog dari Anging Mammiri. Fakta tentang aktifnya para wanita (utamanya ibu-ibu) untuk tetap ngeblog.

Seratusan tahun yang lalu, Kartini mulai menulis surat pertamanya kepada kawan-kawan yang dia kenal di Eropa sana. Salah satunya adalah Rosa Abendanon. Dalam suratnya tersirat keinginan Kartini untuk membuat wanita pribumi sama bebasnya dengan wanita di Eropa, punya hak yang sama dengan kaum pria. Kelak pemikiran Kartini ini dianggap sebagai sebuah momentum perjuangan wanita untuk memajukan kaumnya hingga sama dengan kaum pria. Di balik semua kontroversinya, negeri kita seperti sepakat untuk menjadikan Raden Ajeng Kartini sebagai lambang perjuangan kaum wanita di Indonesia.

Ratusan tahun berlalu dan surat-suratan bukan lagi jadi barang yang jamak. Teknologi sudah melompat jauh dari yang bisa dibayangkan RA. Kartini, atau mungkin dia bahkan tidak pernah bisa membayangkannya sekalipun. Kartini mungkin tidak tahu kalau suatu hari nanti akan ada teknologi yang memungkinkan kita mengirim kabar dalam sekejap tanpa harus menulis di selembar kertas, membeli perangko dan menunggu tukang pos mengantarkannya.

Kartini juga mungkin tidak pernah membayangkan suatu hari nanti surat akan sangat ketinggalan jaman. Sudah ada banyak medium lain yang bisa jadi tempat untuk bertukar kabar. Bukan hanya dari satu orang ke satu orang lainnya, tapi juga dari satu orang ke banyak orang lainnya sekaligus. Salah satunya adalah blog. Medium ini jadi perantara buat seseorang untuk menyampaikan kabar berita atau pemikirannya kepada orang lain.

8 Minggu Ngeblog Yang Bikin Saya Kagum.

Sudah hampir tiga minggu sejak komunitas kami, Anging Mammiri menggelar ajang ngeblog bersama-sama yang kami beri nama 8 Minggu Ngeblog. Awalnya acara ini digarap iseng, hanya buat seru-seruan. Menantang para blogger yang sebagian besar sudah mulai jarang posting untuk ikutan dalam sebuah acara ngeblog bersama-sama dengan tema yang berbeda tiap minggunya. Karena hanya proyek iseng kami juga tidak berniat mencari sponsor besar untuk menyediakan hadiah. Semua datang dari lingkungan kami sendiri. Satu persatu teman-teman mengulurkan tangan untuk memberi hadiah yang nilainya tak seberapa besar.

8 Minggu Ngeblog
Banner 8 Minggu Ngeblog

Acara kemudian digelar. Awalnya saya memprediksi peserta hanya sekitar 20an orang mengingat hadiah yang tak seberapa besar. Ketika mulai disebar lewat akun media sosial punya komunitas, ternyata tanggapan yang masuk besar sekali. Jauh di luar perkiraan. Banyak teman-teman blogger dari luar Makassar yang berminat untuk ikut. Kami tentu tidak bisa menolak, toh acara ini intinya memang untuk mencari kebersamaan dan seru-seruan sambil ngeblog bersama-sama. Selama mereka mau memasang banner Anging Mammiri dan banner 8 Minggu Ngeblog mereka boleh ikut serta.

Minggu pertama kemudian terlewati. Sebagai penyelenggara dan juri saya memeriksa total peserta yang mendaftar untuk minggu pertama. Hasilnya? Luar biasa! Jika tadinya saya hanya memperkirakan jumlah peserta hanya sekitar 20an orang, ternyata tulisan yang disertakan di minggu pertama sebanyak 96 tulisan! Empat kali lebih besar dari yang saya bayangkan!

Dari 96 tulisan yang masuk, 75% di antaranya adalah tulisan yang dihasilkan oleh wanita. Sebagian besar di antaranya adalah ibu-ibu. Ini fakta yang luar biasa buat saya. Saya tidak menyangka para blogger wanita itu ternyata begitu antusias mengikuti ajang ngeblog yang kami selenggarakan secara sederhana ini. Mereka tidak berpikir tentang besaran hadiah meski kami hanya bisa menyiapkan hadiah kecil-kecilan, sekadar tanda terima kasih dan kenang-kenangan. Hebatnya lagi, sebagian besar tulisan mereka digarap serius dan tidak asal-asalan.

Lebih Banyak Wanita Yang Berpikir Tentang Kualitas Tulisan?

Fakta ini membuat saya menerawang. Blogger pria yang selama ini saya kenal sebagian besar adalah blogger yang sudah mulai berpindah jalur menjadi bloger profesional atau mereka yang mencari uang dari blog. Sebagian dari mereka sudah mulai meninggalkan blog pribadinya dan membiarkannya berdebu selama berbulan-bulan meski ada juga yang masih aktif mengisi meski tidak sesering dulu. Hanya ada sedikit blogger pria yang saya kenal yang masih murni ngeblog karena memang suka dan belum berpikir untuk mengelola blog komersil. Sebagian lagi tinggal menyandang predikat pemilik blog karena lupa kapan terakhir kali posting.

Di dua grup Facebook milik komunitas blogger yang saya ikuti, pembicaraan banyak berkisar tentang SEO, Page Rank, Google Analytic atau istilah-istilah teknis lainnya yang tentu tidak jauh dari ide untuk mendatangkan pengunjung ke blog mereka agar kesempatan meraup rupiah (atau dollar) semakin besar. Pesertanya memang sebagian besar adalah pria, saya hampir tidak pernah menemui seorang wanita asyik masyuk bertanya atau berdiskusi tentang hal-hal teknis tersebut.

Saya membayangkan di sebuah grup berbeda, para wanita yang sebagian besar adalah ibu-ibu itu sibuk berdiskusi tentang teknik menulis yang baik, tentang bagaimana menyusun paragraf yang benar, bagaimana membuat deskripsi, bagaimana menumbuhkan motivasi menulis dan lain sebagainya. Pokoknya hal-hal yang berkaitan dengan isi blog tanpa harus pusing bagaimana orang bisa berbondong-bondong datang ke blog kita dan berkenan menekan iklan atau Google Adsense.

Memasuki tahun ketujuh ngeblog saya memang masih tetap setia jadi blogger amatir yang tidak (atau belum) terpengaruh mengelola blog pencari uang. Blog saya memang ada iklan meski saya sendiri tidak pernah berharap banyak dari iklan-iklan tersebut. Pun saya beberapa kali mendapatkan order menulis dari brand-brand tertentu, tapi buat saya itu hanya selingan. Saya masih lebih memusingkan diri untuk mencari cara agar tulisan bisa lebih berbobot (menurut saya) atau bisa lebih dalam dan memikat.

Mungkin karena alasan itupula hingga saya merasa betul-betul kagum pada kegigihan para wanita yang masih aktif ngeblog di jaman ketika Twitter dan Facebook sudah menjadi raja dan ratu. Buat saya mereka sungguh luar biasa, di antara kesibukannya masih menyempatkan diri untuk ngeblog dan bahkan berani menerima tantangan.

Saya membayangkan jika saja RA Kartini hidup di masa sekarang, dia juga mungkin akan mengelola blog pribadi berisi pemikirannya tentang wanita. Dulu Kartini hanya bisa menuliskan pemikirannya di lembaran-lembaran surat kepada teman-teman Eropanya, hari ini para wanita Indonesia punya cara lain. Mereka menuliskan pemikirannya di atas blog agar bisa dibaca oleh lebih banyak orang.

Kalau dulu RA Kartini menuliskan kisah hidupnya di lembaran surat, jaman sekarang para Kartini menuliskan kisah hidup mereka di blog. [dG]