Internet Gratis, Antara Mitos dan Fakta

Ilustrasi (sumber: preservelink.com)
Ilustrasi (sumber: preservelink.com)

Ada sebuah artikel menarik yang saya baca pekan kemarin. Artikel ini tentang kerja sama operator selular Indonesia dengan internet.org yang merupakan anak perusahaan Facebook. (Artikelnya bisa dibaca di sini).

Dalam artikel itu Erick Gafar sang penulis mengkritisi tentang rencana kerja sama tersebut. Sebelumnya saya ceritakan dulu, kerja sama tersebut memungkinkan pengguna dengan operator tersebut mengakses beberapa situs secara gratis. Situs yang bisa diakses gratis adalah situs-situs yang bekerjasama dengan internet.org.

Kenapa kerjasama ini harus dikritisi? Karena menurut sang penulis kerjasama ini bertentangan dengan nafas net nutrality atau kesetaraaan dalam internet. Intinya dalam internet semua situs harus setara, bisa diakses siapa saja dan dari mana saja. Kalau ada kerjasama seperti itu artinya ada situs yang diistimewakan. Situs yang bisa diakses gratis tentu lebih menarik perhatian para pengguna internet.

Lalu, bukankah semua situs bisa dan boleh bekerjasama dengan internet.org untuk bisa diakses gratis oleh pengguna operator yang jadi partner kerjasamanya? Iya, tentu saja bisa. Masalahnya kalau suatu hari misalnya internet.org membuat aturan yang memberatkan situs yang ingin bekerjasama maka tentu akan ada situs yang kemudian galau. Haruskah mengikuti standar internet.org agar bisa diistimewakan atau bertahan dengan idealisme mereka tapi tidak bisa mendapatkan keistimewaan yang ditawarkan intenet.org?

Kalau kata orang, kata GRATIS itu menyesatkan. Bisa saja ada sesuatu di balik ke-gratisan itu, dan bukankah dalam hal bisnis tidak ada makan siang gratis?

*****

Menggratiskan akses ke beberapa situs sebenarnya bukan hal yang baru. Operator selular Indonesia sudah biasa melakukannya. Coba simak promosi mereka, beberapa operator memberikan promosi akses gratis ke situs-situs yang utamanya adalah situs media sosial. Praktek ini tentu saja menguntungkan media sosial bersangkutan dan operator bersangkutan.

Dan sekarang praktek ini akan dibawa ke skala yang lebih massif dan luas, tentu karena membawa nama sebuah perusahaan yang sudah jadi raksasa di dunia internet.

Mitosnya, kerjasama internet.org dengan operator selular di Indonesia ini akan membantu ribuan orang (atau mungkin malah jutaan orang) untuk bisa terhubung ke internet tanpa harus menggunakan biaya. Nantinya orang-orang yang tidak punya biaya juga akan punya kesempatan yang sama untuk menikmati internet secara gratis, hasil kerjasama antara operator selular mereka dengan internet.org.

Faktanya, kerjasama ini hanya bisa dinikmati di kota-kota atau daerah-daerah utama yang sudah masuk dalam area termasuk layanan si operator. Orang-orang berada dalam area yang belum mampu dilayani oleh operator ya tetap saja tidak bisa mengakses internet. Jangankan gratis, mereka mau bayar saja tidak bisa.

Mitosnya, kerjasama itu akan membuat makin banyak orang menikmati internet secara gratis. Tapi faktanya, tetap saja internet yang katanya gratis itu hanya dinikmati oleh orang-orang di area tertentu saja, area yang selama ini memang sudah masuk dalam area layanan internet sang operator. Berarti gratisnya hanya buat orang-orang yang sebenarnya mampu membayar tapi karena ada gratisan ya mending gratisan saja, pikir mereka.

Kalau kondisinya begitu, berarti internet gratis hanya sebatas mitos saja, bukan? [dG]