Internet dan Botting Digital
Bertemu belahan jiwa itu bisa di mana saja. Jaman sekarang, mediumnya bisa bertambah dengan adanya internet. Salah satu hasilnya: botting digital atau perkawinan digital.
Sekisar tahun 2000 saya menumpang kapal laut dari Jakarta ke Makassar. Masa itu tiket pesawat masih melambung tak terjangkau sehingga kapal laut masih jadi pilihan banyak orang untuk menyeberang lautan, termasuk saya. Dan karena dana yang tak seberapa pula saya hanya mampu membeli tiket kelas wisata yang setingkat di atas kelas ekonomi yang memaksa orang berdesak-desakan.
Di samping saya ada serombongan keluarga asal Makassar yang juga berniat pulang kampung. Sebagai sesama penumpang kami bertukar cerita. Ternyata mereka baru saja mengantarkan anak lelakinya menikah dengan seorang perempuan di tanah Jawa. Tidak ada yang aneh dari kisah itu. Hal yang aneh hanya karena ternyata kisah cinta sang anak dengan istrinya dirajut lewat berlembar-lembar surat. Sang ibu bercerita bagaimana anak lelakinya mengenal sang calon istri lewat surat-surat yang selalu berbalas. Karena merasa cocok, akhirnya mereka memutuskan menikah setelah bertemu sekali.
Masa itu internet belum jamak. Hanya sedikit orang Indonesia yang tahu dan bisa memanfaatkan internet, tak heran hubungan cinta jarak jauh hanya dihubungkan oleh surat dan sesekali sambungan telepon kabel yang harganya juga masih mahal.
Bertahun-tahun setelahnya, pengguna internet makin meningkat bahkan belakangan makin pesat. Tahun 2012 saja diperkirakan ada 55 juta orang Indonesia yang terhubung oleh internet. Tak usahlah saya ceritakan bagaimana internet dan turunannya mengubah cara manusia berinteraksi. Muncul beragam perangkat lunak yang dulu mungkin tidak terbayangkan. Belakangan nama media sosial juga makin marak dan jadi teman sejati orang-orang urban (bahkan sub urban dan rural) masa kini.
Friendster, Facebook, Twitter dan entah apalagi bersanding dengan layanan obrolan online seperti Blackberry Messenger, WhatsApp, Line, Kakao Talk dan nama lain yang daftarnya akan sangat panjang kalau dituliskan semua. Internet menghubungkan manusia satu dengan lainnya dengan sangat mudah, nyaris mengaburkan arti jarak yang sebelumnya mungkin jadi penghalang.
Internet juga memudahkan orang bertemu dengan orang lain yang punya minat sama, kesukaan yang sama dan keinginan yang sama. Lihat sekeliling Anda, betapa mudahnya sekarang orang berkumpul dan membentuk komunitas karena mereka juga mudah menemukan orang sepaham. Persoalan apakah komunitas itu membutuhkan pertemuan fisik atau hanya bersifat virtual tidak jadi soal.
Bertemu Jodoh Karena Internet
Karena makin massif, internet juga akhirnya membuka banyak peluang bagi penggunanya. Bukan hanya soal bisnis yang berujung pada materi tapi pada hal-hal yang sifatnya lebih pribadi. Termasuk jodoh.
Bukan berita aneh ketika kita bisa menemukan orang-orang yang bertemu pasangan sejatinya lewat internet. Mungkin hanya bermula dari sebuah perkenalan singkat di kanal-kanal chatting yang berlanjut ke obrolan yang lebih intens sebelum akhirnya menemukan rasa cocok dan nyaman yang berujung pada sebuah akad nikah dan penyatuan dua insan.
Bulan Juni dan Juli tahun 2013 ini saya jadi saksi dua acara penyatuan insan yang kedua-duanya bertemu karena bantuan internet, langsung atau tidak langsung. Tanggal 16 Juni saya hadir di Semarang, pada acara pernikahan Okky dan Angki. Mereka berdua blogger dan mengaku pertama bertemu dalam kopdar antar blogger di Semarang. Ketika akhirnya menyadari saling cocok satu sama lain mereka juga banyak memanfaatkan internet untuk saling berkomunikasi. Langsung atau tidak internet telah mempertemukan dan kemudian menyatukan mereka.
Berselang 3 minggu kemudian, saya hadir dalam pernikahan dua karib saya: Nanie dan Anbhar. Tepatnya tanggal 1 Juli, dua insan ini menyatukan janji mereka menjadi sepasang suami dan istri. Dua orang ini juga dipertemukan oleh internet, tepatnya oleh MiRC. Kedekatan mereka makin menjadi ketika keduanya aktif di komunitas blogger Makassar, Anging Mammiri. Mereka berdua memang tulang punggung komunitas tempat saya juga bernaung ini.
Bertemu dengan bantuan internet dan kemudian dekat lewat keaktifan komunitas internet, lamaran mereka juga menggunakan internet. Anbhar melamar Nanie tepat di hari pertama tahun 2012 melalui sebuah twit yang dia beri nama: lamaran 2.0. Lengkap sudah peran internet bagi kehidupan mereka, tidak heran pernikahan mereka menggunakan tagar #BottingDigital atau dalam bahasa Indonesia berarti pernikahan digital.
Dua kisah di atas hanya sekelumit contoh betapa internet jaman sekarang membuka keran kesempatan yang sangat luas untuk siapa saja yang mau berusaha menemukan pasangannya. Beruntunglah mereka yang berusaha entah dengan sengaja atau tidak sengaja hingga menemukan tambatan hati dengan bantuan internet.
Tapi, bukan cuma mempertemukan. Internet juga kejam karena bisa saja dia jadi alasan untuk memisahkan dua orang yang sudah terlanjur bersatu. Seperti dua sisi mata uang, ada sisi positif dan ada sisi negatifnya. Semua kembali kepada kita para penggunanya, mau memanfaatkanya secara positif atau malah sebaliknya.
Anda ada di bagian mana? [dG]
…
Ktemu di jejaring, tukaran PIN, curhatan di Imell, kirim2an gmbr sampe proses akhir persiapan wedding via BBM dan nyebar undgn di blog wedding, ahhhh # terkenang kenang
ecieee…ini ternyata salah satu pasangan yg bertemu karena internet ya?
Kayaknya botting digital sudah jadi trend, mungkin lebih dari 50% botting, jodohnya ketemu di internet.. semoga langgeng..
bersyukurlah para jomblo, sekarang mereka jd punya banyak alternatif untuk mencari pasangan 😀