Surat Buat Diriku Dua Puluh Tahun Yang Lalu
Seandainya mesin waktu memang ada, saya ingin menitipkan surat ini untuk diriku 20 tahun lalu.
Dear Ipul,
Selamat ulang tahun boi. Iya, saya tahu surat ini terlambat sehari. Harusnya terkirim kemarin ketika usiamu tepat 19 tahun. Mungkin kamu bingung, dari siapa surat ini? Tak usah bingung boi, surat ini dari saya, dirimu dua puluh tahun dari sekarang.
Kamu sekarang pasti lagi senang-senangnya. Tahun ini kamu tamat sekolah setelah empat tahun berseragam putih abu-abu dan tahun ini juga akhirnya kamu resmi menjadi karyawan. Iya, saya tahu kamu sekolah empat tahun bukan karena kamu sempat tinggal kelas, tapi karena memang masa sekolahmu selama itu.
Saya tahu niatmu baik boi, menolak tawaran Bapak untuk kuliah lagi karena tidak mau memberatkan orang tua yang memang tak seberapa kaya. Kamu mau membiayai sendiri kuliahmu, dari uang yang kamu dapatkan sebagai pegawai rendahan di sebuah perusahaan pengembang.
Tapi boi, kamu harus ingat satu hal; kuliah sambil kerja itu tidak mudah. Kamu harus membagi waktu, tenaga dan fokus antara kerjaan yang kadang kala sangat menyita waktu dengan perkuliahan dan tugas-tugasnya yang juga mendesak minta diperhatikan. Berat boi, ingat itu. Kamu harus punya tekad yang kuat kalau memang benar-benar ingin kuliah sambil kerja.
Gelar sarjana memang bukan segala-galanya, kelak kamu akan lihat sendiri betapa banyak mereka yang bergelar sarjana tapi isi kepalanya tak lebih baik dari anak-anak SMP. Pikiran mereka sempit, tak punya kreativitas dan benar-benar hanya mengejar selembar ijazah. Selembar yang bagi beberapa kantor justru sangat penting, menentukan posisi dan karir mereka.
Boi, kalau memang akhirnya kamu sempat melanjutkan sekolah, sekolah yang benar boi. Jangan hanya mengejar ijazah, tapi kejarlah ilmunya, kejarlah pengalamannya, kejarlah semua yang bisa kau kejar, bukan sekadar ijazahnya. Kejar cewek pun tak mengapa.
Kamu tahu kekuranganmu apa boi? Kamu tidak punya rencana hidup yang matang. Kamu terlalu larut mengikuti kemana hidupmu mengalir. Tidak ada rencana apa yang akan kamu lakukan lima, sepuluh atau dua puluh tahun kemudian. Itu yang membuat hidupmu jadi sangat datar dan begitu-begitu saja.
Tidak, saya tidak sedang membicarakan harta boi. Hidup itu tidak selamanya dinilai dari harta, tapi banyak hal lain yang bisa membuat kita bahagia. Kamu tidak perlu jadi orang yang punya harta banyak agar bahagia, kamu cukup jadi orang yang menikmati hidupmu dengan berbagi banyak hal bagi orang lain. Tapi, apa yang akan kamu bagikan kalau kamu nyaris tidak punya apa-apa?
Kamu tahu boi, hanya fokus dengan dunia kerja lebih banyak hanya mengurungmu saja. Iya kamu bisa dapat banyak skill di sana, tapi itu tidak berarti apa-apa kalau kemampuanmu bersosialisasi dengan orang lain tidak terasah. Apalagi kelak kamu akan merasa bosan di sana, dengan suasana yang sama yang mulai tidak nyaman.
Selagi muda, bergaullah sebanyak-banyaknya boi. Temukan pengalaman lain di luar sana, cari apa yang benar-benar membuatmu nyaman. Kamu kan sadar, apa yang kamu lakukan sejauh ini lebih banyak karena menghormati keinginan Bapak dan Ibu kan?
Kamu senang menggambar, senang menulis, tapi Bapak dan Ibu tidak menganggap itu bisa membuatmu hidup. Lalu dipilihkannya jalan hidup buatmu, jalan hidup seperti orang kebanyakan. Dan akhirnya, terpendam semua hal-hal yang sebenarnya bisa membuatmu sangat bahagia. Bakatmu jadi sia-sia.
Jadi boi, mumpung kamu masih muda, ikuti kata hatimu. Tak apa kamu menikmati dunia kerja untuk sementara. Tapi ingat! Jangan hanya terpaku di sana. Kelak kamu akan berkenalan dengan internet dan ketika waktu itu datang, manfaatkanlah sebaik-baiknya. Cari teman sebanyak-banyaknya, cari apa yang sebenarnya jadi passionmu, gali kembali bakatmu dan kembangkan. Kamu tak perlu jadi orang kantoran seumur hidup jika itu memang tak membuatmu nyaman. Kamu juga tak perlu jadi pengusaha kalau memang kamu tak mau, cukuplah menjadi dirimu sendiri, menjadi boss untuk dirimu.
Dear Ipul,
Sekarang kamu sedang menikmati masa bulan madu bersama status barumu sebagai karyawan. Nikmatilah boi, tapi jangan terlalu larut dengan pekerjaan yang itu-itu saja. Buatlah rencana untuk hidupmu, patuhi dan ikuti. Jangan mau hidup hanya mengikuti arus saja, karena kelak kamu akan menyesal melihat begitu banyak waktu terbuang yang tidak kamu manfaatkan.
Dua puluh tahun dari sekarang, semoga kamu lebih bahagia dari saya yang sekarang. Tak perlu jadi orang lain, cukuplah jadi dirimu sendiri, dirimu yang bahagia menjadi orang yang berguna.
Selamat ulang tahun (yang terlambat) boi! [dG]
Keren Daeng! dikau tetap idola saya 😀
pesan yang sama pernah diberikan oleh alm Kakek saya. dan, akhirnya kini saya mengerti, bahwa hidup bukan untuk dikeluhkan bukan pula untuk ditakuti. Tapi untuk dinikmati 😀
Artikelnya membuatku merasa ingin kembali menjadi kuat..
20 tahun dari sekarang semoga saya menjadi umat yanglebih taat berpegang teguh pada islam mengejar akhirat dan menikmati dunia #eehGimana
baca surat ini seperti ditujukan juga sama saya. Jadi ada pencerahan nih supaya lebih prepare untuk masa depan dari berbagai aspek.
aaaah….membaca ini jadi pengen bongkar diari dari jaman sekolah, apa yang kurasa dan pikirkan mengenai kehidupanku di 20 tahun kemudian ya….inspiring daeng